Manggarai Barat, Beritaflores – Kasus dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) diinformasikan terjadi di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) baru-baru ini.
Dugaan kekerasan itu kabarnya dilakukan oleh Venseslaus Jumaidela kepada Teresia Fian, istri sahnya.
Venseslaus yang menjabat sebagai kepala desa di Kecamatan Pacar, wilayah Kabupaten Manggarai Barat itu disebut-sebut menganiaya Teresia lantaran dipicu hal sepele.
Upaya Teresia memasak nasi terlalu banyak tampaknya jadi pemicu betapa Venselaus tega meringankan tanganya untuk menganiaya sang istri tercinta.
Tak hanya itu, sang istri mengakui jika Venseslaus juga tega mengejarnya menggunakan sebilah parang.
Entah apa niat sang kades akan perilaku garangnya itu, namun buktinya area mata dan wajah sang istri Teresia mengalami luka lebam usai dihajar Vensislaus.
“Kemaren sore kejadiannya, pak. Awalnya karena saya masak nasi terlalu banyak (dua mejik) untuk dibawa ke kebun. Dia (suami) memarahi saya dengan mengambil sebilah parang lalu mengejar dan memukul saya dibagian mata sehingga mata saya bengkak dan lebam”, cerita Teresia.
Tampaknya, menurut cerita Teresia, kejadian kekerasan serupa juga bukan baru pertamakali dialami.
Teresia mengklaim, sang suami sebelumnya juga seringkali melakukan kekerasan fisik disertai pengancaman terhadap Teresia.
Bahkan, Teresia sendiri tidak bisa melaporkan kejadian itu ke Polisi lantaran selalu diancam akan dibunuh oleh sang suami.
Perilaku sang suami kemudian membuat Teresia mengalami trauma sehingga memilih untuk mengamankan diri di kampung halamannya.
Anak Akui Ada Kekerasan, Namun Tak Sampai Hati Jika Sang Ayah Dipenjara
Perilaku sang ayah yang suka bertengkar dengan sang ibunda Teresia kerap disaksikan oleh Cindy, salah satu anak kandung mereka.
Cindy mengisahkan, sikap brutal sang ayah sempat disaksikannya, meski dirinya berhasil menghalangi amarah sang ayah yang hendak memukul ibundanya.
Bahkan, kata Cindy, pertunjukan kekerasan yang dilakukan sang ayah terhadap ibunya sudah disaksikan sejak dirinya masih duduk dibangku SMP.
“Kemaren saya pulang libur ke kampung, tepatnya dibulan November 2024. Kejadiannya sore hari, disaat bapa pulang dari kebun. Mereka (Bapa dan mama) bertengkar hanya karena ubi goreng saja. Bapa memaki-maki mama dan hendak memukul mama namun dihalangi saya dan adik”, cerita Cindy.
Meski demikian, sebagai anak Cindy tentu tak menginginkan keributan antara kedua orangtuanya terus berlarut-larut, termasuk berharap agar ayahnya segera berubah sehingga tidak berdampak hukum.
“Saya berharap agar persoalan ini diselesaikan dengan baik antara bapa,mama dan keluarga. Saya juga tidak mengharapkan Bapa dipenjara, namun Saya lebih kepada soal sikap Ayah untuk bisa dirubah ke depannya”, ujar Cindy.
Respon Kades Venseslaus
Venseslaus kemudian menanggapi dengan membantah adanya dugaan kekerasan yang dikisahkan istri dan anaknya itu.
Ia berdalih jika dirinya tidak pernah mengeluarkan parang sembari mengancam sang istri. Meski demikian, Ia mengaku hanya menegur sang istri dengan nada keras.
“Saya tidak pukul dia, pak. Apalagi sampai mengancam dan mengeluarkan sebilah parang, itu tidak benar”, katanya.
Sementara, terkait luka lebam sang istri, Venseslaus mengaku jika yang terjadi akibat sang istri jatuh terbentur ke lantai usai diorongnya.
Ia mengaku tersulut emosi lantaran mengaggap kelakuan sang istri tidak pernah baik menurutnya.
“Terkait luka lebam di matanya itu karena saya mendorong dia dan jatuh terbentur dengan lantai”, aku Venseslaus, Senin sore.
Bahkan, ia mengklaim perilaku sang istri seperti orang yang sedang mengalami gangguan jiwa. Ia juga menyatakan sikap siap jika sewaktu-waktu pihak keluarga membawa persoalan dugaan kekerasan ini ke ranah hukum.
“Dia sepertinya ada gangguang psikologis, karena selalu bikin yang aneh-aneh di rumah. Makanya saya tegur dia dengan keras. Untuk saya mengancam dia dengan sebilah parang itu tidak benar”, ujarnya. (**)
Reporter: Andy Paju