RUTENG, BERITA FLORES – Tim Arwana 898 menggelar kegiatan sosial berbagi kasih bersama Panti Asuhan Pelayanan Kasih yang beralamat di Jalan Delima Selatan, Bilas, Kelurahan Pau, Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores-Nusa Tenggara Timur (NTT) Minggu, 29 Mei 2022.
Dari pantauan wartawan, Tim Arwana 898 mengunjungi Panti Asuhan Pelayanan Kasih pada Minggu sore sekitar pukul 13.56 waktu setempat. Komunitas orang Medan Ruteng ini memberikan bantuan sembako (Sembilan bahan pokok) kepada panti asuhan tersebut berupa beras, gula, minyak goreng, mie, telur dan sejumlah bahan kebutuhan pokok lainnya.
Perwakilan Tim Arwana 898, Robin mengatakan, pihaknya selama ini telah secara rutin menggelar kunjungan dan berbagi kasih kepada penghuni panti asuhan yang berlokasi di Bilas, Kelurahan Pau, kota Ruteng itu.
Pada kesempatan itu, Robin menjelaskan bahwa, kegiatan sosial ini merupakan salah satu bentuk ucapan syukur kepada Tuhan atas berkah yang diperoleh selama ini. Ia juga meminta penghuni panti asuhan untuk terus mendoakan agar diberi kesehatan dan kelancaran aktivitas yang tengah mereka jalankan.
“Kami menyampaikan bahwa ada titipan dari pa Wily dan rekan-rekan serta pa Hari. Mereka menyampaikan salam untuk rekan-rekan penghuni panti asuhan Pelayanan Kasih,” ujarnya.
Menurut dia, Pelayanan Kasih ini merupakan salah satu panti asuhan yang jarang mendapatkan bantuan dari masyarakat, karena akses masuk yang agak sulit dan tertutup. Untuk itu, pihaknya telah menentukan panti asuhan ini sebagai sasaran sumbangan mereka.
Robin juga mengucapkan terima kasih karena telah diberi kelancaran dan diterima dengan baik selama berada di wilayah Manggarai.
Sementara itu, Kepala Panti Asuhan Pelayanan Kasih Yayasan St Elisabeth, Paulina Pajong mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Arwana 898 karena hingga saat ini sangat peduli dengan anak asuhnya.
“Karena kemurahan Tuhan yang sudah memberi kelimpahan hidup kepada pa Robin dan rekan-rekan, sehingga bisa mengetuk hati mereka untuk berbagi dengan kami di sini,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Paulina mengisahkan awal mula berdirinya Panti Asuhan Pelayanan Kasih. Ia mengungkapkan, sebelumnya, dirinya merupakan seorang suster yang hidup membiara selama 25 tahun 6 bulan.
“Saya tertarik masuk biara, karena saya punya kakak juga suster. Dia seorang perawat. Dia lama di Jerman, lalu dia kembali ke Indonesia dan mengumpulkan anak yatim juga,” kisah Paulina.
Ia mengaku, dirinya tertarik mengumpulkan anak yatim karena latar belakang hidupnya saat masih kecil. Paulina juga bernasib serupa dengan anak panti asuhan karena ibunya meninggal dunia saat dirinya masih kecil.
Selama dalam biara juga, ia selalu melayani anak yatim piatu, anak-anak yang susah dan anak-anak yang terlantar. Karena itu, Paulina mengaku, dirinya merasa terpanggil dan bercita-cita sejak 2004 silam agar bisa membangun panti asuhan di luar biara.
“Karena dalam biara itu, menu-nya di atas meja dua atau tiga. Itu saya selalu berpikir apa yang saya tidak boleh makan, supaya Tuhan menjawab saya punya doa untuk mendirikan panti asuhan. Akhirnya terjawab saya punya doa pada 9 Desember tahun 2013,” ungkap dia.
Setelah itu, dirinya keluar dari biara dan meminta secara baik-baik kepada pimpinannya kala itu. Saat keluar dari biara, dirinya membawa serta 5 orang anak lalu menuju ke Denpasar, Bali untuk bertemu dengan orang Swiss yang pernah bekerja sama dengannya mengurus anak yatim.
“Sampai di Denpasar, saat itu mereka memberi saya uang sebanyak Rp40 juta karena mereka juga urus anak-anak susah. Lalu saya bangun rumah ini. Sementara kayu dari TWA (Taman Wisata Alam) Kabupaten,” kisahnya.
Meski saat itu, kondisi semakin sulit untuk melanjutkan pembangunan rumah panti asuhan, namun dirinya terus berdoa kepada Tuhan agar bisa menemukan solusi dari masalah tersebut.
“Tuhan, Tuhan yang memulai karya agung ini dan saya percaya Tuhan juga yang menyelsaikannya. Karena ini bukan hal yang mudah, tetapi sangat sulit dilakukan,” ungkap dia.
Menurut Paulina, meski kala itu belum banyak yang tahu tentang Panti Asuhan Pelayanan Kasih, namun dirinya terus bekerja sedikit demi sedikit untuk memperkenalkannya kepada khalayak.
Ia mengaku, panti asuhan yang berkapasitas menampung sebanyak 33 anak asuh itu semuanya mengenyam pendidikan. Bahkan, saat ini ada beberapa anak asuhnya yang sudah merantau ke sejumlah wilayah seperti Papua, Denpasar, Kalimantan dan Jakarta untuk melanjutkan perguruan tinggi sambil bekerja.
“Ada yang sebentar lagi meraih gelar sarjana,” kata Paulina.
Meski demikian, Paulina mengakui bahwa saat ini dirinya mengalami kesulitan membayar uang sekolah anak asuhnya. Selain itu, pihaknya juga ingin membangun lantai dua darurat sehingga bisa menampung lebih banyak anak yatim piatu.
“Kami kesulitan uang membayar uang sekolah anak-anak kami pak,” keluh dia.
Untuk diketahui, akses masuk panti asuhan ini cukup sulit, karena harus melewati halaman rumah orang. Meskipun bisa diakses baik dari sisi barat maupun sisi timur, namun jalan setapak sebagai akses masuk sangat sempit. (RED).