RUTENG, BERITA FLORES – Pemerintah Desa Satar Ngkeling, Kecamatan Wae Rii, Kabupaten Manggarai, NTT bekerjasama dengan Puskesmas Bangka Kenda dan Yayasan Plan International Indonesia untuk mendorong pembangunan inklusi yang ramah disabilitas di desa tersebut.
Kepala Desa Satar Ngkeling, I Gusti Ayu KD Sri Astuti mengatakan, sebanyak 8 rumah milik penyandang disabilitas di desa itu telah aksesibel karena dipasangi ram, petunjuk arah atau pegangan sehingga bisa diakses penyandang disabilitas seperti menuju jamban di rumah mereka.
“Hanya 8 rumah penyandang disabilitas karena itu kategori buta dan mengalami struk. Sementara penyandang disabilitas yang lain merupakan pembawaan sejak lahir dan masih bisa mengakses jamban,” ujarnya.
Kades Ayu mangaku bahwa, saat ini pihaknya terus bersosialisasi membuatkan contoh sarana aksesibel untuk sanitasi seperti jamban inklusi yang ramah difabel. Sebelumnya, pihaknya menggandeng stakeholder terkait di desa menata 8 rumah agar ramah difabel, meskipun masih menggunakan bahan lokal seperti bambu atau kayu untuk petunjuk arah dan pegangan bagi penyandang disabilitas.
Ia mengungkapkan, untuk penyandang disabilitas yang mengalami sakit, pihak Puskesmas Bangka Kenda lansung melayani kesehatan mereka dengan melakukan cek tensi darah atau pun pemberian vitamin dan obat penurun tensi apabila ada saran yang tensi tinggi.
“Kami swadaya bersama Plan Indonesia, Puskesmas Bangka Kenda dan tenaga kesehatan Polindes, pemerintah desa dan Babinsa,” beber dia.
Ia mengaku, pihaknya telah memberi bantuan kepada masyarakat berupa sarana CTPS bersumber dari Dana Desa tahun 2022. Bantuan CTPS ini diberikan kepada setiap rumah masyarakat Desa Satar Ngkeling.
Saat ini juga di setiap rumah gendang sudah membangun sebanyak 4 jamban termasuk di kantor desa. Ada beberapa sekolah juga telah memberi bantuan berupa cairan disinfektan, sarana CTPS, masker, alat cek suhu, dan APD untuk Polindes bersumber dari Dana Desa.
Ia mengaku, terus mengimbau kepada masyarakat tentang pentingnya pola perilaku hidup sehat.
Kades Ayu juga mengakui, Desa Satar Ngkeling sudah diverifikasi oleh Ketua PKK Kabupaten Manggarai tentang STBM GESI. Bersama Ketua PKK Kabupaten Manggarai menggelar kunjungan pada 29 Maret 2022 ke Desa Satar Ngkeling untuk kegiatan STBM GESI dan disabilitas.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Bangka Kenda, Mikael Mor mengatakan sampai saat ini pihaknya belum mengantongi total data riil penyandang disabilitas di wilayah Puskesmas Bangka Kenda. Saat ini hanya Desa Bangka Kenda dan Satar Ngkeling yang sudah terdata.
Selama ini pemerintah desa yang lain asal mengirim data yang belum terverifikasi.
Mikael mengatakan, saat ini pihaknya telah membuat ram untuk pegangan penyandang disabilitas yang terbuat dari bahan lokal seperti bambu bekerjasama dengan Plan Indonesia, Puskesmas Bangka Kenda dan pemerintah desa.
Ia juga mengaku, pihaknya selalu berkoordinasi dengan pemerintah desa dan keluarga dari penyandang disabilitas terkait perlakuan yang sama terhadap masyarakat dan anggota keluarga yang berkebutuhan khusus. Pihaknya selalu mengajak keluarga untuk menggunakan bahan lokal untuk membuat fasilitas yang ramah difabel. Pihaknya juga selalu memberi edukasi terhadap difabel agar bisa mandiri tidak bergantung dengan orang lain.
Mikael menambahkan, hingga saat ini Puskesmas Bangka Kenda selalu berkoordinasi dengan pemerintah Desa Satar Ngkeling tentang pembangunan inklusi seperti jamban yang ramah difabel. Akan tetapi sampai saat ini pihaknya belum mendapat informasi terkait intervensi anggaran dari Dana Desa untuk penanganan penyandang disabilitas khusus untuk akses sanitasi di desa itu.
Difabel dan Lansia Hidup Memprihatinkan
Agata Adul seorang lansia berusia 70 tahun dan Tadeus Ebo berusia 36 tahun. Keduanya beralamat di Dusun Kuar, Desa Bangka Kenda, Kecamatan Wae Rii, Kabupaten Manggarai, Flores-Nusa Tenggara Timur (NTT). Keduanya hidup memprihatinkan.
Kepala Puskesmas Bangka Kenda, Mikael Mor mengatakan, dirinya pernah membuat pertemuan dengan masyarakat setempat untuk membantu pembangunan jamban seorang difabel dan seorang lansia tersebut. Sampai saat ini tidak ada masyarakat yang memberikan bantuan. Karena itu, Puskesmas Bangka Kenda memberi sumbangan material berupa pasir dan semen.
Rencana pembangunan jamban untuk kedua orang yang termasuk dalam kelompok marginal tersebut hingga kini belum tuntas, karena anggaran sangat terbatas. Kini, jamban tersebut masih mengalami kekurangan besi dan kloset. Ironisnya, warga lingkungan sekitar juga kurang peduli terhadap penyandang disabilitas dan lansia ini.
“Rencananya akan dibangun jamban inklusi yang ramah penyandang disabilitas,” kata Mikael.
Pihaknya melihat secara kemanusiaan sehingga terpanggil untuk peduli untuk membangun jamban inklusi. Saat ini pihak Puskesmas Bangka Kenda telah memberi bantuan material pasir dan semen.
Karena di dalam rumah ada seorang lansia dan seorang difabel. Bila tidak bisa mengatasi soal ini, program STBM inklusi 100 persen BABS atau Kabupaten ODF bisa terganggu.
Pembangunan jamban inklusi untuk seorang difabel lansia ini belum rampung. Bahkan sudah lama dibiarkan mangkrak dan pemerintah desa tidak melihat ini sebagai persoalan.
Kapus Mikael juga mengaku pihaknya sering melakukan advokasi anggaran untuk 7 desa di wilayah kerja Puskesmas Bangka Kenda agar mendorong pembangunan inklusi dan ramah difabel. Ironisnya, khusus untuk Desa Bangka Kenda tidak pernah ada bantuan jamban dari desa untuk masyarakat rentan.
Miakel menegaskan, meski pihak Puskesmas sering melakukan advokasi, namun tidak pernah dianggarkan oleh pemerintah desa. Bahkan pemerintah desa Bangka Kenda tidak peduli dengan persoalan yang ada. Meski banyak rumah bantuan tapi tidak membuat jamban inklusi, karena tidak didampingi oleh desa sebagai sumber bantuan.
Penulis: Ronald Habe