RUTENG, BERITA FLORES — Ada hal menarik jika anda berkunjung ke Rutan (Rumah Tahanan) Kelas II B Carep Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores – NTT. Jika anda memasuki halaman Rutan, anda pasti kaget. Sebab, di halaman luar maupun di samping telah berubah menjadi lahan pertanian modern. Di mana, para warga binaan sibuk bertani.
Adalah program Hortikultura. Rutan Kelas IIB Carep Ruteng saat ini sedang gencar mengimplementasikan program yang digagas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).
Program ini juga menjadi andalan Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meningkatkan pendapatan petani.
Pada Kamis, 13 Desember 2018, Beritaflores.com mendapat kesempatan untuk melihat secara lansung program Hortikultura di Rutan Kelas IIB Carep Ruteng. Program tersebut digagas pihak Rutan. Program itu didukung oleh Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai.
Jika anda memandang ke halaman Rutan, berbagai macam jenis tanaman Hortikultura dikembangkan di lahan tersebut seperti: sayur organik jenis fanboks, buncis, cabai serta jenis sayur lain.
Kepala Rutan Kelas II B Carep Ruteng, Gatot Harisaputro,A.md.IP.,SH.,MH mengatakan, program Hortikultura bertujuan untuk memberi pelatihan tentang cara bertani modern kepada warga binaan.
Program itu kata dia, dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh Rutan Carep Ruteng. Ketersediaan tenaga kerja: warga binaan menjadi kekuatan tersendiri untuk meningkatkan produktivitas Hortikultura. Selain itu, ketersediaan lahan tidur dengan memanfaatkan halaman Rutan. Sedangkan potensi lain adalah mayoritas warga binaan berprofesi sebagai petani.
“Teman – teman warga binaan ini memiliki basic sebagai petani. Mayoritas warga binaan merupakan petani. Tetapi selama ini mereka bertani secara tradisional,” kata Gatot saat berbincang – bincang dengan Beritaflores.com di ruang kerjanya Kamis, 13 Desember 2018.
Menurut Gatot, sejumlah potensi itulah membuat mereka termotivasi untuk memberdayakan warga binaan. Di mana, dengan adanya program itu, warga binaan dilatih secara praktis untuk bertani secara modern. Sehingga, skill mereka dapat ditingkatkan melalui program Hortikultura ini.
“Hortikultura ini merupakan hal baru yang dikembangkan di wilayah Manggarai. Maka saya melihat ini suatu peluang yang bagus buat mereka (warga binaan). Jadi program ini juga sebagai program prioritas bapak bupati Manggarai Deno Kamelus. Jadi kita sambutlah program ini,” kisah dia menjelaskan awal mula dicetusnya program Hortikultura itu.
Gatot menjelaskan, pihaknya bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai untuk meningkatkan produktivitas Hortikultura. Kuhusnya memberi pelatihan kepada warga binaan untuk meningkatkan skill cara bertani mereka.
“Awalnya kita membuat proposal untuk kelompok tani diajukan ke Dinas Pertanian. Lalu Dinas Pertanian merespon kegiatan kita ini. Lalu dibentuklah kelompok tani bernama: Mereh Putih Nara Pidana Rutan Ruteng. Selanjutnya mereka (Dinas Pertanian) memfasilitasi mulai dari pembibitan dan pendampingan,” urainya.
Dia menambahkan, warga binaan juga diberi pelatihan secara khusus oleh Dinas Pertanian untuk mengolah pupuk organik. Kini, anggota kelompok tani Merah Putih Nara Pidana Rutan Ruteng sudah dapat mengolah pupuk organik dari kotoran hewan.
“Dinas juga memberi mesin pengolah pupuk itu. Akhirnya mereka mendapat ilmu cara membuat pupuk organik dari kotoran hewan, daun, dan sekam padi. Kepala Dinas Pertanian (Yosep Mantara) mendukung kita,” lanjut dia.
Kini, kelompok tani Merah Putih Nara Pidana Rutan Ruteng telah melakukan sekali panen raya pada Jumat, 7 Desember 2018 lalu. Meski bupati Manggarai Deno Kamelus saat itu diundang untuk melakukan panen raya Hortikultura di Rutan. Namun, bupati Deno berhalangan untuk hadir. Saat itu, Kadis Pertanian Yosep Mantara bersama stafnya hadir mewakili pemerintah melakukan panen raya bersama warga bimaan Rutan Carep Ruteng.
