MBAY, BERITA FLORES – Pemerintah Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus melakukan berbagai upaya dalam rangka menurunkan angka stunting.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo pada tahun 2022, dari 1.238 anak yang ditimbang ada 936 atau 8,42 persen yang mengalami stunting.
Meski tiap tahun prevalensi stunting mengalami penurunan, namun kabupaten itu belum masuk zero stunting.
Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Sri Wahyuni mengatakan, salah satu upaya mengatasi stunting yakni, anak muda yang hendak memasuki usia pernikahan perlu dibekali dengan pola asuh anak.
“Karena banyak kami temukan di lapangan umur 20 tahun sudah punya dua anak. Sebenarnya, untuk menjadi ayah dan ibu perlu persiapan,” jelas Wahyuni saat menjadi pemateri dalam pembekalan anak muda dari 7 desa di lapangan sepak bola Watu Api, Desa Watu Api, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, Kamis malam (27 Oktober 2022).
Ia berharap anak-anak muda yang hadir dalam pembekalan dalam rangka HUT Sumpah Pemuda ke-94 tahun 2022 itu bisa berbagi ke yang lain, terutama dalam pola asuh anak. Wahyuni sengaja menekankan kepada anak muda sebab dianggap sebagai agen perubahan.
Menurut dia, banyak cerita bangsa yang lahir dari pemuda. Ia pun berharap ada semangat anak muda agar Nagekeo bisa menjadi kabupaten zero stunting. Sebab, pencegahan stunting tidak bisa hanya pemerintah saja, tetapi membutuhkan keterlibatan semua stakeholder.
Terpisah, Wakil Bupati Nagekeo Marianus Waja menjelaskan, kabupaten itu mendapatkan rangking pertama dalam pencegahan dan penanganan stunting di NTT.
Ia juga mengklaim Nagekeo merupakan kabupaten paling rendah dalam prevalensi stunting di Provinsi NTT.
Marianus menjelaskan, selama ini ada beberapa langkah yang diambil pemerintah dalam menangani penyakit kekurangan gizi tersebut.
Mulai dari bidan desa (Bides), rumah sakit bersama pemerintah desa sampai kecamatan bahu-bahu dalam penanganan stunting.
“Anak-anak umur 0 bulan-6 bulan, kita minta benar-benar menggunakan susu ekslusif, artinya benar-benar hanya susu ASI. Di atas 6 bulan sudah bisa menggunakan susu Formula. Kita mendampingi benar. Nah, di atas dua tahun kita minta supaya asupan makan harus dijamin,” ujar Marianus saat diwawancara wartawan.
Untuk ibu hamil, lanjut dia, Pemda Nagekeo memperhatikan dengan benar proses persiapan kelahiran anaknya. Sedangkan, untuk anak remaja Pemda Nagekeo memberikan tablet tambah darah.
Ia memastikan tidak boleh ada anak remaja yang anemia. Tidak hanya itu, Pemda Nagekeo juga kerap memberikan penguatan kapasitas terhadap anak muda, terutama perempuan bahwa stunting merupakan ancaman terbesar bagi generasi bangsa.
Penguatan Ekonomi, Tawaran Solutif Turunkan Angka Stunting
Sementara itu, Direktur PT Indojet Sarana Aviasi Stefanus Gandi yang juga hadir sebagai pemateri dalam kegiatan pembekalan anak muda tersebut menilai salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak stunting karena keterbatasan ekonomi.
Karena itu menurut Stefanus, sebelum berumah tangga selain memberikan penguatan kapasitas dalam pola asuh anak, juga perlu ada sumber daya ekonomi yang memadai.
Ia menegaskan, anak muda harus tetap eksis di dunia yang semakin bersaing secara ketat ini. Salah satu tawarannya adalah serius untuk mulai membuka usaha sesuai potensi yang sudah ada.
“Poin pentingnya adalah kita memberanikan diri untuk memulai usaha,” ujar Stefanus.
Tidak dapat dipungkiri, kata dia, bisnis menjadi target utama kaum milenial saat ini. Mereka berbondong-bondong bersaing membuka usaha sesuai minatnya.
“Jika adik-adik baru berniat untuk membuka bisnis sendiri, sebaiknya tentukan dulu apa jenis usahanya, kemudian mantapkan konsep dan jangan terlalu mendengar suara sumbang sekitar yang melunturkan semangat kalian. Maju terus dan teruslah melangkah,” ajak Stefanus.
Ia menambahkan, bermodalkan pendidikan saja, nyatanya tidak cukup menjadi bekal bisa bersaing atau menjadi kaya.
Oleh karena itu, jika ingin berbisnis maka harus memiliki beberapa keahlian. Harus juga punya pandangan aspek finansial merupakan sektor penting dalam perubahan kesejahteraan.
“Kita harus mampu bersaing secara terbuka, banyak orang luar datang ke daerah kita atau orang kota datang ke desa dan bisa meraup keuntungan di sini. Kita secara tidak langsung menjadi penonton yang setia,” katanya. (Isno Baco).