ENDE, BERITA FLORES — Calon Gubernur Provinsi NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengajak masyarakat Desa Datupere, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende untuk menolak isu Suku, Ras, Agama dan Antar Golongan (SARA) dalam Pilgub NTT.
“Hanya pengecut saja yang gunakan isu indentitasย dalam kampanye Pilgub,” kata Viktor di Desa Detupera, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende, seperti dilansir nttpedia.com Sabtu, 26 Mei 2018.
Ia menjelaskan menjadi Gubernur NTT itu merupakan tugas pelayanan terhadap masyarakat NTT.
“Jadi Gubernur itu untuk melayani saudara-saudara kita yang masih berada dalam kesulitan yang luar biasa. NTT tidak bisa kita bilangย Protestan atau cari pemimpin Katolik. Sebab penderitaan masyarakat NTT itu tidak berhubungan dengan agamanya apa,” urainya.
Lebih lanjut ia jelaskan bahwa NTT merupakan Provinsi termiskin ketiga di Indonesia. Selain termiskin, Provinsi ini juga merupakan Provinsi terkorup. Oleh karenanya lanjut Viktor, menjadi seorang Gubernur NTT tidak boleh menggunakanย identitas tertentu.
Politisi Partai NasDem itu pun mengatakan menjadi pemimpin NTT harus bermodalkan kemampuan dan kecerdasan dari seorang pemimpin itu sendiri.
“Jadi pemimpin itu berhubungan dengan hati untuk melayani rakyat NTT yang masih berada pada garis kemiskinan,”
Viktor menyebut NTT idealnya mencari pemimpin yang pintar dan memiliki sikap keberanian. Selain itu terang dia, prinsipnya pemimpin yang punya hati dan terpanggil untuk melayani masyarakat susah. Ia berujar seorang pemimpin harus mendatangi masyarakat miskin di Desa – Desa.
“Pemimpin yang mau melihat penderitaan dan memberikan kebangkitan dan masa depan,” paparnya.
“Kalau pemimpin NTT hanya Kupang- Jakarta-Kupang-Ende atau hanya masuk kota – kota Kabupaten dan tidak masuk ke Desa-Desa maka program macam apa pun akan gagal,” jelas dia.
Tidak ada pilihan lain untuk Gubernur dan Bupati untuk mewujudkan visi misinya selain masuk ke Desa-Desa. Pemimpin itu harus bisa menggelorakan semangat kebangkitan karena semangat pembangunan itu bukan hanya bekerja saja. Tetapi juga propaganda bagi masyarakat bahwa ada masa depan dan harapan.
Tak hanya itu, persoalan lain kata dia adalah NTT saat ini masih banyak pengangguran. Ada begitu banyak anak NTT yang orang tuanya menjadi petani hebat, anaknya bisa sekolah di Jawa tapi pulang NTT jadi penganguran. Hal itu terjadi karena pendidikan yang diambil tidak diarahkan untuk membangun, mengatur dan mengelolah sumber daya alam NTT.
“Kita kaya raya dan tidak ada yang miskin disini. tidak ada yang namanya NTT miskin yang ada hanya karena kemampuan pemimpinnya yang miskin. Indonesia saja impor garam dari Australia. Pada hal keadaan alam sama dengan NTT,” tutup Calon Gubernur NTT yang berpasangan dengan Josef Nai Soi ini. (NAL/FDS/BEF).