RUTENG, BERITA FLORES – Ratusan alumni menghadiri acara ulang tahun ke-45 SDI Kaca yang berlokasi di Desa Wae Ajang, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, NTT pada Sabtu, (29/4).
Hadir juga dalam acara itu Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Manggarai, Koordinator Pendidikan Kecamatan Satarmese, para kepala sekolah se-kecamatan Satarmese, tokoh adat, dan masyarakat Desa Wae Ajang.
Dalam rangka memeriahkan acara yang bertajuk “Bekerja, Berkarya, serta Berinovasi dalam Semangat Persaudaraan” itu, panitia pelaksana kegiatan mengadakan perlombaan dengan melibatkan para siswa-siswi maupun masyarakat setempat.
Kepala Sekolah (Kepsek) SDI Kaca, Marianus Mansur mengatakan, kegiatan ini merupakan wujud ucapan rasa syukur atas perjalanan SDI Kaca hingga saat ini. Apalagi dari segi usia, sekolah itu merupakan salah satu lembaga yang cukup tua di kecamatan Satarmese untuk kategori sekolah negeri.
“Di bidang kesiswaan, ada lomba pidato, bertutur, deklamasi puisi, dan lomba kuis. Sedangkan bidang olahraga, kami membuka pertandingan bola voli untuk seluruh masyarakat di Desa Wae Ajang dan kami juga menerima tim di luar desa Wae Ajang,” ujar Kepsek Marianus.
Selain itu, kata dia, kegiatan itu menjadi forum reuni untuk memfasilitasi kerinduan dari para alumni. Ia berharap kegiatan itu dapat membangun kolaborasi atau kerja sama dengan berbagai pihak. Baik dengan masyarakat maupun dengan stakeholder lain yang peduli dengan pendidikan.
“Momen ini istilahnya menjadi silahturahmi antara kami dengan masyarakat. Dengan begitu mereka memiliki kepedulian terhadap berbagai rencana serta program yang dicanangkan sekolah ini ke depan,” imbuh dia.
Sebagai alumni SDI Kaca, Kepsek Marianus pun berkomitmen untuk terus bekerja demi mendukung dan mewarisi karya-karya yang sudah dibuat oleh para pendahulu sekolah itu.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Manggarai, Wensislaus Sedan, dalam sambutannya mengungkapkan, ulang tahun ke-45 SDI Kaca menjadi titik tumpu untuk memajukan sekolah ke depan. Menurut dia, ada tiga hal yang sangat penting dalam filosofi kehidupan orang Manggarai untuk memajukan sekolah.
Pertama, titong. Titong, jelas dia, merupakan upaya mendidik dan membentuk karakter anak sehingga mereka tumbuh menjadi generasi cerdas yang kuat dan suatu saat mereka bisa mempertanggungjawabkan masa depan dengan baik.
Kedua, toing. Toing itu, lanjut dia, soal berilmu. Sehingga peran seorang guru dalam konteks itu tentu mendidik anak-anak sekolah dengan filosofi toing-nya masyarakat Manggarai. Ketiga, tatong. Tatong itu merupakan upaya men-support siswa untuk meraih masa depan yang lebih baik.
“Harapannya sekolah ini bisa tumbuh dan berkembang menjadi sekolah yang bermartabat,” tandas Wensislaus.
Salah satu alumni yang hadir dalam acara itu, Reminus Hambur CJD, yang saat ini merupakan Pastor rekan paroki katedral St. Yoseph Maumere mengatakan, perayaan syukur 45 tahun berdirinya SDI Kaca merupakan perayaan kegembiraan dan penuh sukacita. Ia pun merefleksikan tentang makna sejarah dalam perayaan itu.
Pria yang akrab disapa Pater Remi itu membeberkan, eksistensi 45 tahun SDI Kaca didasari sejarah yang kokoh dan kuat di atas kemauan keras dari para founding father, kumpulan orang-orang yang visioner. Ia mengakui, 45 tahun yang lalu para founding father sudah memikirkan situasi yang terjadi hari ini dan mungkin juga di hari esok.
Lalu dalam perjalanan itu, ujar Pater Remi, ada banyak kisah dan cerita yang menarik untuk diingat. Baginya, generasi penerus sekarang berada di zaman perubahan dan kemajuan dalam nuansa modernitas. Tapi dulu dengan sarana dan prasarana yang terbatas, orang memiliki kemauan yang tinggi untuk belajar dan berjuang keras sehingga hasilnya bisa dinikmati saat ini.
“Tetap belajar banyak dari usaha dan perjuangan dari para founding father, para penjasa, penderma, pemerintah waktu itu, dan juga tuan tanah yang menyerahkan tanah ini sebagai lokasi berdirinya SDI Kaca,” katanya.
Dalam setiap perayaan untuk mengenang ulang tahun, tambah dia, akan meninggalkan pesan mendalam dan kesan atau makna yang berguna tentang sebuah perubahan atau inovasi baru yang muncul. Hal itu menjadi harapannya ketika ikut merayakan ulang tahun ke-45 SDI Kaca.
Jadi singkatnya, lanjut Pater Remi, dari perayaan itu ada tiga poin yang ia renungkan. Tiga poin itu adalah remember, renew, dan rejoice. Remember adalah mengingat pengalaman sejarah, renew adalah usaha pembaharuan, sedangkan rejoice adalah rasa sukacita.
“Buah yang bisa kita nikmati saat ini dari SDI Kaca ini adalah ada begitu banyak lulusan dari SDI Kaca yang bekerja di birokrasi, swasta, dan juga mencetak para misionaris ke Argentina, ke Brazil, Belanda, Meksiko,” tutup Pater yang pernah studi di Rusia dan melaksanakan tugas pelayanan di wilayah Malaysia itu.
Penulis: Heri Mandela