RUTENG, BERITA FLORES – Yayasan Plan International Indonesia atau Plan Indonesia mengajak masyarakat Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) agar pelaksanaan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) harus menjadi budaya bersama.
Provincial Coordinator Project WfW (Water for Women) Julliani F. Talan menjelaskan hal itu saat Workshop Kesepakatan Kerja Sama Antara Puskesmas dan Sekolah tentang STBM MKM Sekolah di Aula Efata Ruteng pada Selasa, 19 Oktober 2021.
Ia menjelaskan, kesepakatan kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar siswa serta pendidik melalui STBM. Juliani mengungkapkan, ada sebanyak 12 sekolah baik sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan SLB di daerah itu menjadi pilot project Plan Indonesia.
Selain lembaga pendidikan tingkat SMP, lembaga pendidikan setingkat SD dan juga SLB menjadi pilot project Plan Indonesia.
“Meningkatkan perilaku hidup bersih dan merubah sesuatu yang buruk menjadi lebih baik,” ujarnya saat presentasi materi STBM dan MKM.
Juliani mengaku, sejauh ini pihaknya telah memberikan sumbangan sarana dan prasarana seperti tandon sebagai tempat penampungan air bersih, sarana cuci tangan, masker dan sejumlah alat pelindung diri (APD) lainnya untuk mendukung program STBM tersebut.
Juliani mengaku, Yayasan Plan International Indonesia yang dibiayai oleh pemerintah Australia telah dan akan membangun sebanyak 24 unit jamban inklusi di 12 sekolah dan 12 pustu, 47 sarana CTPS yang inklusi di 12 sekolah, 23 puskesmas dan 12 pustu serta pemberian APD ke sekolah, PKM, RS dan Pusat Karantina Golo Dukal.
Kepala Sekolah SMPN 1 Ruteng, Cancar Doroteus Jemuru mengapresiasi Plan Indonesia karena telah memotivasi dan mendorong lembaga pendidikan dan puskesmas untuk menjalin kerja sama dalam melaksanakan lima pilar STBM dan Manajemen Kesehatan Menstruasi (MKM) di sekolah.
Menurut Kepsek Doroteus, kegiatan ini merupakan bentuk edukasi terhadap generasi mendatang agar pelaksanaan lima pilar STBM dan MKM di sekolah bisa menjadi budaya bersama.
“Ketika kami dipercayakan menjadi sekolah pilot project dari Plan Indonesia, tentu harapannya adalah setelah kami praktek di sekolah, maka kami akan mengimbaskan STBM ke sekolah-sekolah lain di sekitarnya,” ujarnya kepada wartawan di sela-sela kegiatan itu.
Sementara Sekretaris Bappelitbangda Kabupaten Manggarai Natalia Dugis mengatakan, pihaknya meminta komitmen baik dari kepala sekolah maupun kepala puskesmas yang telah menjadi pilot project Plan Indonesia untuk melaksanakan lima pilar STBM dan MKM di sekolah.
Ia juga meminta lembaga pendidikan maupun puskesmas untuk tidak lagi bergantung kepada Plan Indonesia dalam melaksanakan lima pilar STBM dan MKM. Sebab kontrak kerja sama antara Pemerintah Daerah Manggarai dan Plan Indonesia akan segera berakhir pada tahun 2022 mendatang.
“Sebenarnya tanpa perjanjian pun, tetap dilaksanakan lima pilar STBM. Salah satunya bisa menggunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah)”, ujarnya.
Berdasarkan pantauan wartawan, tampak para kepala sekolah dan kepala puskesmas menandatangani kesepakatan kerja sama untuk melaksanakan STBM dan MKM di sekolah sebagai bukti komitmen mereka.
Adapun peserta yang hadir pada kegiatan ini sebanyak 30 orang terdiri dari kepala sekolah, guru UKS, kepala puskesmas; sanitarian, Promkes dan perwakilan Pokja AMPL Dinkes dan Dinas Pendidikan.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Setiap peserta wajib melakukan Rapid Antigen Test (RAg). Selain itu, para peserta juga diberikan sand sanitizer, menggunakan masker, dan duduk dalam jarak aman.
Penulis: Ronald Habe