Ruteng, Beritaflores.com – Ratusan umat Katolik Paroki St. Antonius Padua Ri’i, Beamese mengikuti ibadat Jalan Salib melalui pertunjukkan drama teatrikal visual yang di selenggarakan di sekitar Gererja St. Paulus II Nimbong, Barang, Kecamatan Cibal, pada Jumat 29 Maret 2024 pagi.
Drama teatrikal jalan salib itu diperagakan oleh puluhan anak-anak muda dari wilayah stasi Laci yang di dilaksanakan mulai pukul 08.00 WITA, jelang puncak perayaan ibadat Paskah yang dijadwalkan pada pukul 15.00 WITA.
Prosesi yang menggambarkan kisah sengsara Yesus Kristus ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Tri Hari Suci Paskah bagi umat katolik di wilayah gereja tersebut.
Pantauan di lokasi, tampak ada 14 simbol perhentian Yesus telah dipajangkan di seputaran area Gereja dan dijadikan sebagai petunjuk saat adegan teatrikal jalan salib dipergakan.
Tak hanya itu, sejumlah salib yang terbuat dari balok kayu juga tampak telah di siapkan pada area yang dijadikan bukit golgota, yakni di sebelah timur bagian atas gereja.
Dalam teatrikal jalan salib ini, Yesus diperankan oleh Teldy Rikardus sedangkan Maria diperankan oleh Susana Dwiyanti.
Air Mata Umat Tak Terbendung
Prosesi Jalan Salib tampak dijalankan berjalan penuh khusyuk. 14 perhentian pun satu per satu diperagakan dalam adegan, persis sebagaimana dialami saat kisah sengsara Yesus.
Mulai dari kisah Yesus diadili Pilatus, Yesus dijatuhi hukuman mati, Yesus dicambuk dan dimakhotai duri, Yesus memanggul salib-Nya, Yesus jatuh pertama kalinya, Yesus berjumpa dengan ibunya, Yesus dibantu Simon dari Kirene, Yesus diusap Veronika, Yesus jatuh untuk kedua kalinya, Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya, Yesus jatuh untuk ketiga kalinya, Pakaian Yesus ditanggalkan, Yesus disalibkan, Yesus wafat di kayu, Yesus diturunkan dari salib hingga Yesus dimakamkan.
Dalam prosesnya, tampak para umat sungguh menghayati hingga tak mampu menahan kesedihan, lalu meneteskan air mata.
Momen ini terpantau saat umat menghayati adegan dimana pemeran Yesus mulai memanggul salibnya, dicambuk dan jatuh namun bangkit lagi.
“Tuhan Ampunilah Kami orang berdosa ini”, cetus salah satu umat perempuan sambil mengusapkan air matanya saat menyaksikan adegan Yesus di Cambuk para Algojo dalam teatrikal yang diperagakan.
Visualisasi Jalan Salib ini selesai sekitar pukul 10.30 WITA.
Mengenal Jalan Salib
Dalam bahasa Latin, Jalan Salib disebut dengan Via Crucis, atau Via Dolorosa yang berarti Jalan Penderitaan.
Via Dolorosa atau Jalan Penderitaan merujuk pada penggambaran masa-masa terakhir (atau Penderitaan) Yesus, atau dengan kata lain devosi yang berpusat pada renungan kisah sengsara Tuhan Yesus.
Tradisi sebagai devosi yang diadakan di gereja dimulai oleh Santo Fransiskus Assisi dan menyebar ke seluruh Gereja Katolik Roma pada abad pertengahan.
Hal ini kurang diperingati oleh gereja-gereja Anglikan dan Lutheran. Devosi ini bisa dilakukan kapan saja, tetapi paling umum dilakukan pada masa Pra-Paskah, terutama pada Hari Jumat Agung dan pada Jumat malam selama masa Pra-Paskah.
Sejarah Jalan Salib
Mengutip laman Wikipedia.org, sejarah Jalan Salib di mulai pada abad ke 14, diperkenalkan oleh para biarawan dari Ordo Fransiskan (OFM), lebih-lebih sejak St. Fransiskus Asisi mengalami stigmata.
Pada awalnya Jalan Salib tidak ada perhentian-perhentian seperti sekarang. Rute yang ditempuh dalam rangka Jalan Salib berubah dari waktu ke waktu.
Masing-masing kelompok umat menawarkan sejumlah perhentian berbeda dan menetapkannya pada lokasi yang berbeda pula.
Sampai pada abad ke 18, Paus Klemens XII menetapkan jumlah dan lokasi perhentian Jalan Salib secara definitif sampai sekarang.
Ibadat Jalan Salib juga kini menjadi bagian tak terpisahkan dari tempat-tempat peziarahan katolik, misalnya Gua Maria atau Gereja.
Begitu juga di dalam setiap gereja Katolik, pasti memasang perhentian-perhentian Jalan Salib.
Perhentian Jalan Salib
Dari 14 Perhentian Jalan Salib, hanya 8 diantaranya yang tertulis dengan jelas di Alkitab. Perhentian 3, 4, 6, 7, dan 9 tidak tertulis secara implisit di Alkitab(lebih jauh lagi, sebelum abad pertengahan, tidak ada bukti yang jelas mengenai Perhentian ke-6) dan Perhentian ke-13 (Yesus diturunkan dari Salib oleh Yusuf dari Arimatea) dianggap sebagai tambahan saja agar terlihat lebih runtut.
Untuk memberikan versi yang lebih tepat (sesuai dengan yang tertulis di Alkitab, Paus Yohanes Paulus II memperkenalkan versi baru yang disebut “Scriptural Way of Cross” (lit. Jalan Salib menurut Alkitab) pada Jumat Agung tahun 1991.
Pada 2007, Paus Benediktus XVI menyetujui versi ini dan dapat dipakai dalam meditasi dan perayaan, dengan urutan jalan salib sebagai berikut:
- Yesus dijatuhi hukuman mati
- Yesus memanggul salib
- Yesus jatuh untuk pertama kalinya
- Yesus berjumpa dengan ibu-Nya
- Yesus ditolong oleh simon dari Kirine
- Wajah Yesus diusap oleh Veronika
- Yesus jatuh untuk kedua kalinya
- Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya
- Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
- Pakaian Yesus ditanggalkan
- Yesus disalibkan
- Yesus wafat di kayu salib
- Yesus diturunkan dari salib
- Yesus dimakamkan.
Meskipun dalam tradisi tidak termasuk bagian dalam Jalan Salib, Kebangkitan Yesus terkadang dimasukkan sebagai stasi/perhentian ke-15. (*)
Penulis: Andy Paju