Ruteng, Beritaflores – Masalah stunting masih menjadi tatangan besar pihak petugas kesehatan di Puskesmas Pagal, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, NTT, untuk ditangani serius hingga saat ini.
Berdasarkan data sebarannya, sejak Agustus 2024 saja, total penderita stunting yang tercatat sebagai sasaran pihak Puskesmas Pagal berjumlah 107 orang.
Angka 107 penderita stunting ini tercatat dari total 1.510 jumlah sasaran dengan kategori anak- anak degan tingkat usia balita 0-59 bulan dan anak dengan umur di atas dua tahun.
Puskesmas Pagal merupakan salah satu fasilitas kesehatan di Kecamatan Cibal dengan cakupan wilayah penanganan kesehatan sebanyak satu kelurahan dan 9 desa.
Dari sekian desa dan kelurahan ini, telah tersebar sebanyak lima Pustu dan lima Poskesdes serta 32 Posyandu dengan ketersediaan tenaga kesehatan sebanyak 115 orang, diantaranya; 1 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi dan sebanyak 113 tenaga kesahatan lainnya (bidan dan perawat).
Para pekerja medis ini menyebar ke masing-masing fasilitas kesehatan, termasuk di lingkup internal puskesmas Pagal.
Apa Penyabab Stunting?
Kepala Puskesmas Pagal, Fabiola Belinda Kurniati Nengko, menyebut jika stunting disebabkan oleh berbagai faktor.
Ini disampaikan Fabiola kepada sedikitnya 50 orangtua anak penderita stunting yang ikut dalam kegiatan penyaluran bantuan peduli stunting dalam momentum Hari Pers Nasional bersama Jurnalis Manggarai dan Bank NTT di Puskesmas Pagal pada Minggu 9 Februari, kemarin.
Stunting, jelas Fabiola, merupakan gangguan pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan tinggi badan tidak sesuai usia anak itu seharusnya.
“Beberapa faktor benyebab utamanya, jelas Fiola diantaranya adalah ibu hamil berisiko tinggi atau 4T (terlalu muda atau dibawah 20 tahun, terlalu tua atau di atas 35 tahun, terlalu dekat persalinan antara anak pertama, kedua atau seterunya, serta adanya penyakit tertentu pada ibu hamil)”, ungkap Fabiola, 9 Februari.
Hal lain juga yang menjadi penyebab munculnya stunting ini, papar Fabiola, adalah ketercukupan gizi anak atau pola asupan makanan yang diberikan oleh orangtua serta pola asuh orangtua yang tidak mampu memberikan kelayakan pada anak dalam masa pertumbuhannya.
Dalam konteks pola asuh ini, terangnya, kasih sayang para orangtua akan menjadi salah saru faktor yang memberi pengaruh signifikan bagi pertumbuhan anak.
Hal ini erat kaitannya soal sejauhmana peran orangtua memberikan kasih sayang atau perhatian yang layak kepada anak atau tidak fokusnya orangtua mengurus kebutuhan yang mesti diasupi kepada anak saat masa pertumbuhannya.
“Termasuk Sanitasi dan ketersediaan air bersih”, katanya.
Lantas, apakah stunting bisa dicegah?
Fabiola menerangkan jika Stunting tentunya dapat dicegah dengan cara peduli dan memperhatikan secara serius soal hak akan kebutuhan sang anak sejak ia dalam kandungan hingga ia hidup mandiri.
Kata dia, ketepatan pemberian asupan makanan setiap hari, baik dari segi waktu, variasi makanan yang mengandung gizi merupakan salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan para orangtua.
“Makanan yang disediakan tidak mesti mahal, akan tetapi bagaimana upaya orangtua memanfaatkan pangan lokal yang baik bagi perkembanagan kesehatan anak”, paparnya.
Menurutnya, penting bagi orangtua memberikan makanan yang dapat menumbuhkan minat anak agar nafsu makan serta memantau pertumbuhan anak dengan menbawakannya berposyandu ke petugas kesehatan.
Tak hanya itu, kebutuhan imunasi lengkap anak sesuai usia juga menjadi hal penting yang mesti diperhatikan para orangtua agar dapat menekan timbulnya stunting dan membiasakan hidup bersih dan sehat setiap hari.
Fabiola berkata, hal lain yang tak kalah pentingnya juga adalah para orangtua mengakui anaknya secara hukum dan gereja.
“Semua ibu hamil yang lahir di Puskesmas Pagal atau fasilitas kesehatan, maka dalam waktu 24 jam anak tersebut sah tercatat sebagai anggota BPJS jika orangtua yang melahirkannya memiliki BPJS”, terangnya.
Ini disampaikan Fabiola, merujuk pentingnya jaminan kesehatan yang diberikan oleh orangtua terhadap anaknya.
Dengan mencatatkan diri anaknya ke pihak catatan sipil atau tercatat pada kartu Keluarga orangtua, maka orangtua bisa mengajukan data itu kepada pihak BPJS agar anaknya ikut tercatat sebagai tanggungan ketika mengalami sakit sewaktu-waktu.
“BPJS akan berlaku seumur hidup jika kepatuhan orangtua mengakui sang anak sebagai keturunannya”, kata Fiola.
Upaya Puskesmas Pagal Atasi Stunting
Intervensi pihak puskesmas Pagal terhadap penanganan masalah stunting sejauh ini adalah berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk melaksanakan berbagai program.
Hal yang dilakukan antara lain pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk sasaran ibu hamil dan bayi balita bermasalah gizi sehat, kunjungan rumah bagi balita bermasalah gizi, kegiatan kelas ibu hamil, kelas ibu balita, kunjungan rumah untuk sasaran ASI ekslusif MP ASI, kunjungan ibu hamil resiko tinggi dan pemberian tablet tambah darah untuk semua remaja putri.
“Di samping itu, pihak Puskesmas Pagal juga melaksanakan berbagai kegiatan inovasi dengan sebutan ‘Permatabalok’ atau pemberian makanan tambahan berbahan lokal dan ‘Purwasari’ atau posyandu pelayanan warga sehat dan sakit terdeteksi dini”, papar Fiola.
Pihaknya berharap maslah stunting ini mesti menjadi perhatian bersama sehingga dapat dicegah agar tidak terjadi lagi pada kesehatan anak-anak Indonesia. (**)
Reporter: Andy Paju