RUTENG, BERITA FLORES – Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) masih dianggap mahal dan sulit dilaksanakan bagi sebagian masyarakat khususnya Dusun Mahima, Kelurahan Wangkung, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, NTT. Namun Yayasan Plan International Indonesia (YPII) bisa membongkar paradigma masyarakat tersebut.
Meski sebelumnya tingkat perilaku buang air besar sembarangan (BABS) di wilayah itu cukup tinggi karena mayoritas masyarakat tidak memiliki jamban. Akibatnya, risiko pencemaran lingkungan karena limbah tinja di daerah ini cukup tinggi.
Namun demikian, Plan Indonesia sudah berhasil merubah perilaku BABS masyarakat Dusun Mahima dengan cara mengedukasi mereka tentang pentingnya memiliki jamban.
Tim STBM Kelurahan Wangkung, Matilda Avelina Tini mengatakan, pihaknya dapat merubah perilaku BABS masyarakat dengan memberikan edukasi terlebih dahulu. “Pertama, pendekatan dengan masyarakat dengan cara kunjungan dari rumah ke rumah. Kedua, sosialisasi langsung dengan masyarakat terkait pentingnya pengadaan jamban di setiap rumah,” ujarnya kepada wartawan melalui keterangan pers Jumat, 4 Juni 2021.
Meski begitu, pihaknya seringkali menghadapi berbagai kendala antara lain, masih masyarakat yang kurang paham dengan program STBM. Saat ini kata dia, masih ada 20 rumah warga yang belum memiliki jamban.
“Harapan saya karena saya yang berhadapan langsung dengan masyarakat supaya Tim STBM terus mengontrol minimal 2 bln sekali, supya masyarakat sadar bahwa memang sangat penting adanya jamban,” pungkas dia.
Tini mengungkapkan, dari total 40 kepala keluarga Dusun Mahima yang sebelumnya tidak punya jamban, kini yang memiliki jamban permanen sebanyak 4 kepala keluarga. Akan tetapi jika dihitung semua secara keseluruhan warga Dusun Mahima lumayan banyak yang memiliki jamban permanen.
Sementara itu, Field Officer Yayasan Plan International Indonesia, Opi Palaipeni mengatakan, pihaknya berhasil merubah pola pikir masyarakat yang masih BABS. Saat ini, dari hasil kunjungan Pokja akhirnya masyarakat terpicu untuk membangun sendiri sebanyak 29 rumah yang sebelumnya tidak memiliki jamban.
“Dari dari 29 rumah ada yang membuat jamban permanen ada juga yang membangun jamban darurat,” ujarnya.
Meski begitu, kata dia, poin positifnya adalah warga termotivasi untuk membuat jamban. Opi menjelaskan, warga mengakui, bila sudah memiliki jamban mereka merasa mudah saat membuang air besar. Pasalnya, selama tidak memiliki jamban, mereka harus berlari ke hutan apalagi saat mengalami sakit perut.
“Namun, mengubah perilaku masyarakat bukan hal yang mudah. Diperlukan cara yang efektif untuk memunculkan rasa ingin berubah dari dalam diri masyarakat itu sendiri,” kata Opi.
Menurut dia, STBM itu berbicara tentang perilaku seseorang walaupun sharing dengan tetangga bila belum memiliki jamban. Selama melaksanakan sosialisasi kata dia, Plan Indonesia bersama stakeholder terkait diterima secara lansung di rumah gendang Dusun Mahima. “Selanjutnya, kami ajak main game yang bertujuan mendidik warga untuk mengubah perilaku mereka,” beber dia.
Ia mengungkapkan, saat melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga, pihaknya sering menemukan masalah klasik. Alasan yang paling banyak diutarakan warga, karena tidak ada uang banyak untuk membangun jamban. “Akhirnya kita arahkan untuk bikin jamban dulu, harus ada kemauan terlebih dahulu,” imbuh dia.
Ia menjelaskan, banyak alasan warga termasuk alasan kekurangan air bersih. Padahal sebenarnya tergantung priorias warga itu sendiri, buktinya ada tempat yang tidak ada air tetapi ada jamban atau WC. Sebaliknya orang yang tinggal di pinggir kali malah tidak memiliki jamban padahal banyak air.
“Sepanjang yang kami lihat metode kunjungan rumah ini sangat efektif karena kita temukan masalahnya. Lalu kita mencari solusinya. Misalnya masalah air dan finansial. Dari kunjungan rumah kita lansung mengetahui masalah riil dan lansung mencari solusi bersama,” ungkap Opi.
Opi mengungkapkan, saat ini Manggarai sudah menjadi Kabupaten ODF (Open Defecation Free). Karena warga yang belum memilki WC didorong untuk sharing dengan WC tetangga atau keluarga mereka. “Prinsipnya perilaku masyarakat berhasil kita ubah dan nilai positif perilaku masyarakat berubah dari hasil kunjungan rumah,” pungkas Opi. (RED/TIM).