RUTENG, BERITA FLORES – Umat Katolik Stasi Wae Ruek, Paroki Weleng, Keuskupan Ruteng, gotong royong galang dana pembangunan kapela di Kampung Ojang, Desa Golo Munga, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur.
Pembangunan kapela ini secara resmi dimulai pada 13 Juni 2025 dengan membuka akses jalan menuju lokasi rencana pembangunan. Kapela tersebut akan menjadi tempat ibadah permanen bagi 80 kepala keluarga yang selama ini masih beribadah di ruang kelas Sekolah Dasar Inpres Wae Ruek.
Ketua Panitia Pembangunan Kapela, Laurensius Resi, menjelaskan bahwa tahap awal penggalangan dana telah mencapai progres yang menggembirakan. Masing-masing kepala keluarga menyumbangkan Rp200.000 dan satu kubik pasir. Hingga kini, 85 persen dari target tahap pertama telah berhasil dikumpulkan.
“Ini baru langkah awal. Setelah ini, kami akan lanjut ke tahap kedua dengan estimasi sumbangan Rp500.000 per kepala keluarga. Untuk sementara, kami telah membuka akses jalan menuju lokasi pembangunan kapela,” ujar Laurensius saat dihubungi media ini pada 19 Juni 2025.
Ia juga berharap adanya dukungan dari para donatur dan dermawan untuk meringankan beban umat.
“Kami sangat mengharapkan uluran tangan dari para donatur agar pembangunan ini bisa segera terwujud. Umat sangat rindu memiliki tempat ibadah yang layak dan permanen,” tambahnya penuh harap.
Senada dengan itu, Ketua Dewan Stasi Wae Ruek, Romanus Kari, menyampaikan apresiasinya terhadap partisipasi umat, serta mengajak semua pihak untuk mendukung pembangunan ini.
“Pembangunan akan kami lakukan secara bertahap, sesuai dengan kemampuan dana yang ada. Saya sangat mengharapkan keterlibatan aktif seluruh umat, serta bantuan dari pemerintah dan para donatur. Semoga proses ini membawa berkat dan menjadi pemersatu umat,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ia mengungkapkan bahwa semangat kolektif umat stasi Wae Ruek merupakan wujud persatuan dan komitmen bersama dalam membangun kehidupan rohani.
“Kegiatan gotong royong ini juga menjadi bentuk dari nilai-nilai budaya Manggarai, terutama semangat lonto leok musyawarah dan mufakat yang terus hidup dalam kehidupan bermasyarakat,” Pungkasnya.
Penulis : Yondri Ngajang.