“Antusiasnya teman – teman warga binaan sangat luar biasa,” ucapnya.
Mantan Kepala Keamanan Lapas Magelang, Jawa Tengah itu menyebutkan, bahwa selain memperoleh ilmu bertani secara modern, warga binaan juga mendapat penghasilan saat masih berada di balik jeruji besi.
“Hasilnya bisa dibagi semua anggota kelompok warga binaan. Sebagian uangnya untuk pengadaan bibit dan pupuk. Karena Dinas tidak mungkin secara terus menerus memberikan bibit,” papar dia.
Dia berharap, apabila warga binaan sudah bebas dari masa pidana, maka mereka bisa menciptakan kelompok tani modern di tempat asal mereka. Tentunya membawa pengalaman mereka saat bertani Hortikultura di Rutan Kelas IIB Carep Ruteng.
“Kita berharap begitu mereka keluar dari sini (Rutan), mereka bisa berkreasi tentunya membawa pengalaman bertani di sini,” ucap dia.
“Sambil menunggu hasil tanaman komoditi jangka panjang seperti kopi, cengkeh, kakao mereka bisa tanam jenis hortikultura,”
Dia mengungkapkan, pendapatan untuk disimpan ke khas kelompok saat panen perdana berkisar Rp.6 juta lebih.
“Kesepakatannya sebelum Natal kita bagi sehingga mereka bisa belanja kebutuhan Natal,” tutur dia.
“Harapan terbesarnya Rutan Kelas IIB Carep Ruteng adalah penghasil hortikultura. Jadi program ini menjadi program role model dari Rutan Ruteng,” cetus Gatot berharap.
Terpisah, Ketua Kelompok Tani Merah Putih Nara Pidana Ruteng, Gabriel Bisung mengatakan, dirinya bersama anggota kelompok merasa senang dengan adanya program Hortikultura di Rutan.
“Kami merasa senang. Kami juga bisa mengisi waktu untuk belajar bertani secara modern,” ujarnya kepada Beritaflores.com di Rutan Kamis, 13 Desember 2018.
Dia menjelaskan, semua anggota kelompok tani Merah Putih merupakan narapidana. Dalam kelompok tani Merah Putih Nara Pidana Rutan Ruteng, jelas dia, terbagi lagi menjadi 4 kelompok kecil. Satu kelompok terdiri dari 10 orang anggota. Untuk itu, anggota kelompok dapat bertanggung jawab setiap petak tanaman hortikultura.
“Kami masuk di kelompok C yang terdiri dari 10 orang anggota dan kami sudah panen 476 pohon horti jenis Famboks,” kata Bisung.
Pria asal Robek, Desa Robek, Kecamatan Reok itu mengaku, jika dirinya bebas dari hukuman atau sudah keluar dari Rutan, maka ia berjanji akan fokus mengembangkan hortikultura untuk meningkatan ekonomi keluarga.
Ketua Kelompok F Paulus Muja mengaku memperoleh pengalaman berharga saat berada di Rutan Kelas IIB Carep Ruteng. Bahkan program Hortikultura di Rutan kata dia, sangat bermanfaat bagi warga binaan.
“Saya sangat senang. Disamping saya menjalankan hukuman, saya pun memperoleh pengalaman berharga. Padahal sebelumnya saya tidak pernah saya dapatkan pengetahuan seperti ini,” kata pria asal Wae Rana, Kelurahan Rongga Koe, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur itu.
“Rencana saya harus menerapkan pengalaman dari sini, sehingga dapat memperoleh penghasilan dari kerja sayur nanti,” ucap dia.
Sementara itu, Ketua Pengelola Pupuk Organik, Valerianus Yosef Sudarso berencana ingin membentuk kelompok tani apabila dirinya keluar dari Rutan Carep Ruteng.
“Sangat tergiur. Ternyata kotoran ternak bisa bermanfaat untuk pupuk. Terus terang, selama di kampung kotoran ternak kita buang dan tidak bermanfaat. Ketika saya dilatih oleh petugas dari Dinas Pertanian untuk mengolah pupuk, akhirnya saya memahami pentingnya kotoran ternak,” ujarnya sambil mengatakan bakal mengelola kotoran ternak untuk dijadikan pupuk saat kembali ke kampungnya nanti.
“Pasti suatu saat saya berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai untuk bentuk satu kelompok di Desa saya fokus mengolah pupuk organik,” kata pria asa Racang ini. (NAL/FDS/BEF).