Ibarat adu lari, Desa Siru sudah kalah sejak pistol star diletuskan. Teknik
berlari yang sudah kuno, membuat “pelari” Siru tertinggal jauh di lintasan.
Untuk mengejar ketertinggalan, “pelari” Siru memerlukan teknik baru agar dapat berlari tiga kali lebih cepat.
Teknik baru dalam berlari, hanya mungkin lahir jika Siru memiliki pemimpin yang visioner.
Seperti apa pemimpin visioner itu?. Bung Hatta pernah mengemukakan syarat seorang pemimpin visinoner dalam satu kalimat yang lugas, Iman yang teguh, watak yang kukuh, dan urat saraf yang kuat.
Disamping itu, pemimpin visioner adalah pemimpin yang mempunyai komitmen kerja cepat, kerja cerdas, dan yang tak kalah penting adalah kerja tuntas, serta bekerja cepat seperti mata.
Ia bukan sekadar mata yang bergerak secara acak, melainkan harus menjadi mata yang jeli melihat sesuatu yang belum terlihat atau bahkan sama sekali tidak terlihat rakyatnya.
Bukan itu saja, ia pun sanggup menyakinkan dan mengajak rakyatnya, untuk memperjuangkan pandangan masa depannya dengan penuh optimisme .
Untuk menjadi pemimpin bermata jeli, seorang pemimpin harus berkarakter, punya kredibilitas, menjadi inspirasi keteladanan dan mampu menumbuhkan harapan.
Mari kita elaborasi sedikit soal ini. Pertama, berkarakter. Pemimpin berkarakter tidak hanya mengandalkan pengalaman jabatan, jam terbang politik, dan deretan panjang aktivitas kemasyarakatan, tanpa catatan prestasi yang jelas dalam semua kiprahnya itu.
Pemimpin berkarakter adalah, pemimpin yang mampu membuat skenario masa depan bagi rakyat, dan memperjuangkan skenario itu dengan melakukan perubahan mendasar ditengah masyarakat.
Kedua, kredibilitas. Ini menyangkut komitmen, integritas, kejujuran, konsistensi dan keberanian seorang pemimpin untuk bertanggungjawab atas pilihannya.
Bukan jenis pemimpin dengan mental “tempe”, selalu ragu-ragu dan serba lambat mengambil keputusan diantara sekian banyak pilihan yang memang mustahil sempurna.
Pemimpin yang kredibilitasnya mumpuni, sejak semula berkuasa siap mempertanggungjawabkan kegagalan tanpa mencari kambing hitam. Ia lebih suka mencari apa yang keliru untuk diperbaiki ketimbang mencari siapa yang patut disalahkan.
Ketiga, inspirasi keteladanan. Boleh jadi ini aspek kepemimpinan yang terpenting, dan sekaligus teramat sulit untuk kita temukan kini. Banyak pemimpin yang gagal menjadi sumber inspirasi keteladanan.
Pemimpin yang inspiratif, semestinya sanggup secara otentik menunjukkan ketulusan satunya ucapan dengan tindakan, satunya seruan dengan pelaksanaan, satunya tekad dengan perbuatan.
Keempat, menumbuhkan harapan. Pemimpin yang memberi harapan adalah, pemimpin mampu menjadikan harapan rakyatnya sebagai roh kepemimpinannya.
Tidak sebaliknya, secara egois menjadikan harapan diri dan kelompoknya, seolah-olah sebagai harapan rakyatnya. Ada adigium yang menyangkut soal ini: “Kebijakan dan tindakan seorang pemimpin atas rakyat yang dipimpin, haruslah terkait langsung dengan kesejahteraan mereka.”
Titik sentral perubahan di Desa Siri ada pada kepemimpinan. Carut-marut keadaan yang kian tidak menentu ujung-pangkalnya lantaran desa ini sedang landa tsunami krisis kepemimpinan.
Kita tidak pernah kekurangan stok calon pemimpin. Buktinya, setiap musim pemilihan tiba, stok calon pemimpin berlimpah adanya. Tetapi kita jelas sedang dihantam paceklik panjang kepemimpinan.
Masyarakat Desa Siru tentu berharap bahwa, Pilkades yang di selenggarakan 27 September mendatang untuk memilih pemimpin yang bermata jeli dan visioner.
Oleh : Sumardi
Calon Kepala Desa Siru, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, NTT Periode 2018 – 2024