RUTENG, BERITA FLORES- Pandangan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat telah meminta akan memindahkan pabrik semen ke pulau Timor, jika warga Kabupaten Manggarai Timur menolak kehadiran pabrik semen di Luwuk, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda.
Merespon hal itu, Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus mengatakan, pandangan Gubernur Viktor sangat tepat karena bukan saja karena masyarakat Manggarai Timur menolak kehadiran pabril semen, akan tetapi sebagai bukti bahwa Gubernur Viktor tetap berkomitmen terhadap janji kampanye pada Pilkada 2018 untuk menolak bahkan mencabut izin semua aktivitas pertambangan.
“Jelas masyarakat Manggarai Timur tidak menghendaki adanya pabrik semen di wilayahnya, karena berdampak buruk bagi lingkungan,” kata Petrus.
Petrus menambahkan, kehadiran tambang bahkan dapat menghilangkan nilai budaya masyarakat setempat karena bisa menimbulkan kerusakan lingkungan. Bahkan masyarakat setempat bisa terkena dampak berbagai macam penyakit seperti TBC, ISPA, dan kulit gatal akibat debu aktivitas pabrik. Meski begitu kata dia, ide memindahkan pabrik semen itu ke pulau Timor, juga bukan langkah bijak, karena dampak buruknya sama dan komitmen Gubernur NTT tolak tambang berlaku untuk seluruh wilayah hukum di NTT.
Jika hanya memenuhi kebutuhan semen untuk NTT tidak harus dengan membangun pabrik semen di NTT sekalipun NTT memiliki lahan dengan kandungan bahan baku batu kapur yang mengandung zat untuk bahan baku semen berlimpah. Pabrik semen yang besar-besar di Jawa, Sumatera, Sulawesi bahkan ada PT. Semen Kupang tinggal pemerintah berdayakan, alat angkut darat dan laut kita makin maju.
“Daripada NTT bangun Pabrik lebih baik sewa kapal laut khusus angkut semen dari Jawa,” kata Petrus.
“Jika untuk kebutuhan semen di NTT dan Timor Leste mengapa tidak perbesar PT. Semen Kupang, toh lokasi PT. Semen Kupang jauh dari pemukiman warga dan semua sudah diperhitungkan dengan matang saat PT. Semen Kupang dibangun Pemerintah,” lanjut dia.
Petrus mengungkapkan, kebutuhan semen di NTT setiap tahun mencapai 1,2 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan semen di Timor Leste mencapai 600 ribu ton per tahun, sementara PT. Semen Kupang NTT, saat ini hanya mampu menghasilkan 250 ribu ton per tahun artinya kurang, mestinya tinggal diperbesar pabrik PT. Semen Kupang atau defesit semen 950 ribu ton per tahun sebaiknya datangkan dari Jawa atau Sulawesi yang dianggap sanggup mensuplai kebutuhan di NTT.
Lebih lanjut ia katakan, pihak Gereja bersama masyarakat NTT untuk mendukung secara tegas untuk memindahkan pabrik semen ke luar daerah NTT. Di mana, pandangan masyarakat dan Gereja di Flores bahwa apapun namanya, jika kehadiran tambang itu jelas merusak lingkungan dan keindahan pulau Flores dalam sudut pandang pariwisata di masa yang akan datang. Bahkan sejarah membuktikan bahwa selama ini industri apapun namanya yang datang dari swasta tidak membawa keuntungan bagi masyarakat setempat, karena masyarakat hanya kenyang dengan janji-janji akan memperoleh kesejahteraan, malah yang muncul penyakit TBC, ISPA, dan kulit gatal-gatal.
“Karena itu Gubernur NTT jangan merubah pemahaman masyarakat tentang dampak buruk dan daya rusak yang ditimbulkan oleh kehadiran pabrik semen, lebih baik Gubernur NTT memahami alasan penolakan pembangunan industri yang merusak lingkungan hidup, punahnya budaya berarti tidak mendukung industri pariwisata. Maka jangan bermimpi industri tambang diterima masyarakat dan Gereja di NTT,” pungkas dia.
Pemerintah sebaiknya hantikan dan mentutup total keinginan investor dari manapun yang hendak membangun pabrik semen di Kabupaten Manggarai Timur atau di manapun di NTT, karena minim manfaat ekonomi bagi masyarakat, daya rusak lingkungan sangat dahsyat. Selain itu, hanya memberi untung besar kepada pemilik modal dan pejabat, kemudian masyarakat hanya diwariskan bangkai-bangkai mesin tua, limbah lingkungan bekas galian yang tidak dihijaukan kembali bahkan berbagai jenis penyakit dialami masyarakat tanpa ada yang bertanggung jawab. (TIM).