BORONG, BERITA FLORES–Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Manggarai Timur, Yosep Marto mengatakan bahwa Danau Wae Togong bisa dimanfaatkan jadi sumber Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
Kadis Marto menjelaskan hal tersebut saat meninjau lokasi bencana tanah longsor di Wae Togong, Desa Compang Necak, Kecamatan Lamba Leda pada Jumat, 17 Mei 2019.
Danau tersebut terbentuk usai bencana tanah longsor terjadi di wilayah itu. Di mana, material bencana seperti tumpukan tanah dan batu menutupi aliran sungai Wae Togong sehingga membentuk sebuah danau besar.
Lokasi bencana tepat di perbatasan antara Kecamatan Lamba Leda dengan Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Flores-Provinsi NTT. Bencana tanah longsor itu terjadi pada Rabu, 17 April 2019 lalu saat hari pemungutan suara berlansung.
Kadis Yosep Marto mengatakan bahwa, kunjungan tersebut bertujuan untuk memantau secara lansung penyebab terjadinya bencana tanah longsor di wilayah itu.
Ia menjelaskan, kunjungan itu juga untuk memastikan dampak negatif maupun dampak potitif dari bencana tanah longsor terhadap kehidupan masyarakat setempat.
Menurut Marto, ada dampak positif dari bencana tersebut karena material tanah longsor telah menutupi aliran air sungai Wae Togong sehingga membentuk sebuah danau besar.
Ia pun memastikan dapat bermanfaat untuk kepentingan masyarakat di sekitar lokasi. Untuk itu, pihaknya, ingin mendatangkan Tim Geologi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar melakukan kajian teknis terhadap kondisi lokasi di sekitar danau Wae Togong.
Mantan Sekretaris Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Timur itu menyebut, apabila hasil penelusuran Tim Geologi memiliki dampak positif, maka pemerintah berencana untuk membangun PLTMH atau membuat bendungan dan irigasi agar dimanfaatkan untuk pengairan persawaan petani di Cembak, Desa Kaju Wangi, wilayah Kecamatan Lamba Leda bagian utara.
“Dengan kondisi kemarin itu airnya tidak meluap, maka potensi pertama itu kemungkinan bisa dijadikan PLTMH karena debit airnya masih stabil,” kata Kadis Marto di lokasi itu Jumat, 17 Mei 2019.
“Bisa juga dimanfaatkan untuk bangun irigasi untuk persawahan di Cembak. Tapi itu semua dipastikan jika sudah diteliti oleh Tim Geologi,” cetus dia.
Ia menuturkan, PUPR akan membuat surat untuk melaporkan hasil peninjauan di lokasi kepada Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas dan Sekretaris Daerah, Boni Hasudungan.
“Kita berkeinginan untuk mendatangkan ahli geologi BNPD untuk bisa memastikan asas manfaat dari bencana tanah longsor itu. Kita membutuhkan tim teknik geologi untuk melihat dan memastikan adanya longsor susulan,”
Ia berharap kepada Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas dan Sekertaris Daerah, Boni Hasudungan untuk segera mendatangkan tim ahli geologi BNPB. Agar tidak berdampak negatif terhadap masyarakat di sekitar lokasi bencana. Sehingga tim geologi BNPB dapat menghimbau kepada warga tidak berakativitas di sekitar daerah itu jika masih punya potensi longsor susulan
Di lokasi itu, kata dia, terdapat kebun warga berupa tanaman komoditi antara lain; kemiri, coklat, vanili, dan kopi.
Marto mengungkapkan, tidak ada korban jiwa saat bencana tanah longsor terjadi. Sebab, semua warga setempat saat itu tengah mengikuti pemilihan umum 17 April lalu.
“Kemarin waktu kejadian ini bersamaan dengan pemilu makanya tidak ada warga yang berkebun. Andaikan mereka lagi berkebun, pada saat itu berarti mereka jadi korban,” ungkap dia.
Pantauan Beritaflores.com Jumat, 17 Mei 2019 bahwa, di lokasi bencana tanah longsor kurang lebih 10 hektare itu ada tumpukan tanah dan batu besar jatuh dari atas bukit sehingga menumpuk penuh di aliran sungai Wae Togong. Akibatnya, air tidak dapat mengalir ke hilir sungai sehingga membentuk sebuah danau besar.
Sementara itu, dampak negatif juga dirasakan warga setempat akibat bencana itu. Sebab tanaman komoditi mereka seperti kemiri, kopi, cengkeh, coklat dan sebagian lahan sawah pun tertimbun tanah longsor.
Penulis: Efren Polce