Berita Flores
No Result
View All Result
  • POLITIK
  • HUKUM
  • GAGASAN
  • SOSIAL BUDAYA
  • EKBIS
  • PARIWISATA
  • DESA
  • ADVERTORIAL
Tuesday, 17 June 2025
  • POLITIK
  • HUKUM
  • GAGASAN
  • SOSIAL BUDAYA
  • EKBIS
  • PARIWISATA
  • DESA
  • ADVERTORIAL
No Result
View All Result
Berita Flores
No Result
View All Result
Home OPINI

Pantai Pede: Arena Konfrontasi Kelas

by Redaksi Berita Flores
5 June 2017
in OPINI, POLITIK
0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: ERICK GASA

“Medan (arena) pada dasarnya adalah tempat persaingan dan perjuangan” (Haryatmoko, Membongkar Rezim Kepastian, 2016)

BeritaFlores.com– Polemik Pantai Pede di Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar) – Flores sejatinya merupakan sebuah arena perjuangan (champ).

Pierre Bourdieu (1994: 56) mengartikan arena perjuangan sebagai lingkup hubungan-hubungan kekuatan antara berbagai jenis modal atau lebih tepatnya antara para pelaku yang memiliki jenis-jenis modal tertentu sehingga mampu mendominasi medan perjuangan yang terkait.

Baca Juga

Menteri HAM Sentil Proyek Geotermal Poco Leok: ‘Tak Bisa Anggap Persetujuan Bupati Sebagai Persetujuan Warga’

Perempuan dan Anak Disabilitas Kerap Terpinggirkan, Stevi Harman Dorong Pemda Rancang Perda Khusus

Strategi yang diterapkan pelaku sangat bergantung pada besarnya kapital yang dimiliki dan juga struktur modal dalam posisinya di lingkungan sosial.

Kapital merupakan sumber daya yang dimiliki setiap individu atau pemain (aktor) dalam sebuah arena, juga menjadi penentu struktur hubungan kelas dalam masyarakat.

Ada empat macam kapital. Pertama, kapital ekonomi, yakni sumber daya yang bisa menjadi sarana produksi dan sarana finansial serta paling mudah dikonversi ke kapital-kapital lain.

Kedua, kapital budaya, yakni semua bentuk kekayaan simbolis yang mengacu pada pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh, lalu menjadi disposisi. Di antaranya adalah ijazah, pengetahuan, kode budaya, cara berbicara, kemampuan menulis, cara bergaul yang berperan dalam penentuan kedudukan sosial.

Ketiga, kapital sosial, yaitu semua bentuk jaringan atau koneksi sebagai sumber daya untuk penentuan kedudukan sosial.

Keempat adalah kapital simbolik, yakni semua bentuk pengakuan sosial baik secara institusional atau tidak, yang pada akhirnya menghasilkan kekuasaan simbolik.

Berbeda dengan sistem klasifikasi kelas Marx, penataan masyarakat oleh Bourdieu bergantung pada kepemilikan kapital ekonomi dan budaya. Baginya, masyarakat dalam dimensi vertikal terdiri dari tiga kelas.

Kelas pertama, disebutnya kelas dominan yang ditandai dengan besarnya kepemilikan modal. Mereka menunjukkan perbedaannya untuk mengafirmasi identitas khasnya dan memaksakan kepada semua dengan melegitimasi satu visi tentang dunia sosial.

Kedua, kelas borjuis kecil, karena memiliki kesamaan sifat dengan kaum borjuis yang mana mereka mampu menaiki tangga sosial dan mereka masuk ke dalam posisi kelas menengah dalam lingkup sosial. Dan, ketiga adalah kelas populer ditandai dengan tiadanya kepemilikan modal.

Menarik untuk mengkaji polemik Pantai Pede dari perspektif komunikasi politik, khususnya dengan berangkat dari konsep pemikiran Bourdieu.

Pantai Pede menjadi sebuah arena yang mempertemukan kelompok atau kelas dominan yang kuat dari sisi kapital ekonomi, yakni PT Sarana Investama Manggabar (PT SIM) dengan kelas borjuis kecil yang lemah dalam kapital ekonomi namun kuat dari sisi kapital budaya, antara lain kelompok seniman, aktivis, biarawan/biarawati.

Kelompok borjuis kecil ini menjadikan Pantai Pede sebagai ruang konfrontasi sekaligus pembebasan atas dominasi kelas dominan.

Bourdieu melihat bahwa dalam arena perjuangan, hubungan antaraktor akan selalu diwarnai oleh dominasi, namun Habermas, melalui konsep ruang publik (public sphere) ingin melihat dari perspektif yang sedikit berbeda bahwa Pantai Pede adalah ruang publik yang didalamnya setiap orang dengan bebas mengemukakan pendapat tanpa harus takut atas dominasi atau sensor dari otoritas tertentu.

Pantai Pede sebagai Ruang Publik

Dalam esainya yang berjudul The Structural Transformation od The Public Sphre, Habermas memperkenalkan konsep ruang publik sebagai refleksi dari obrolan di warung kopi, salon dan tempat keramaian lainnya.

Baginya, tempat-tempat tersebut menjadi locus pertukaran gagasan atau ide dari setiap orang yang ada tentang isu-isu tertentu, tanpa memandang latar belakang dan status sosialnya.

Gagasan-gagasan tersebut pada akhirnya bermuara pada sebuah konsensus yang mengkristal dalam bentuk opini publik (Habermas, 1989: 2-4).

