Jaringan irigasi Wae Kuli II di Reok Barat terputus (Foto: Efren Polce/BF)

RUTENG, BERITA FLORES–Proyek irigasi Wae Kuli II di Wontong, desa Toe, kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai, NTT, mubazir alias tidak memberikan manfaat kepada petani.

Padahal proyek ini telah menghabiskan anggaran lebih dari Rp 1 miliar. Proyek ini dikerjakan pertama kali tahun 2010. Kemudian dilanjutkan pada 2015. Terakhir tahun 2018 kembali dikerjakan dengan anggaran mencapai Rp 1,5 miliar.

Penelusuran Beritaflores.com Minggu 11 Agustus 2019 siang, terlihat saluran irigasi tersebut jebol. Akibatnya, air tidak dapat mengalir ke area persawahan masyarakat.

Siprianus Urbanus Harum, warga Wontong mengungkapkan bahwa, proyek tersebut dibangun pertama kali tahun 2010 saat Manggarai dipimpin Bupati Christian Rotok. Saat itu, pemerintah kabupaten Manggarai membangun bendungannya.

Kemudian, tahun 2015 dan 2018 proyek ini kembali dilanjutkan. “Hampir setiap tahun dianggarkan proyek ini. Bayangkan dari tahun 2010. Kamudian lanjut lagi dari 2015 sampai 2018. Tapi belum dimanfaatkan sama sekali oleh masyarakat. Nah, tahun 2018 kembali dianggarkan untuk melanjutkan kembali pengerjaannya, tapi lihat sendiri pak, sudah jebol lagi. Air mengalir hanya 3 minggu saja usai pengerjaan,” kata Sipri kepada wartawan saat menyusuri lokasi itu, Minggu 11 Agsutus 2019.

Sipri mengatakan masyarakat di sekitar wilayah ini sangat menyanyangkan dana miliaran rupiah yang sudah dianggarkan untuk membangun proyek tersebut. Ia menduga bahwa, pengerjaan proyek itu dikerjakan asal jadi.

Karena itu, ia meminta Pemerintah Kabupaten Manggarai melalui Dinas terkait untuk segera menindaklanjuti proyek tersebut.

“Pemerintah harus bertanggung jawab. Supaya segera diperbaiki. Apalagi ini telah menelan anggaran miliran rupiah. Bayangkan ini proyek dikerjakan dari masanya pa Kris Rotok sampai pada Bupati Deno Kamelus. Tapi hasil juga masih begini,” katanya.

Ditemui di kantornya, Kepala Bidang Sumber Daya Air dan Irigasi Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Agus Susanto mengatakan, pihaknya akan segera memperbaiki kerusakan yang terjadi.

Agus mengaku bahwa, proyek tersebut dikerjakan secara swakelola oleh Dinas PUPR.

“Wae Kuli untuk tahun 2019 ada lanjutan. Kemudian yang pengerjaan tahun lalu, ada operasi dan pemeliharaan atau kami sendiri kelolah, kami sendiri yang kerja,” ujar Agus.

Soal anggaran yang sudah digelontorakan untuk proyek tersebut, sejak 2010, Agus mengaku tidak ingat persis. Tetapi, yang pasti tahun 2018 lalu kata dia sebesar Rp 1,5 miliar.

Terkait kapan akan diperbaiki kerusakan yang terjadi, ia mengatakan setelah 17 Agustus. “Karena kalau kami tidak perbaik berarti air itu tidak sampai pada target. Kami lanjutkan perbaikan itu,” ujarnya.

Ia mengaku beberapa bulan lalu, Dinas PUPR sudah memperbaiki bagian bendungannya. “Nah begitu selesai kerja semua tukang pulang. Sehingga lupa tutup bendungannya. Dan pengurasnya atau pembuangannya juga tidak dibuka, sehingga debit air bertambah. Makanya saluran itu jebol,” kata Agus.

Yohanes Ganggur, pengawas proyek tersebut mengakui proyek tersebut dibangun sejak 2010 silam. Kemudian dilanjut kembali pada tahun 2015 hingga 2018.

“Itu kerjanya tidak setiap tahun. Pertama kali dibangun sejak 2010. Terus lanjut lagi dari tahun 2015 hingga 2018. Dan anggarannya juga berbeda. Tidak sama,” ucap Yohanes.

Efrem Polce/Beritaflores

Previous articleKESA Gelar Pelatihan Jurnalistik di SMK Karya Ruteng
Next articleTPDI Larang Kapolres SP3 Kasus Gratifikasi PDAM Ende

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here