RUTENG, BERITA FLORES – Sebanyak 60 pelari dari berbagai daerah mengikuti kegiatan amal lari Ultra Marathon Jelajah Timur yang digelar hari ini Jumat (28/10) hingga Sabtu (29/10). Puluhan pelari harus menempuh jarak sepanjang 113 km melewati rute Ruteng-Labuan Bajo dengan flag off ajang tersebut dimulai dari Kampung Cancar, Manggarai pada Jumat sore (28/10).
Bupati Manggarai, Herybertus G. L. Nabit memberi apresiasi kepada seluruh peserta yang turut berkontribusi pada kegiatan amal pengumpulan dana untuk membangun fasilitas air bersih di 3 desa di NTT, dengan dua desa diantaranya berada di Kabupaten Manggarai.
Bupati Hery berharap semangat para pelari bisa mengetuk hati para donatur untuk turut membatu pembangunan fasilitas air bersih yang diinisiasi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia).
“Kami mengucapkan selamat bertanding, selamat berlomba untuk 60-an pelari yang mengambil bagian dari event ini. Kita berharap supaya perjalanan menempuh lomba ini dalam semangat yang sama untuk pelayanan bagi sebagian masyarakat Manggarai. Run for equality tahun ini dilaksanakan di Manggarai untuk mengumpulkan donasi bagi pembangunan sarana air bersih di dua desa, Desa Latung dan Desa Wae Codi di Kecamatan Cibal Barat,” ujar Bupati Herybertus.
Direktur Resources and Mobilisation Plan Indonesia, Linda Sukandar mengatakan, ajang ultra marathon tersebut merupakan upaya Plan Indonesia menggalang dana untuk pembangunan sarana prasarana air bersih di tiga desa di NTT. Selain dua desa yang ada di Kabupaten Manggarai, Plan Indonesia juga membangun fasilitas air bersih di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Menurutnya, kekeringan yang berkepanjangan di wilayah NTT menyebabkan krisis air, dan akhirnya akan berdampak pada berbagai isu sosial, seperti krisis sosial pada perempuan, yang biasanya memiliki peran dan tanggung jawab untuk memenuhi persediaan air di rumah tangga bagi keluarga, baik untuk minum, memasak, maupun mandi.
Kurangnya akses air bersih mengharuskan perempuan, dan juga anak-anak, mengumpulkan air dari sumber yang letaknya sangat jauh dari rumah. Hal ini mengakibatkan tenaga dan waktu yang seharusnya digunakan untuk bekerja dan belajar akan habis untuk mengambil air.
“Krisis air juga memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat karena kekurangan asupan air. Ketersediaan akses air bersih yang mudah dicapai dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat, termasuk anak-anak, untuk bekerja dan belajar dengan lebih baik, meningkatkan kualitas kesehatan, dan ekonomi,” kata Linda.
Pihaknya menargetkan tahun 2022 ini bisa mengumpulkan dana sebesar Rp1 miliar. Hingga saat ini dana dari donatur sudah terkumpul sekitar 80% dari target. Plan Indonesia masih membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk menyalurkan dukungannya, baik secara individu maupun perusahaan. Dukungan bisa disalurkan melalui .
“Cuacanya saat ini mungkin sedang hujan tapi kami berharap start hujan sudah mereda dan para pelari ini bisa berlari dan finish dengan aman dan selamat sampai ke Labuan Bajo,” harap Linda agar ajang tersebut bisa berjalan lancar.
Salah satu peserta lomba lari Eri Permana menyebut bahwa dirinya sangat antusias untuk mengikuti ajang tersebut. Ia mengaku, dirinya telah mengikuti Ultra marathon sebanyak tiga kali. Menurutnya, banyak cara untuk membantu saudara-saudara yang mengalami keterbatasan akses air bersih. Salah satunya adalah dengan mengajak masyarakat umum untuk ikut berdonasi.
“Motivasi mengikuti lomba ini adalah membantu masyarakat khususnya di NTT untuk mendapatkan akses air bersih yang sampai saat ini sangat sulit didapatkan,” ungkapnya.
Peserta lainnya dari Jakarta, Meliana mengatakan dengan membantu akses air bersih, anak-anak di tiga desa tersebut bisa lebih fokus pada pendidikan. Selama ini mereka harus membantu keluarga untuk menimba air di tempat yang jauh.
“Supaya anak-anak di tiga desa ini tidak berjalan jauh lagi dan mereka bisa sekolah layaknya warga di kota besar,” kata dia.
Adapun, Provinsi NTT adalah salah satu daerah di Indonesia yang paling rawan mengalami krisis air. Hampir setiap tahun, pada musim kemarau, sebagian besar wilayah di provinsi ini menghadapi masalah tersebut. Hasil riset Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di tahun 2016 menyebutkan, ada 20 kabupaten dan kota di NTT yang memiliki potensi kekeringan setiap tahun. (RED).