RUTENG, BERITA FLORES – Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sapi mencemari lingkungan warga. Warga Karot, Kelurahan Karot, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT mengeluhkan pencemaran lingkungan di wilayah mereka. Pencemaran lingkungan ini berupa kotoran dari Rumah Potong Hewan (RPH) Karot, Kecamatan Langke Rembong bahkan kotoran hewan dialirkan menuju sungai.
RPH Karot merupakan tempat pemotongan hewan yang sudah berdiri sejak 10 tahun silam. Dari pantauan wartawan pada Senin, 26 Oktober 2020 bahwa, kotoran berupa darah dari penyembelihan sapi maupun kotoran mengalir melalui saluran melewati rumah warga, terus mengalir ke Kali Wae Ces, persis di belakang bangunan RPH.
Pasalnya, bekas darah dan kotoran sapi dibuang sembarangan ke saluran air dan mengalir ke sungai yang menimbulkan aroma tak sedap. Sejumlah warga sekitar lokasi mengeluhkan kondisi saluran air yang tercampur darah tersebut. Bahkan bau busuk akibat darah potongan sapi dan kotoran yang dibuang langsung masuk ke saluran drainase yang juga dimanfaatkan warga.
Gabriel Ngapun (59) warga Karot, Kelurahan Karot, mengatakan, warga setempat selalu mengeluhkan limbah dari RPH yang dibuang menuju Kali Wae Ces. Kejadian ini kata dia, sudah berlangsung sejak lama dan warga telah menyampaikan keluhan tersebut, namun tidak ada respons dari pihak terkait.
“Kotoran dari rumah potong berserakan, mereka tidak punya tempat penampungan. Mereka kalau cuci tempat rumah potong itu dari kotoran berupa darah, kotoran hewan, mereka buang di Kali semua. Sehingga terjadi pencemaran lingkungan,” tegas Gabriel kepada wartawan saat ditemui di RPH Karot pada Senin, 26 Oktober 2020.
Gabriel mengungkapkan, pencemaran lingkungan menjadi masalah utama di wilayah mereka. Bahkan setiap hari warga terpaksa menghirup udara bau busuk dari RPH yang menembus masuk ke rumah-rumah milik warga Kelurahan Karot. Ia mendesak Pemerintah Kabupaten Manggarai untuk segera membangun septic tank atau bak untuk menampung limbah dari RPH.
“Sehingga kami selama ini membuat pembuangan kotoran WC (water closet) lansung ke Kali karena ikut dari sini,” beber dia.
Gabriel berharap agar Pemerintah Kabupaten Manggarai segera membuat bak penampung limbah dari RPH Karot. Sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar wilayah Kelurahan Karot, Ruteng. “Jelas pak, kalau kami sedang makan sementara mereka cuci di sini, terasa sekali bau busuknya,” kata Gabriel.
Warga Kelurahan Karot lainnya, Yovita Jetia (28) mengakui bahwa, selama ini pihaknya merasa tidak nyaman dengan keberadaan lokasi rumah potong hewan itu karena sangat dekat dengan pemukiman warga. Bahkan pada saat warga di sekitar lokasi RPH sedang makan, lalu saat bersamaan juga rumah potong membersihkan kotoran hewan, maka warga terpaksa rela tinggalkan sejenak makanan mereka karena bau busuk yang sangat menyengat.
“Kalau kami pas lagi makan, lalu rumah potong cuci kotoran hewan, maka kami harus tinggalkan sementara. Tunggu rumah potong selesai cuci baru bisa kami lanjutkan makan,” ungkap Yovita.
Yovita menguraikan, rumah potong hewan itu pun tidak memiliki tempat sampah. Bahkan sampah dari rumah potong dibuang di sekitar lokasi sehingga lingkungan Kelurahan Karot tercemar. Ia berharap kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai bisa bekerja sama dengan baik untuk menyelsaikan masalah ini.
“Supaya kami dan semua keluarga kami aman dari dampak pencemaran lingkungan,” pungkas dia.
Secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai, Dan Konstantinus mengatakan, dirinya akan berkoordinasi dengan petugas lapangan di RPH untuk bisa mengatasi masalah tersebut.
“Saya koordinasi dengan petugas lapangan terlebih dahulu yah,” ujarnya.
Meski begitu, ia berjanji segera melakukan pengecekan di lokasi RPH yang terletak di Karot, Kelurahan Karot, Kecamatan Langke Rembong ini.
Sementara itu, Pjs Bupati Manggarai, Dr. Drs Zeth Sonny Libing mengatakan, pihaknya segera melakukan pengecekan di lokasi tersebut. Sonny mengaku, baru mendapat informasi mengenai keluhan warga Kelurahan Karot terkait pencemaran lingkungan di wilayah tersebut.
“Saya kan baru dapat informasi dan satu dua hari saya lansung cek di lokasi. Setelah itu saya ambil keputusan di lapangan,” ujarnya. (TIM).