RUTENG, BERITAFLORES – Rumor yang menyebutkan sejumlah Mahasiwa STKIP Unika St. Paulus Ruteng menginap di dalam kadang ayam selama menggelar KKN di Desa Rado, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, dinilai keliru dan menyesatkan oleh kepala desa Rado, Bernadus Ncuang.
Bernadus menegaskan jika rumor tersebut tidaklah benar sebab para mahasiswa KKN ditempatkan di rumah pegawai yang memiliki tempat tidur dan dapur. Bukan kadang ayam atau sejenisnya sebagaimana rumor yang beredar.
“Mahasiswa tidak pernah tinggal di kandang ayam. Mereka ditempatkan di rumah pegawai yang memiliki ruang tidur dan dapur. Hanya saja karena rumah itu sudah lama ditinggalkan pegawai PDAM, mahasiswa sementara tinggal di bagian belakang yang bersebelahan dengan kandang ternak,” kata Bernadus, Kamis 18 September.
Duduk Soal
Kades Bernadus lalu menerangkan jika pada periode KKN tahun ini, mahasiswa awalnya ditempatkan pada salah satu rumah yang digunakan sebagai kantor petugas PDAM. Kantor ini juga memiliki fasilitas kamar mandi dalam dan listrik.
Walau demikian, muncullah sejumlah keluhan dari pegawai kantor tersebut seminggu kemudian.
“Masalahnya sederhana, ada yang karaoke sampai larut malam, pakaian dijemur di pagar kantor, keran air dibiarkan mengalir semalaman, hingga memasak air di atas meja kantor. Itu yang membuat kami melakukan evaluasi,” kata Bernadus meniru laporan pegawai kantor.
Menanggapi keluhan itu, lanjut kades Bernadus, maka dilaksanakan rapat evaluasi internal antara pemeritnah desa Rado dan para mahasiswa KKN.
Hasil rapat evaluasi tersebut memutuskan pemindahan tempat tinggal para mahasiswa KKN ke rumah pegawai.
Rumah tersebut dilengkapi dapur dan ruang tidur, meski di bagian belakang terdapat kandang ternak.
Bernadus menduga isu ini bermula dari salah tafsir akibat kondisi cuaca buruk. Hujan deras disertai angin kencang sempat merusak bagian rumah, lalu muncul narasi keliru bahwa mahasiswa tinggal di kandang ayam.
“Itu fitnah. Faktanya, mahasiswa justru lebih nyaman di rumah tersebut karena bisa masak dengan kayu bakar, memanggang ikan, dan menjemur pakaian lebih leluasa,” tegasnya.
Menurut Bernadus, sudah lebih dari satu dekade, desa Rado selalu terbuka menerima mahasiswa untuk kegiatan KKN, PKL, magang, maupun penelitian.
Sejumlah perguruan tinggi pernah mengirimkan mahasiswa ke desa tersebut, di antaranya UNDANA Kupang, Politani Negeri Kupang, Unika St. Paulus Ruteng, serta beberapa universitas dari Bali dan Makassar.
“Penerimaan mahasiswa selalu berjalan baik tanpa menimbulkan masalah”‘ujarnya.
Kades Bernadus berharap masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak benar.
“Sejak awal, niat kami hanya menerima mahasiswa dengan baik. Mari bijak menyikapi informasi. Biarkan Tuhan yang bekerja,” pintanya.
Pengakuan kades Bernadus juga diperkuat oleh Lasarus Ganggas selaku warga desa setempat.
Lasarus lalu mengaku tersinggung dengan munculnya rumor itu lantaran kejadian yang dikisahkan berbanding terbalik dengan fakta yang sebenarnya di lapangan, apalagi desa Rado seringkali menerima mahasiswa KKN tiap tahunnya.
“Saya sebagai warga Rado merasa boleh dibilang tersinggung dgn viralnya kejadian itu. Sebenarnya harus dicaritau sebelum buat viral itu kejadian. Kita orang Rado orang baik-baik saja. Buktinya setiap tahun ada mahasiswa dari UKI ST PAULUS yg praktek dan KKN di desa maupun di sekolah. Waktu saya kepala sekolah di SDI Rakas, dosen-dosen yang datang selalu memberi kesan terbaik dan memberi apresiasi kepada kami. Itu adalah bukti bahwa orang Rado baik-baik semua”‘ ucap Lasarus.
Sementara, Romo Ino Dangku selaku Dosen atau panitia dari Mahasiswa KKN itu mengaku jika ada pihak yang secara sengaja membesar-besarkan masalah tersebut.
Romo Ino lalu meminta maaf kepada kades Rado terkait perilaku atau sikap para Mahasiswa KKN di desa tersebut.
Romo Ino juga berharap agar kades Rado terus mendampingi para mahasiswa hingga proses KKN mereka selesai.
“Hio tae daku meseng keraeng kades, kita sudah selesaikan dengab baik-baik, tapi ada pihak-pihak yang membesar-besarkan. Mungkin mereka goreng, dan nikmat; kita yang digoreng rasa sakit, pahit. Itulah kejamnya dunia medsos ini. Sebagai satu keluarga, aku ema de mantar koe situ poli somba agu tegi maaf latang ba weki koet. Ite kali ga, titong agu tatong mantar situ hingga masa KKN selesai. Do do rabo ite“, isi kutipan permintaan maaf Romo Ino Dangku dalam bahasa daeeah Manggarai yang dikirim kepada kades Rado via pesan WhatsApp dan diteruskan kepada Beritaflores. (**)
Penulis: Andy Paju






