Ruteng, Beritaflores – Masalah krisis ketersediaan air minun bersih di wilayah Kabupaten Manggarai, NTT, menjadi persoalan serius belakangan ini.
Dalam catatan Beritaflores. com, keluhan masalah krisis air minum ini sudah terjadi sejak Oktober 2024 lalu.
Terbaru, seruan pencopotan Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Komodo, Ruteng, Marsel Sudirman, mulai menggema ke publik.
Seruan itu menggelegar lantaran Marsel selaku dirut PDAM wilayah itu dinilai gagal memenuhi kebutuhan pelanggan akan ketercukupan air minum bersih.
“Copot Dirut Perusahaan Daerah Air Minum, Marsel Sudirman”, suara lantang yang dilontarkan ketua LSM Lembaga Pengkaji Peneliti Demokrasi Manggarai (LPPDM), Marsel Nagus Ahang”, Senin 13 Januari.
Ucapan itu disampaikan Ahang dalam orasinya saat menggelar aksi demonstrasi yang digelar di depan kantor PDAM Tirta Komodo di Ruteng, Manggarai, Senin pagi.
Ahang bereaksi, menuntut upaya PDAM Tirta Komodo mengatasi masalah krisis air minum bersih yang dialami pelanggan PDAM Tirta Komodo di Manggarai.

Tak ayal, keluhan itu berimbas akan suara pencopotan Marsel Sudirman selaku dirut PDAM Tirta Komodo.
Menurut Ahang, kinerja direktur Perumda Tirta Komodo sangat buruk dan bobrok. Hal itu, tegas Ahang, lantaran begitu banyak keluhan pelanggan belakangan ini yang terkesan diabaikan.
Sementara, lanjut Ahang, proses pembayaran tagihan tetap lancar walau airnya macet. Disi lain, Marsel Sudirman selaku dirut disebut-sebut tidak pernah terjun ke lapangan untuk menjawab keluhan masyarakat pelanggan.
Dasar itulah, Ahang meminta agar Bupati Manggarai, Herybertus G.L Nabit segera mencopot Marsel Sudirman dari kursi direktur PDAM Tirta Komodo.
“Ini kami menilai sangat buruk dan cacat prosedural. Kalau Bupati tidak copot direktur perumda Tirta Komodo maka kami akan demonstrasi besar-besaran,” tegasnya.
Menanggapi itu, Dirut Marsel Sudirman, menyebut jika salah satu alasan utama soal macetnya ketersediaan air minum bersih di wilayah ini lantaran menurunnya debit mata air.
Terkait persediaan ketercukupan debit air, Sudirman mengatakan jika pihaknya telah melakukan berbagai tahapan yakni mengukur debit air di sumber mata air.
“Debit air selelau mejadi alasan dari tahun ke tahun kenapa air macet. Management meresponya bahwa debit air itu berkurang itu ada bukti dokumen pekerjaan, apa pekerjaannya? Debit itu diukur. Satu tahun itu dikerjakan dua kali. SOPnya mengukur debit air diukur 2 kali selama satu tahun. kapan diukur? saat musim hujan karena sumbernya itu banyak dan diukur saat musim kering untuk mengetahui apakah debit air stabil atau naik”, katanya.
Terkait data mengenai pengukuran debit, Sudirman mencontohkan, salah satu titik bernama Wae Reget, yang terletak di bagian barat wilayah Leda, Ruteng.
Mulanya, jelas Sudirman, Pada Februari 2023, debit sumber mata air ini berkapasitas 8 liter per detik karena curah hujan tinggi.
Pengukuran serupa juga dilakukan pada Agustus 2023 saat musim kemarau, namun kapasitas debitnya berubah dari 8 liter jadi 7 liter per detik.
Demikian halnya juga pada Mei 2023, debit nya turun dari 7 liter menjadi 6,8 liter per detik. Lalu saat diukur pada November 2023, tetap mengalami penurunan menjadi 4,98 per detik. Artinya, lanjut Sudirman, ada penurunan debit air sebanyak 1,82 liter per detik. Kemudian di April, mengalami peningkatan dari 4,98 liter menjadi 7,3 liter per detik.
“Jadi, kita tidak sedang menyalahkan siapa-siapa, bahwa itu kondisi sumber air bersih. Kalau saja sumber mengalami penuruan pasti berpengaruh pada pelayanan. Kami tidak ada niat ada pengecualian wilayah pendistribusian air bahwa ada yang diistimewakan, ada yang tidak”, jelasnya.
Sementara itu, terkait riak pencopotan dirinya dari kursi Direktur, Sudirman enggan berkomentar banyak sebab menurutnya penunjukan serta pemberhentian tugas itu bukan ranahnya.
“Terkait desakan pencopotan saya dari jabatan itu saya tidak perlu menjawabnya karena itu bukan ranahnya saya”, kata Sudirman. (**)
Reporter: Andy Paju