RUTENG, BERITA FLORES- Berbagai masalah yang mengitari masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) terus disuarakan oleh dr. Stevi Harman, salah satu anggota DPD RI dari dapil Propinsi NTT.
Usai menyoroti nasib guru agama di NTT saat rapat dengan Kementerian Agama (Kemenag), kini di depan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) senator muda itu menyuarakan masalah kekurangan obat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Saat melaksanakan rapat kerja, ia meminta Kemenkes untuk mengintervensi tata kelola perobatan di RSUD Komodo. Sebab dalam kunjungan kerjanya banyak sekali mendengar keluhan pasien terkait obat-obat tertentu yang sering habis di RSUD Komodo.
“Saya menerima aspirasi dari RSU Komodo, yang juga RSU Kemenkes. Pasien-pasiennya mengeluhkan bahwa mereka sering kehabisan obat-obat, seperti obat-obat hipertensi, obat-obat DM,” ujar dr. Stevi Harman melalui pesan WhatsApp pada Jumat, (6/12/2024).
Ia menyayangkan kondisi obat-obat yang seharusnya ditanggung oleh BPJS malah sering habis di rumah sakit umum yang merupakan milik Kemenkes.
“Jadi obat-obat jangka Panjang yang seharusnya ditanggung oleh BPJS. Itu masih sering habis. Mungkin perlu perhatian khusus Kemenkes, untuk kenapa kok bisa di rumah sakit Kemenkes itu sering habis obat-obat itu,” katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, saat ini antara pihak RSUD Komodo dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat mengaku masih terkendala kekurangan dana.
“Kalau perlu diberikan intervensi juga Pemdanya dan rumah sakitnya itu. Karena mereka belum klop ini kenapa kok sering habis. Pemdanya bilang kurang dana, tapi rumah sakitnya juga bilang tidak bisa memberi rekomendasi penambahan dana lebih ke Pemdanya. Itu kurang klop, mungkin perlu intervensi khusus,” imbuhnya.
Akibat kekurangan obat tersebut, sambungnya, para pasien sering kali menggunakan uang sendiri untuk membeli obat-obat yang seharusnya ditanggung oleh BPJS.
“Karena masyarakat banyak mengeluh, mereka diminta rumah sakit untuk beli lagi sendiri, padahal udah bayar yuran BPJS,” pungkas dr. Stevi Harman.
Penulis: Heri Mandela.