JAKARTA, BERITA FLORES- Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas kini disibukkan dengan sikap penolakan warga Lingko Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, terhadap kehadiran sebuah pabrik semen milik PT. Singah Merah di kampung mereka.
Dilaporkan, sebuah perusahan swasta asal Tiongkok itu, saat ini hendak membebaskan lahan seluas 505 hektare milik warga Lingko Lolok sebagai sumber material pabrik semen seperti batu kapur. Saat ini, PT Singah Merah pun telah memberikan uang kompensasi kepada 89 warga Lingko Lolok untuk memuluskan proses pembebasan lahan tersebut. Namun, sejauh ini masih ada warga di kampung itu maupun warga Lingko Lolok diaspora yang menolak kehadiran perusahan terebut.
Merespon rencana itu, Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus mengatakan, warga kampung Lingko Lolok yang menolak kehadiran PT. Singah Merah lebih cerdas dan rasional dari Bupati Agas Andreas. Sebab, sikap penolakan mereka didasarkan pada pemikiran; industri semen itu tidak akan membawa keuntungan, apalagi bicara soal kesejahteraan warga setempat.
Baca: Warga Dukung Pabrik Semen Usai Terima Rp10 Juta per KK Diaspora Tempuh Langkah Hukum
Bupati Agas Andreas kata dia, sudah tidak memiliki sikap yang jujur lagi dan tidak fair kepada warga setempat, terutama soal informasi mengenai bahaya laten industri semen atau dampak buruk karena hadir di tengah pemukiman warga Luwuk dan Lingko Lolok.
“Bupati Agas Andreas seharusnya jujur kepada PT. Singah Merah bahwa industri semen yang hendak dibangun tidak akan menguntungkan masyarakat setempat,”
Bagi Petrus, pihak yang paling meraup keuntungan besar adalah perusahaan PT Singah Merah, sementara warga hanya akan menjadi buruh kasar dengan gaji kecil standar UMR (Upah Minimum Regional) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di mana sewaktu-waktu bisa di-PHK, sementara tanah milik warga sudah hilang.
Baca: GMNI Soroti Polemik Pabrik Semen di Lamba Leda Manggarai Timur
Menurut advokat Peradi itu, dampak lingkungan sosial lainya adalah masyarakat akan menderita penyakit ISPA, TBC, batuk dan flu. Bahkan, sepanjang masa warga lingkar tambang akan di hadapkan dengan lingkungan yang penuh debu kapur, debu semen, kebisingan suara mesin pabrik bergemuruh selama 24 jam non stop dan bunyi suara bahan peledak untuk menghancurkan batu kapur saat tambang mulai beraktivitas.
“Pada gilirannya akan mengganggu ketenteraman masyarakat penduduk setempat selama bertahun-tahun,” jelas dia.
Bupati Agas Diminta Jujur
Advokat senior kelahiran Flores itu menyebut, Bupati Agas Andreas telah bersikap tidak jujur kepada warga karena warga hanya dicekoki informasi tentang kesejahteraan semu, dengan iming-iming lapangan kerja yang tersedia.
“Iya betul, ada lapangan kerja tetapi UMR-nya berapa, dan untuk lapangan kerja sampai pada level mana, ini semua angin surga atau fatamorgana, karena sejarah membuktikan bahwa kehadiran industri semen selalu membawa dampak buruk bagi masyarakat pemilik tanah dan warga sekitarnya yang menderita penyakit TBC, ISPA, batuk pilek sepanjang tahun,” ujarnya.
Baca: Strategi Perampasan Sumber Daya dan Kewenangan Desa di Satar Punda
Ia pun mempertanyakan, di mana letak kepemimpinan seorang Bupati Agas Andreas, bila warga diperhadapkan dengan perusahaan tambang semen. Jika pada saat seperti ini, Bupati hanya tampil sebagai makelar tanah, lalu ke mana warga berlindung atau mendapat perlindungan.
Petrus meminta Agas Andreas, untuk segera mengubah cara pendekatan terhadap warga. Berpihaklah kepada kepentingan dan kelangsungan hidup warga. Bupati Agas juga diminta harus mengayomi warga agar mengajak mereka paham terlebih dahulu terkait bahaya laten dari industri semen. Di mana debu semen dan debu kapur yang berterbangan sulit dibendung dengan teknologi apapun, sehingga yang menjadi korban adalah warga di sekitar lokasi tambang.
Politisi Hanura itu menguraikan, berdasarkan pengalaman warga Cibinong, Bogor di sekitar PT. Indosement, PT. Semen Cibinong, Semen Gresik, dan PT. Semen Indonesia, membuktikan bahwa yang menjadi korban selalu penduduk di sekitar lokasi pabrik.
“Sudah kehilangan tanah, hidup dengan penuh penderitaan TBC akut, ISPA (gangguan pernapasan). Masyarakat menjadi korban kehadiran pabrik semen yang sudah ada, harus menjadi cermin bagi Bupati Agas Andreas agar jangan mengorbankan warga masyarakat hanya demi uang,” pungkas Petrus.
Oleh karena itu, pihaknya mengajak untuk membangun gerakan advokasi baik warga Diaspora di Jakarta agar membentengi warga Lingko Lolok agar menolak tambang semen melawan PT. Singah Merah. Ia juga mengajak seluruh komponen masyarakat untuk menolak sikap Bupati Agas Andreas yang pro industri tambang semen di Kabupaten Manggarai Timur. (R11).