RUTENG, BERITA FLORES- Baru-baru ini pemerhati dan pegiat lingkungan Heribertus Baben memberikan tanggapan terhadap gambar pasangan bakal calon bupati Manggarai Timur Andre Agas-Tarsi Sjukur yang berseliweran di media sosial.
Dalam gambar tersebut tampak Andreas Agas dan Tarsi Sjukur mengenakan kemeja lengan panjang putih serta dilengkapi aksesori adat Manggarai berupa sapu dan tubi rapa atau mbero.
Di latar belakang gambar tampak dua telapak tangan menatang bola bumi yang di atasnya tumbuh pohon rindang hijau dihinggapi duku-kupu di ujung ranting pohon.
Di sisi kiri atas latar gambar itu tertulis, ‘Selamat Hari Bumi 22 April 2022’. “Mari Selamatkan bumi kita dan jadikan bumi sebagai tempat yang lebih baik untuk anak-anak kita”.
Heribertus mengatakan sebagai pegiat lingkungan dirinya sangat terganggu dengan gambar tersebut. Pasalnya kalimat yang ada dalam gambar itu sejatinya sangat tidak sesuai dengan sosok Andreas Agas.
Ia pun mengingatkan warga agar tidak memilih pemimpin hipokrit saat pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada November tahun ini. Agar tidak salah pilih, warga diimbau menelusuri rekam jejak para calon kepala daerah terlebih dahulu.
“Ingatan kita belum hilang ketika Bupati Manggarai Timur Andreas Agas menerima kehadiran tambang batu gamping dan pabrik semen Singa Merah di Luwuk dan Lengko Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda (saat ini Kecamatan Lamba Leda Utara),” ujar Heribertus pada Selasa, 23 April 2024.
Menurut pejuang lingkungan yang ikut menolak pembangunan Sarpras (sarana dan prasarana) di Taman Nasional Komodo itu, jika saat ini Andreas Agas bicara seolah-olah ikut menjaga dan melindungi bumi, itu hanyalah sebuah hipokrit alias munafik.
Ucapan dan seruan menjaga dan merawat bumi, kata Heribertus, hanya untuk kepentingan elektoral semata. Nanti kalau sudah terpilih akan kembali ke watak semula yaitu memasang karpet merah menerima kedatangan investor tambang.
“Saya berharap masyarakat cerdas dalam memilih pemimpin. Cek rekam jejaknya di media agar tidak salah memilih pemimpin,” imbuh Heribertus.
Lebih lanjut politisi Hanura ini menegaskan bahwa Flores bukan tempat yang tepat bagi investor pertambangan.
Alasan pertama, sambungnya, Pulau Flores terlalu kecil. Jika dibiarkan investor tambang masuk, pulau ini akan tenggelam karena digaruk terus isinya.
Kedua, pulau ini indah, dari namanya saja Flores. Warna-warni etnisnya dan aneka pula flora dan faunanya. Maka pulau ini harus dipertahankan keindahannya. Pariwisata adalah pilihan yang tepat.
Menurut Heribertus, jika ada pemimpin daerah yang menyandarkan PAD pada sektor pertambangan, itu karena pemimpin tersebut tidak cerdas dan inovatif.
“Sektor pariwisata itu sangat cocok untuk Flores, sektor pertanian dan perikanan dengan sendirinya harus menopang pariwisata, bukan pertambangan,” tegasnya.
Sekadar diingat, Andreas Agas menerima kehadiran tambang batu gamping dan pabrik semen Singa Merah di Luwuk dan Lengko Lolok dua tahun lalu.
Bupati Agas saat itu berusaha keras meyakinkan warga kedua kampung agar menerima kehadiran pabrik semen dan batu gamping. Akibatnya, perpecahan keluarga di Luwuk dan Lengko Lolok tak terhindarkan.
Namun dari sekian banyak warga yang berhasil dibujuk bupati, sebagian kecil warga di Luwuk dan Lengko Lolok tetap menolak kehadiran pabrik semen dan tambang batu gamping karena berdampak pada kerusakan alam.
Berkat dukungan dari berbagai elemen masyarakat seperti pegiat lingkungan, mahasiswa, JPIC, Famara dan Gereja setempat, niat investor tambag yang didukung Bupati Andreas Agas kandas.
Heribertus mengingat agat tidak mudah melupakan jejak buruk calon pemimpin. “Juga jangan mudah dibujuk kata-kata manis. Pastikan rekam jejaknya baik, terutama soal keberpihakan kepada lingkungan, tempat kita hidup” imbuhnya.
(HM/BERITAFLORES).