BORONG BERITA FLORES — Kelompok Pemuda Desa Satar Kampas, Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Flores-Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai berinovasi untuk mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi dari pabrik. Kelompok pemuda di wilayah Pantai Utara Manggarai Timur itu telah berinisiatif melakukan pemberdayaan masyarakat berupa transfer teknologi tentang pembuatan kompos organik. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya mereka memanfaatkan potensi lingkungan sekitar berupa sisa sampah organik.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kelompok Pemuda Desa Satar Kampas dengan membuat pelatihan pupuk kompos (pupuk organik) kepada para petani di Maki, Dampek, Desa Satar Kampas, Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur, NTT pada Minggu, 28 Februari 2021. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 20 peserta yang berprofesi sebagai petani dan peternak.
Koordinator Kegiatan Penyuluhan Pembuatan Pupuk Kompos, Fedi Jamin mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk menampilkan cara-cara baru dengan sedikit menggunakan sentuhan teknologi. Pemberdayaan melalui kegiatan penyuluhan kata Fedi, diperlukan untuk mengubah pola pikir, sikap dan perilaku masyarakat guna membangun kehidupan dan penghidupan para petani yang lebih baik secara berkelanjutan.
“Dalam kegiatan penyuluhan swadaya ini, tujuan kami adalah untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan para petani membuat kompos dari kotoran ternak, melalui proses fermentasi,” ujarnya kepada wartawan melalui WhatsApp Kamis, 4 Maret 2021.
Ia menjelaskan, pupuk kompos sangat berperan dalam peningkatan produksi pertanian baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Juga mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Pupuk kompos kata dia, banyak mengandung mikroorganisme, karena dengan masuknya kompos ke dalam tanah akan memacu perkembangan mikroorganisme dalam tanah sehingga tanah menjadi subur.
Menurut Fedi, selama ini masyarakat belum sepenuhnya memahami manfaat pupuk kompos. Padahal kompos ini mempunyai manfaat antara lain, memperbaiki struktur tanah lempung sehingga menjadi ringan, memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah itu tidak berderai. Bahkan menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur-unsur hara tanah.
Selain itu, lanjut dia, penggunaan pupuk kompos juga dapat memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, mengandung unsur hara yang lengkap, memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba dan menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.
“Bahan untuk pembuatan pupuk kompos sangat mudah diperoleh karena tersedia di sekitar kita, dan cara pembuatanya pun sangat mudah semua orang bisa membuatnya, baik dalam skala besar maupun kami melihat juga beberapa para petani mengeluh karena sulit mendapatkan pupuk subsidi, apalagi di tengah pandemi Covid-19 saat ini,” ungkap Fedi.
Fedi mengajak para petani untuk sama-sama belajar agar meningkatkan keterampilan dalam membuat pupuk kompos dan juga membuat pakan ternak babi dengan proses fermentasi. Ia berharap, dengan kegiatan tersebut bisa menjadi solusi untuk tidak lagi mengharapkan pupuk buatan pabrik.
“Coba kita manfaatkan kotoran ternak, limbah/sampah organik yang banyak di sekitar kita,” ajak Fedi.
Ia menambahkan, selama ini banyak kotoran hewan seperti kotoran sapi, kerbau, dan kambing di sekitar lokasi itu tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos untuk menggatikan pupuk buatan. Pada kegiatan penyuluhan tersebut, dirinya memperkenalkan dan mempraktekan cara-cara baru melalui teknologi fermentasi.
“Fermentasi pakan ternak merupakan salah satu proses pengolahan bahan pakan yang dapat dilakukan untuk mengubah senyawa kompleks dari bahan pakan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan mikroba. Dengan adanya sentuhan teknologi dengan tujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas,” jelas Fedi.
Harapan Pemuda
Fedi berharap, melalui kegitan penyuluhan swadaya ini bisa meningkatkan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan dalam memanfaatkan kotoran ternak atau bahan organik lainnya untuk dimanfaatkan sebagai pupuk kompos (pupuk organik). Sehingga tidak lagi mengharapkan pupuk buatan pabrik.
Di samping itu kata dia, penggunaan kompos juga bisa mengurangi pencemaran lingkungan. Apabila kotoran ternak seperti kotoran sapi tidak dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, maka tingkat pencemaran lingkungan semakin tinggi. “Sehingga melalui kegiatan ini kami mengajak para petani untuk sama-sama belajar untuk membuat pupuk kompos dengan bahan dasar dari kotoran ternak sapi,” kata Fedi.
Keluhan Petani
Lukas seorang Warga Desa Satar Kampas, Kecamatan Lamba Leda Utara merasa kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi karena tidak sesuai dengan harapan mereka sebagai petani yang ada di desa. Bahkan kata dia, harga pupuk cendrung mengalami kenaikan serta tidak menentu sehingga para petani di pantai utara Manggarai Timur itu merasa kecewa.
“Hanya dapat pupuk hanya 6 kg/orang yang tidak sesuai lahan sawah yang kami miliki dan apa itu bisa mencukupi lahan sawah 1 petak atau tidak, sementara lahan yang kami miliki ada yang 1 petak ada yang 2 petak bahkan 1 hektare. Kami minta dengan hormat kepada pemerintah untuk memperhatikan masyarakat petani yang ada di Desa Satar Kampas dan Satar Padut,” ujarnya.
Para petani berharap kepada pemerintah Manggarai Timur, untuk segera membenahi lagi mengenai tata kelola pupuk bersubsidi. Jadi dengan kehadiran pemuda, para petani sangat berterima kasih karena bisa mengggelar kegiatan penyuluhan swadaya dan memperkenalkan atau mempraktikan cara membuat pupuk kompos (pupuk organik) dari bahan dasar kotoran ternak sapi melalui suatu pengolahan yang sangat sederhana dengan sentuhan teknologi. (R11/TIM).