Ruang publik menjadi medium konfrontasi politik masyarakat (Habermas, 1989: 27).

Kebebasan dalam berpendapat dan ketiadaan sensor menjadi modal bagi lahirnya sebuah masyarakat yang demokratis, masyakarat yang partisipatif.

Isu mengenai privatisasi Pantai Pede menjadi perhatian bersama (common concern) seluruh masyarakat Manggarai.

Hal ini tentu sangat beralasan karena Pantai Pede tidak lagi dipandang sebagai public place semata melainkan sebagai public sphere dan lebih jauh sebagai tanda atau simbol.

Pantai Pede menjadi tanda penghormatan akan hak-hak politis masyarakat Manggarai Barat. Sama seperti hak-hak lainnya, maka sudah sewajarnya semua pihak menghargai hak-hak politik masyarakat yang disimbolkan oleh Pantai Pede.

Bahwa pengelolaan Pantai Pede juga harus tetap mengedapankan dan mengejar tercapainya bonum commune tidak melulu mengatasnamakan logika untung rugi dan menghilangkan esensi pembangunan itu sendiri, pembangunan sumber daya manusia bukan sekadar pembangunan fisik.

Akhirnya, penggalan tulisan Dr.Haryatmoko (2003: 162) berikut ini bisa menjadi bahan permenungan bersama kita sebagai masyarakat Manggarai yang peduli akan eksistensi Pantai Pede.

“Ruang publik adalah sarana penyingkapan identitas manusia. Mengenali identitas seseorang berarti mengetahui posisinya dalam jaringan hubungan manusia. Penyingkapan berarti kehidupan manusia yang memaparkan sejarahnya. Dengan demikian, ruang publik menjadi sumber makna bagi aksi politik. Semua hasil karya dan sejarah bisa diabadikan”

 Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia

Sumber: Floresa.co

Tags: Pantai PedePrivatisasi

Related Posts

Menteri HAM Sentil Proyek Geotermal Poco Leok: ‘Tak Bisa Anggap Persetujuan Bupati Sebagai Persetujuan Warga’
BERITA

Menteri HAM Sentil Proyek Geotermal Poco Leok: ‘Tak Bisa Anggap Persetujuan Bupati Sebagai Persetujuan Warga’

22 May 2025
Perempuan dan Anak Disabilitas Kerap Terpinggirkan, Stevi Harman Dorong Pemda Rancang Perda Khusus
BERITA

Perempuan dan Anak Disabilitas Kerap Terpinggirkan, Stevi Harman Dorong Pemda Rancang Perda Khusus

11 May 2025
Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, Stevi Harman Dorong Pelibatan Mitra Sosial
BERITA

Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, Stevi Harman Dorong Pelibatan Mitra Sosial

5 May 2025
Ketika Perempuan Harus Berpaling Dari Ranjang
OPINI

Ketika Perempuan Harus Berpaling Dari Ranjang

21 April 2025
Gubernur NTT Temui Uskup Ruteng Bahas Geotermal: “Semua Harus Duduk Bersama Cari Solusi”
BERITA

Gubernur NTT Temui Uskup Ruteng Bahas Geotermal: “Semua Harus Duduk Bersama Cari Solusi”

12 April 2025
BERITA

Thomas Tahir Serap Aspirasi Warga Beamese, Pemda Diminta Naikan Status Puskesmas jadi Puskesmas Rawat Inap

6 April 2025

ARTIKEL TERKINI

Tabrak Mobil Tronton di Wae Ces, Seorang Anggota TNI bersama Rekan Pemotornya Tewas di Tempat Kejadian

10 June 2025
Fransiscus Go Salurkan Bantuan Benih untuk Petani Hortikultura di Manggarai

Fransiscus Go Salurkan Bantuan Benih untuk Petani Hortikultura di Manggarai

25 May 2025

Sukacita Warga Golo Tutup Doa Rosario dengan Membuka Turnamen Voli

25 May 2025
Natalius Pigai Ajak Masyarakat Manggarai Jaga Budaya Lima Lampek sebagai Wujud Penghormatan HAM

Natalius Pigai Ajak Masyarakat Manggarai Jaga Budaya Lima Lampek sebagai Wujud Penghormatan HAM

22 May 2025

BANYAK DIBACA

Tabrak Mobil Tronton di Wae Ces, Seorang Anggota TNI bersama Rekan Pemotornya Tewas di Tempat Kejadian

Koperasi di Seluruh Indonesia Merasa Teraniaya oleh Regulasi Pemerintah

Mengenal Ferdy Hasiman, Sosok Anak Muda yang Siap Pimpin Manggarai Timur

Nekat Bawa Istri Orang Cek In di Hotel Agung Ruteng, Bos Pasir Asal Benteng Jawa Akhirnya Merugi Puluhan Juta

Anggota DPRD Manggarai Timur Desak Dinas PUPR Segera Proses Amdal Jalan ke Mengge

Babak Baru Kasus Pengiriman Sapi Ilegal Asal Manggarai Tujuan Bima, NTB

Copyright ©2017-2025 Beritaflores.com

  • Redaksi
  • Pedomaan Media Siber
Facebook Twitter Youtube
No Result
View All Result
  • POLITIK
  • HUKUM
  • GAGASAN
  • SOSIAL BUDAYA
  • EKBIS
  • PARIWISATA
  • DESA
  • ADVERTORIAL

© 2024 Berita Flores