RUTENG, BERITA FLORES- Ratusan massa aktivis gabungan pemuda dan mahasiswa Manggarai menggelar aksi unjuk rasa di Jembatan Gongger, Reo, Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT, pada Rabu siang, 24 Juni 2020.
Massa aliansi itu merupakan gabungan dari aktivis Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ruteng, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Manggarai, dan Aliansi Gerakan Pemuda Reo Tolak Tambang.
Berdasarkan pantauan Beritaflores di lokasi, para aktivis sempat menghadang mobil rombongan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat yang hendak menuju Lengko Lolok, Desa Satar Punda sebagai lokasi tambang batu gamping sumber material pabrik semen. Situasi pun kian memanas akibat beberapa oknum polisi bertindak anarkis terhadap para demonstran.
Bahkan seorang aktivis PMKRI Cabang Ruteng, Christian Oristi sempat terjatuh ke aspal akibat dorongan keras dilakukan oleh seorang oknum Polair yang bertugas di Pelabuhan Kedindi, Reo.
Meski mobil rombongan Gubernur NTT sempat tertahan di jembatan Gongger, Reo karena dihadang ratusan massa aksi untuk meminta dialog. Namun, Gubernur Victor enggan menemui para demonstran, padahal para aktivis sangat berharap untuk bisa berdialog secara lansung bersama orang nomor satu NTT itu.
Bahkan beberapa oknum polisi Polres Manggarai Timur sempat mendorong dan mencekik leher para aktivis. Saat itu, aparat keamanan gabungan TNI dan kepolisian malah berbuat anarkis sehingga berhasil memukul mundur para demonstran di lokasi tersebut. Rombongan Gubernur NTT kemudian melanjutkan perjalanan menuju Lengko Lolok kemudian menuju Pota, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur.
Baca: Tolak Tambang Semen Kian Masif, Gubernur NTT: Kami Berhitung Secara Cermat
Usai mengunjungi kampung Lengko Lolok rombongan Gubernur NTT kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pota, Ibu kota Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur.
Mahasiswa dan kelompok pemuda menuntut Gubernur NTT agar segera menghentikan seluruh proses izin tambang batu gamping di Lengko Lolok dan rencana pembangunan pabrik semen di Luwuk, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda.
Tidak hanya aktivis PMKRI dan GMNI, sekelompok aktivis Pergerakan Mahasiswa Manggarai (PMM) Reo juga berunjuk rasa. Dalam tuntutannya, mereka mendesak penghentian praktik pungutan liar di kota Reo.
Pasukan Brimob Polres Manggarai dan Polres Manggarai Timur dikerahkan ke lokasi demonstran. Bahkan ratusan aparat keplisian dan belasan aparat TNI ikut mengawal rombongan Gubernur Laiskodat.
Kordinator Umum Patrisius Jenapa mengatakan, lokasi tambang batu gamping Lengko Lolok merupakan kawasan Karst di pulau Flores berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Nomor: SK.8/ MENLHK/ SETJEN/ PLA.3/ 1/2018 tentang Penetapan Wilayah Ekoregion Indonesia.
Dalam dokumen tersebut kata dia, total wilayah karst mencapai 81.809 (33% dari luas kabupaten Matim). Sementara rencana pembagunan lokasi pabrik semen berada persis di ekosistem karst. Oleh karena itu, secara nyata kehadiran pabrik semen akan merusak wilayah karst yang ada. Kerusakan kawasan karst nantinya akan berdampak pada kekeringan dan tentu saja kekeringan.
“Kehadiran tambang batu gamping dan pabrik semen bukan merupakan solusi yang tepat dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Sebab hal ini berkontradiksi dengan daya dukung masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Merupakan suatu pembohongan terhadap publik ketika dikampanyekan bahwa baik tambang maupun pabrik semen memilki daya serap tenaga kerja semua masyarakat lokal,” ujarnya.
Ketua Presidium PMKRI Cabang Ruteng, Heri Mandela mengatakan, pada umumnya aktivitas pertambangan berkarakteristik tidak dapat diperbarui, mempunyai resiko yang relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Bahkan, debu, asap, maupun gas beracun lainnya akan timbul dari aktivitas pertambangan. Hal ini dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan bahkan mengakhiri hidup seseorang karena mengidap segala jenis sakit dan penyakit.
“Jadi kerugian alam dan masyarakat Lengko Lolok sebagai dampak dari aktivitas tambang tak sebanding dengan uang yang dikucurkan perusahaan untuk membeli lahan bahkan menyogok masyarakat,” ujarnya.
Baca: Mata Air di Luwuk Terancam Hilang Akibat Eksploitasi Tambang
Sementara itu, seorang Orator Aliansi Gerakan Pemuda Reo Tolak Tambang, Indra Memo mengatakan, pihaknya menolak keras rencana aktivitas tambang batu gamping dan pabrik semen Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur.
“Suara kami tidak bisa dibungkam sampai kapan pun hingga Gubernur Victor Laiskodat menghentikan seluruh proses izin tambang,” pungkas dia.
Mantan Aktivis GMNI Cabang Makassar itu menegaskan, tambang batu gamping dan pabrik semen merupakan investasi kematian karena sangat merusak lingkungan. Di mana, kata dia, lokasi tambang semen merupakan lahan produktif warga. Untuk itu, aktivitas tambang sangat mengancam lahan produktif milik warga kampung Luwuk dan kampung Lengko Lolok.
“Pendiri bangsa pernah mengatakan, wahai anak cucuku jangan mau dibeli oleh kapitalisme asing karena negeri ini diperjuangkan dengan darah perjuangan para pahlawan. Kepentingan investor asing yang merusak harus dilawan,” tegas dia. (TIM).