RUTENG, BERITA FLORES — Ronsianus B. Daur ikut bertarung dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 melalui Partai Amanat Nasional (PAN) untuk merebut kursi DPR RI.
Ia maju mewakili daerah pemilihan (dapil) NTT I meliputi wilayah Pulau Flores, Lembata dan Alor.
“Saya maju DPR RI untuk menjadi “letang temba laro jaong” (bahasa Manggarai yang artinya menjadi penyambung lidah rakyat-red),” ujarnya saat berbincang – bincang dengan Beritaflores.com di Ruteng Selasa, 22 Januari 2019.
Ronsi begitu ia akrab disapa menjelaskan, bahwa dirinya berkomitmen untuk menjadi penghubung yang baik antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Sebab, kata dia, pemerintah daerah kabupaten masih memiliki keterbatasan terkait kebutuhan infrastruktur dasar seperti jalan, air dan listrik. Oleh karena itu, ia berjanji untuk memperjuangkan tiga hal tersebut.
“Saya berharap, saya maju dengan keahlian yang saya miliki yaitu ilmu khusus. Saya memastikan apabila terpilih duduk pada komisi yang memang pas sesuai dengan bidang saya yaitu Komisi XI,” terang pria kelahiran Wuas, Desa Rende Nao, Kecamatan Pocoranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur itu.
Wakil Ketua Umum Barisan Muda PAN Republik Indonesia itu, berkomitmen bakal memperjuangkan peningkatan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat untuk ditransfer ke pemerintah daerah khususnya daerah kabupaten di wilayah Flores, Lembata dan Alor.
Praktisi Perpajakan itu, membenarkan, bahwa Provinsi NTT khususnya wilayah Flores memiliki masalah serius. Misalnya masalah kemiskinan. Maka dari itu, pihaknya berusaha untuk bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk segera mengatasi masalah tersebut.
“Karena fungsi DPR ada tiga yakni: pengawasan, budgeting dan legislasi. Selain itu untuk menjadi penyambung lidah dari daerah. Karena saya mengetahui betul posisi keuangan di daerah kita yang sangat minim,” ungkap dia.
Berdasarkan fakta tersebut, lanjut Ronsi, bahwa pendekatan yang harus dilakukan adalah pendekatan politis di pemerintah pusat. Untuk itu, dapat menjawab kebutuhan – kebutuhan urgen yang ada di tingkat kabupaten.
“Saya siap berusaha, karena kita tidak memberikan secara lansung uang kepada masyarakat. Oleh karenanya, salah satu jalan yang diambil adalah menjadi penghubung yang baik,” pungkasnya.
Alumni Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo ini mengaku, dirinya telah lama menjelajahi pulau Flores, Lembata dan Alor sebagai daerah pemilihannya. Dengan begitu, jelas dia, sangat memahami karakteristik pemilih di dapil tersebut.
“Sudah lama saya menjelajahi daerah Flores, terutama daerah Manggarai Timur. Karena kehadiran saya bukan saja pada saat penetapan daftar calon sementara (DCS) tapi semenjak proses Pilkada dan Pilgub NTT tahun 2018,” ucapnya.
Kepada Beritaflores.com, dia mengakui, telah memasuki sebanyak 9 kabupaten di Provinsi NTT untuk menggelar sosialisasi. Bahkan, jelas dia, tim pemenangan sudah terbentuk secara rapi dan matang.
“Saya tidak berambisi terlalu jauh untuk menempati kursi DPR RI. Namun, tekad saya adalah mempertahankan kursi PAN DPR RI Dapil NTT I,” urai tokoh muda asal Manggarai Timur itu.
Terkait dengan calon lain dari partai yang sama, dia menganggap sebagai patner. Bukan sebagai lawan. Sedangkan lawan tanding menurut Ronsi adalah, caleg dari partai lain selain partai PAN.
“Sedangkan teman – teman yang ada dalam internal partai PAN itu adalah kawan seperjuangan untuk mendapatkan kursi,” ujarnya.
Pemilik Jasa Konsultan RBD & Co itu, menuturkan, dirinya bersama tim akan terus melakukan sosialisasi ke sejumlah wilayah di Dapil NTT I. Tentu dengan tujuan untuk memperkenalkan dirinya. Sebab, ia sadar bahwa kurang dikenal oleh masyarakat kuhususnya di kampung -kampung terpencil.
“Untuk bisa dikenal, maka strategi saya adalah melakukan tatap muka,” lanjut dia.
Ronsi menjelaskan, dirinya menggunakan pola pendekatan secara budaya. Pemahaman terhadap nilai budaya suatu daerah merupakan kunci dalam mengenal karakter pemilih.
Pemilu 17 April 2019 menurutnya, sudah semakin dekat. Dengan demikian, harus mengambil langkah kongkrit untuk mendapatkan popularitas di kalangan masyarakat tentunya melalui tatap muka dengan menggunakan sarana media massa.
Magister Akuntansi Universitas Mercubuana Jakarta itu meyakini, dirinya masih mengejar daya keberterimaan atau akseptabilitas. Sehingga bisa mengukur tingkat elektabilitas di kalangan pemilih.
“Apabila akseptabilitas sudah diperoleh, maka elektabilitas harus tinggi,” cetus dia. (NAL/FDS/BEF).