BORONG, BERITA FLORES- Agustinus Fodin (48), warga kampung Golo Pau, Desa Golo Munga, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Flores-Provinsi NTT mulai berinovasi dengan menanam rumput gajah (kinggres) untuk pakan ternak sapi peliharaannya.
Dari pantauan Beritaflores.com di lokasi, rumput gajah tersebut ditanami di atas lahan seluas dua hektare lebih. Lokasi itu letaknya sangat strategis. Selain dekat pemukiman warga kampung Golo Pau, lokasi itu pun sangat dekat dengan sumber mata air Wejang Kodo, tepat di bagian timur kampung itu.
Untuk menuju ke sana, hanya bisa melalui jalan setapak. Belum bisa dilalui menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Bila hendak berkunjung ke lokasi peternakan ini, Anda harus berjalan kaki dari kampung Golo Pau menuju Lingko Wejang Kodo dengan jarak sekitar 2 kilometer ditempuh dengan waktu kurang lebih 30 menit.
Baca: Kisah Sukses Peternak Sapi di Lengko Lolok, Lamba Leda
Alfons begitu ia akrab disapa mengatakan, dirinya mulai menanam rumput gajah pada 25 Desember tahun 2019 lalu. Meski usia rumput gajah itu belum genap setahun, namun rumput pakan sapi yang telah ditanaminya itu mulai bertumbuh subur di lahan seluas 2 hektare lebih itu.
Alfons mengaku, saat ini dirinya mulai menanam rumput gajah bertujuan untuk mengantisipasi kekurangan stok pakan ternak pada saat memasuki musim kemerau panjang seperti mulai Agustus hingga November.
Putra kelahiran Kodo, 28 Agustus 1972 itu menuturkan, saat ini ia memiliki tiga ekor sapi, di antaranya, dua ekor sapi betina dan satu ekor sapi jantan.
Alfons mengakui, dirinya tak hanya menanam rumput gajah di lokasi peternakannya, namun saat ini ia bersama anaknya telah menanam bibit lamtoro dan akasia sebagai penunjang pakan ternak sapi di lokasi peternakannya.
Ayah dua anak itu menguraikan, selama ini dirinya berternak dengan cara tradisional. Di mana, ia mengarahkan ternaknya ke lokasi yang tersedia pakan di kebun miliknya maupun kebun milik warga lain. Bahkan mengikat sapi-sapinya ke lokasi rerumputan, lalu dirotasi mencari rumput yang melimpah. Ia mengaku, sangat sulit saat menjalankan aktivitas peternakan secara tradisional.
Meski sebelumnya kata dia, para peternak di kampung itu selalu mengarit rumput gajah di lokasi milik orang lain, namun sekarang dirinya mulai berinovasi dengan menanam sejumlah jenis rumput untuk pakan ternak.
Alfons menerangkan, untuk mengatasi setiap kesulitan dalam beternak, maka dirinya berpikir untuk mulai berinovasi dengan sistem modern.
“Dulu, banyak orang beternak dengan sistem tradisional karena keterbatasan sumber daya. Namun saat ini para petani sudah mulai bisa mengakses informasi tentang konsep peternakan secara modern,” ujarnya.
Ia menjelaskan, saat ini, inovasi tentu sangat dibutuhkan dalam berbagai sektor kehidupan, tak terkecuali usaha peternakan sapi dan kambing. Sebagaimana diketahui bersama, untuk mencegah keterbatasan pakan pada saat musim kemerau, maka para petani harus berinovasi tentunya dengan metode yang baru untuk bisa menghadapi setiap persoalan dalam usaha peternakan.
Di lokasi miliknya itu, selain ditanami rumput pakan ternak, juga terdapat beberapa jenis komoditas andalan para petani, seperti kemiri, jambu mete dan kakao sebagai penopang ekonomi keluarga.
Alfons pun mengakui, dirinya sangat optimis dengan konsep peternakan secara modern dengan menanam sejumlah rumput untuk pakan ternak. Untuk itu, usaha peternakan tersebut bisa membuahkan hasil yang maksimal. Bahkan ia berencana memagari di sekeliling lokasi peternakan itu menggunakan kayu dan bambu.
Penulis: Ronald Tarsan