LABUAN BAJO, BERITA FLORES – Kepala Desa Watu Waja, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dituding tidak menjalankan prinsip transparansi dalam penggunaan Dana Desa (DD). Pasalnya, sejumlah proyek di desa itu tanpa memasang papan informasi, sehingga warga Desa Watu Waja tidak mengetahui item-item proyek pembangunan di desa tersebut.
Warga Kampung Pela, Dusun Poong Leo, Desa Watu Waja, Marselinus Jehara mengungkapkan hal tersebut kepada wartawan saat ditemui di Kampung Pela pada Sabtu,16 Januari 2021.
Marelinus mengatakan, sejumlah proyek yang tidak menggunakan papan informasi antara lain, pembangunan jalan desa dan proyek Air Minum Bersih (AMB). Warga menilai proyek pembangunan di Desa Watu Waja tidak transparan sehingga pemanfaatan Dana Desa hingga kini menjadi sorotan warga.
Ia menuturkan, proyek pembangunan sejak Bonefasius Abar dilantik sebagai kepala desa pada 2019 lalu hingga awal 2021 masih belum nampak signifikan terutama proyek air minum bersih. Ia pun menuding proyek pembangunan jalan desa tahun 2019 dan 2020 asal jadi karena kualitas sangat buruk.
“Untuk proyek jalan desa tahun 2020 tidak memiliki papan informasi. Proyek tanpa papan informasi sangat pantas disebut proyek siluman. Proyek jalan desa tahun 2020 di desa kami ini dijalankan asal jadi saja pak. Kami tidak tahu berapa pagu dana, volume jalan dan sebagainya, papan informasinya tidak dipasang. Bagi kami itu proyek siluman,” tegasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa, setidaknya ada 50 meter lebih sisa proyek aspal lapen tidak dilanjutkan pengerjaannya. Marselinus menduga kuat dana desa proyek tersebut digelapkan oleh sang kepala desa. Di samping itu, Marselinus juga mengkritisi karena tidak profesionalnya Kepala Desa Watu Waja dalam melakukan perekrutan warga menjadi aparat desa.
“Pemilihan aparat desa sangat terlihat jelas sarat nepotisme dan aparat tersebut tidak kompeten,” tegas dia.
Ia pun mengungkapkan, banyak aparat desa yang sudah memasuki usia lanjut. Sehingga melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Bahkan diduga ada yang berijazah SD dan SMP. Padahal, kata Marsel, di desa Watu Waja banyak warga yang berpendidikan sarjana.
“Aparat desa banyak yang tamat SD dan SMP. Ada juga yang berijazah palsu. Anehnya mereka dipakai jadi aparat. Bahkan sudah tua dan melewati usia sebagaimana ketentuan undang-undang. Padahal tamatan sarjana banyak. Era sekarang pemuda harus dipakai untuk membangun desa,” tutur dia.
Marselinus berharap kepala Desa Watu Waja dapat menjalankan tugas dengan benar dan mengikuti ketentuan yang ada. Ia juga meminta agar segera memutus mata rantai praktek nepotisme, birokrasi harus terbuka, proyek harus dilaksanakan sesuai aturan agar warga tidak cemas dan muak.
“Kami berharap, pak kades coba jalankan tugas dengan benar. Jangan nepotisme.
Proyek haruslah dijalankan sesuai aturan, birokrasi harus terbuka agar kami tidak resah, cemas dan muak. Itu saja permintaan kami,” beber dia.
Warga Desa Pela, Andrisavelino Eda mengakui sangat kesal dengan kinerja pemerintah Desa Watu Waja karena hingga saat ini belum bisa mengatasi persoalan air minum bersih. Meski telah menghabiskan anggaran dana desa senilai Rp30 juta, akan tetapi krisis air minum bersih di desa itu masih menjadi persoalan utama.
Sudah sejak lama, warga desa kata Andri, tengah mengalami kekurangan air minum bersih. Andri meminta pemerintah desa agar segera menyelsaikan persoalan air minum bersih di desa itu. Ia pun meminta kades agar tidak hanya pikir diri sendiri, melainkan juga harus memprioritaskan kepentingan masyarakat umum.
“Sejak dilantiknya Kades Bonefasius Abar hingga kini, banyak masukan warga tapi tidak diakomodir,” pungkas dia.
Merespon kritikan warga, Kades Watu Waja, Bonefasius Abar mengatakan, sejumlah kritikan tersebut merupakan bagian dari seni menjadi seorang pemimpin. Bonefasius mengklaim, tidak ada pemimpin yang tidak dikritik. Ia pun berterima kasih kepada warga yang telah mengkritisi kinerjanya sebagai kepala desa.
“Kritik itu penting untuk perbaikan kinerja ke depan,” ujarnya kepada wartawan di Kantor Desa Watu Waja pada Sabtu,16 Januari 2021.
Meski begitu, Kades Bonifasius berjanji akan menyelesaikan deretan persoalan di desa tersebut, terutama masalah air minum bersih. Bahkan ia berjanji akan mengatasi persoalan air minum bersih pada Maret mendatang setelah APBDes ditetapkan.
“Menjadi pemimpin itu indah, kritis dan pujian selalu ada. Saya terima itu sebagai perbaikan kinerja kerja saya ke depan. Soal air minum, saya janji akan laksanakan bulan Maret mendatang setelah APBDes ditetapkan. Kita juga cinta warga,” ujarnya.
Penulis: Fensi Valentinus