RUTENG, BERITA FLORES – Tim Penggerak Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Manggarai, Flores-Nusa Tenggara Timur (NTT) menggandeng pihak gereja Keuskupan Ruteng membangun dua unit jamban untuk keluarga ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa).
Dua ODGJ yang merupakan kakak beradik tersebut berdomisili di La’o, Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Flores-NTT.
Ketua TP-PKK Kabupaten Manggarai, Meldy Hagur mengatakan, pihaknya bersama gereja Keuskupan Ruteng telah membangun dua unit kamar mandi dilengkapi jamban untuk ODGJ setelah mengunjungi dan melihat secara langsung kondisi riil kedua kaum marginal tersebut.
“Kami mendapatkan informasi bahwa ada dua orang ODGJ beralamat di La’o yang tidak pernah mau menerima bantuan dari pemerintah. Keduanya pun tidak mau minum obat, lalu kami coba berkunjung dan kunjungan kedua akhirnya kedua ODGJ ini bersedia untuk menerima obat dari pemerintah dan dari Puskesmas setempat,” kata Meldy belum lama ini.
Meldy menuturkan, saat melakukan kunjungannya, warga setempat juga turut hadir. Berdasarkan informasi dari warga setempat, rumah milik ODGJ ini mengalami kerusakan dan ambruk akibat badai seroja yang menghantam wilayah Manggarai pada April 2021 lalu.
Untuk itu, warga setempat berinisiatif membangun rumah darurat sementara untuk dua ODGJ, akan tetapi tidak dilengkapi fasilitas jamban dan kamar mandi. Karena itu, keluarga ODGJ ini terpaksa selalu Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan perilaku ini sangat mengganggu warga sekitar pemukiman mereka.
Menurut informasi yang diperoleh TP-PKK Manggarai, meski pihak kelurahan kala itu sudah mengonfirmasi bahwa sudah ada bantuan pembangunan jamban, namun keluarga ODGJ ini kemudian menolak. Setelah ditelusuri, ternyata alasan keluarga ODGJ ini, karena tidak memiliki daya atau dana tambahan untuk membangun jamban tersebut.
“Bagaimana pun ODGJ disuruh membangun jamban sendiri, sementara tidak ada yang mengasuh mereka. Jadi kedua ODGJ ini hidup mandiri kakak beradik. Hasil pantauan kami, mereka sebenarnya tidak menolak, tetapi mereka bingung, nanti setelah menerima bantuan ini diapakan bantuan ini. Ongkos kerjanya uang dari mana, itu yang membuat mereka bingung,” tutur Meldy.
Akhirnya, pihak TP-PKK Manggarai membuka kran komunikasi dengan masyarakat setempat demi keamanan dan kenyamanan bersama. Setelah buka komunikasi dengan warga setempat, mereka bersedia untuk malakukan gotong royong dalam pembanguna kamar mandi dan toilet ODGJ.
“Tetapi yang penting mereka menanggung tenaga untuk kerja saja. Kami berpikir, tidak mungkin warga bisa gotong royong setiap hari, akhirnya kami membuka komunikasi dengan pihak gereja Keuskupan Ruteng melalui Romo Vikjen Rm. Alfons Segar,” ungkap dia.
Pihaknya juga mencoba membuka kran komunikasi dengan Komisi Kesehatan Keluarga Keuskupan Ruteng, dan akhirnya bertemu dengan Rm Vikjen. Selanjutnya, Rm Vikjen melalui Karitas Indonesia bersedia untuk membantu sebagian dananya untuk pembangunan jamban dan kamar mandi untuk keluarga ODGJ tersebut.
Selain itu, TP-PKK juga membuka komunikasi dengan JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) Keuskupan Ruteng melalui Rm Martin Jenarut. Apalagi, faktanya di sekitar tempat tinggal dua ODGJ ini banyak anak-anak maupun balita. Jadi sejalan dengan konsep JPIC mengenai perlindungan anak-anak bilita.
“Jadi kalau ada masyarakat yang masih BABS, berdampak pada kesehatan warga, dan kesehatan bayi,” beber Meldy.
Tak hanya itu, TP-PKK juga kemudian membuka komunikasi lagi dengan beberapa donatur. Akhirnya, ada kolaborasi antara pemerintah, gereja, dan masyarakat sekitar. Dengan demikian, jelas Meldy, hal ini merupakan bentuk kolaborasi masyarakat Manggarai peduli ODGJ.
“Akhirnya, dibangunlah jamban dan kamar mandi ini. Terus, kemarin itu, pemda Manggarai memberi meteran air gratis melalui Perumda Air Minum Tirta Komodo,” jelas dia.
Setelah pembangunan dua unit kamar mandi yang dilengkapi jamban tersebut dituntaskan, pihaknya bersama-sama dengan Perumda Air Minum Tirta Komodo bersama Pemda kembali turun ke lokasi rumah ODGJ. Semakin bagus saat Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda) Manggarai turut membangun drainase di rumah ODGJ tersebut.
“Rumah MCK ini memiliki dua kamar mandi dilengkapi jamban, lalu kran saluran air yang lansung dikerjakan oleh Perumda Air Minum Tirta Komodo dan saluran drainase dibangun oleh Hipmi dan juga pintu kamar madi telah dibereskan semua,” pungkas istri Bupati Hery Nabit itu.
Gerakan Manggarai Peduli ODGJ
Meldy Hagur mengatakan, kini TP-PKK Manggarai tengah mensosialisasikan gerakan peduli ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) dan gerakan peduli disabilitas.
“Kami telah menggelar rapat koordinasi bersama berkaitan dengan stanting dan Manggarai menuju Kabupaten Inklusi. Jadi payung besarnya itu adalah Manggarai Menuju Inklusi,” pungkas dia.
Ia menambahkan, sejak Februari hingga Maret 2022 pihaknya menggelar sosialisasi dan Bimtek untuk kader Dasawisma se-kecamatan Langke Rembong. Jumlah pesertanya sebanyak 600 orang.
“Jadi kita sudah mulai gerakan kebersihan, peduli ODGJ dan kami melibatkan Puskesmas setempat dengan pihak kecamatan. Karena ini harus kolaborasi. Setelah itu, dari April sampai Mei ini kami menggelar sosialisasi di 35 desa binaan PKK Kabupaten Manggarai,”
Pada saat ini, TP-PKK juga melakukan Bimtek kunjungan rumah. Sementara rumah yang dikunjungi dibagi dalam empat kategori antara lain, rumah tidak layak huni, rumah anak stunting, rumah penerima Bansos PKH dan bantuan lainnya, rumah anggota difabel, dan rumah ODGJ.
“Jadi di sana kami bekerja sama dengan kepala Puskesmas, bidan desa, para kader penyuluh KB juga dilibatkan, supaya kita bisa melihat bersama-sama apa penyebab dari banyaknya jumlah penyandang disabilitas dan apa penyebab dari ODGJ di Manggarai,” jelas dia.
Menurut Meldy Hagur, ke depan itu bisa menemukan satu rumusan baku berkaitan dengan penyebab dari sejumlah masalah ini.
“Jadi, ketika kita berbicara penanganan itu, kita tidak bicara ketika terjadi baru ditangani, tetapi tindakan preventif juga penting dilakukan dan saat ini Bimtek dan tim kami sedang berjalan dan dipimpin ibu Wakil TP-PKK Manggarai dan sudah turun ke-5 desa dalam Minggu ini,” ungkap dia.
Masih menurut Meldy, bila masyarakat tergabung dalam komunitas dan teredukasi dengan baik dan terinformasikan dengan baik berbagai program, baik dari pemerintah maupun di luar pemerintah, maka akan banyak masalah yang bisa teratasi maupun bisa dicegah.
“Pada saat kami telusuri di lapangan, ada keluarga juga yang malu mengaku anaknya ODGJ. Karena itu, kami bagi dua kategori ODGJ antara lain, ada yang sudah terdeteksi dan ada yang belum terdeteksi. Dan yang kami temukan di lapangan cukup banyak yang belum terdeteksi,” beber Meldy.
Untuk itu, kata dia, kehadiran Dasawisma sangat penting. Saat ini, Bupati Manggarai, Hery Nabit telah menggagas konsep 10 rumah Dasawisama antara lain, 10 rumah sehat, 10 rumah pintar, 10 rumah kreatif, 10 rumah sejahtera. Rumah-rumah tersebut akan dijadikan rumah percontohan bagi masyarakat Manggarai.
“Konsep 10 rumah ini akan kita sosialisasikan secara menyeluruh. Jadi setelah kami turun lapangan selama 4 bulan, kami akan membuat laporan singkat kepada Bupati Manggarai selaku Pembina PKK dan selaku pemimpin wilayah, kami akan menyampaikan permasalahan yang ditemui di lapangan,” cetus dia.
Misalnya, ada sejumlah faktor penyebab masalah penyandang disabilitas dan ODGJ dan juga masalah lainnya. TP-PKK Manggarai kemudian akan memberikan rekomendasi untuk melakukan pencegahan dan penanganan secara dini. (RED).