Malam, mencekam kelam
Tak ada bias terang
Bayang rindu meringkuk, kikuk tak bertuan
Kenangan tak lagi bermakna
Mata tak pejam, gelisah menyamar
Sesekali tersandung deguk luda. Apa yang merasuki?
Inikah sebuah pencarian? Ziarah batin tak bertuan?
Mungkinkah gelap mengajarkan diriku mencari jejak cahaya prihal sebuah kebimbangan yang menderaku
Lantas, aku hendak meminta pertolongan Tuhan
Aku mencoba mengatup tangan, mulai melarik kata dalam diam berdoa kepada-Nya
Tuhan, bebaskan semua kegundahan yang melilit kalbu
Aku percaya, hanya engkau yang mampu memberikan kelegaan padaku
Memeluk Sepi
Jiwa kini dirundung sepi
Sebab, jejak sunyi mencumbui malam
Aku menantangnya dengan menggores ingin
Merakit larik kata, mengamini dengan segala asa
Mencoba merenung dengan menerobos rahim khayalan
Melewati batas sampai ujung harapan
Kadang berhenti, gelap menutup mata
Hitam menjeda menggores, sedang putih mengisak tangis
Bulirnya menjelma keraguan
Bisakah aku meneruskan langkah, menggapai segala angan?
Kehendak menggebu, jemari kembali menari diiringi degup nafas
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama, Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta