LABUAN BAJO, BERITA FLORES– Le Minerale bersinergi dengan Indonesia Waste Program (IWP) dan Asosiasi Daur ulang Plastik Indonesia (ADUPI) untuk menginisiasi gerakan mengumpulkan, memilah, dan mengolah sampah plastik dari Pulau Komodo menjadi produk baru yang bernilai ekonomi tinggi, dan memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekaligus menjaga lingkungan.
Hal tersebut, ditandai dengan penandatangan kesepakatan, yang digelar di Hotel Jayakarta Labuan Bajo Pada, 07 Oktober 2020.
Pada kesempatan itu, ADUPI memastikan bahwa plastik jenis
Polyethylene Terephthalate (PET), berkode 1 seperti yang dipakai botol dan galon sekali pakai, menjadi incaran pemulung karena harga jualnya yang tinggi.
Karena itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendukung penuh terhadap inisatif Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo. Bahkan, KLHK juga mengajak semua pihak untuk ikut menjaga keindahan dan kelestarian alam Pulau Komodo.
Setelah berpartisipasi pada acara World Cleanup Day di bulan September lalu, Le Minerale memulai langkah strategis berikutnya dengan mendukung pengelolaan sampah plastik di Pulau Komodo.
Dalam Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo, Le Minerale bekerja sama dengan Indonesia Waste Program (IWP) dan Asosiasi Daur Ulang Indonesia (ADUPI).
IWP bertugas melakukan edukasi kepada masyarakat Pulau Komodo, serta mengumpulkan dan memilah sampah plastik. Sedangkan ADUPI berperan dalam pengolahan sampah plastik menjadi produk baru yang bernilai ekonomi tinggi. Diharapkan dengan kerja sama ini permasalahan sampah plastik di Pulau Komodo mendapat solusi terbaik dan masyarakat pun mendapat nilai tambah. Dengan menjaga lingkungan, ekonomi masyarakat dari sektor pariwisata juga terjaga.
Dalam sambutan melalui video, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI Siti Nurbaya mengatakan pemerintah mendukung penuh terhadap partisipasi para penggagas konversi sampah menjadi material yang memiliki manfaat berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungannya.
Oleh karena itu, pemerintah menghargai setinggi-tingginya mereka yang menggerakkan sebanyak mungkin orang untuk mengurai sampah menjadi salah satu mata rantai dari konsep ekonomi sirkulasi.
“Pemerintah akan selalu mendukung semua pihak penyelenggara ekonomi sirkulasi dari sampah ini, terutama sampah plastik, yang sering dituding sebagai material pencemar lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” kata Menteri Siti.
Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan apresiasinya kepada PT. Tirta Fresindo Jaya. Sebab menurut dia, perusahan tersebut memberikan berkontribusi untuk mengurangi sampah plastik yang saat ini menjadi isu dunia.
“Terimakasih, khususnya untuk PT. Tirta Fresindo Jaya yang tidak hanya berproduksi dengan menggunakan bahan plastik, namun juga berinovasi memperlihatkan rasa tanggung jawabnya dengan beragam inisiatif, khususnya tentang pengelolaan serta pemanfaatan sampah plastik,” katanya.
Pada kesempatan sama, Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya Ronald Atmadja mengatakan, Le Minerale memiliki komitmen tinggi mendukung upaya pemerintah dan ingin berkontribusi sebesar-besarnya mengelola sampah plastik.
“Saat ini kami sedang menyusun road map sustainability plastik. Mulai dari bahan baku sampai sampah akan dikelola dengan baik dan mendukung kelestarian lingkungan. Botol dan galon Le Minerale terbuat dari plastik PET yang dapat didaur ulang dan tidak mencemari lingkungan. Le Minerale bersama KLHK sedang intens menjalin kerja sama untuk bergerak bersama.” kata Ronald.
Sementara itu, Asosiasi Daur ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim menyoroti paradigma masyarakat seringkali kurang tepat. Ia menjelaskan, plastik PET seperti yang digunakan pada botol dan galon sekali pakai adalah bahan yang paling ramah lingkungan jika dibandingkan dengan jenis plastik lainnya, karena paling mudah di daur ulang.
Menurutnya,, sampah plastik PET harus dilihat dan diperlakukan sebagai bahan baku, bukan sebagai sampah yang tidak bernilai. Sebab, Industri daur ulang memerlukan sampah plastik dalam jumlah besar, terutama jenis PET dengan kode 1 seperti yang dipakai botol dan galon sekali pakai. Karena harganya mahal, sampah plastik PET menjadi rebutan para pemulung dan sulit ditemukan di tempat pembuangan akhir.
“Plastik jenis PET seperti yang dipakai botol dan galon Le Minerale paling mahal harganya dan paling bernilai untuk didaur ulang. Hasilnya adalah barang-barang komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti polyester, dacron sintetis, geotextile, bantal, baju winter, kancing,” tegas Christine.
Ia menambahkan, plastik PET dapat didaur ulang hingga 50 kali dan menghemat bahan baku produksi. Tren permintaan ekspornya terus mengalami peningkatan.
Karena itu, ia meminta kepada masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah dari rumah, bekerja sama dengan bank sampah atau petugas pemilahan sampah, agar plastik tersebut menjadi sumber ekonomi berkelanjutan.
Sustainability Manager Le Minerale, Febri Hutama berharap, kerja sama ini akan terus membesar dan bekerja sinergis, bukan hanya mengelola plastik sampah kemasan Le Minerale tapi juga merek-merek lain.
“Dengan pendekatan ekonomi sirkular, sampah plastik yang semula kita pandang sebagai masalah justru mendatangkan rejeki dan berkah. Karena selain menjaga lingkungan, dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat,” kata Febri.
Koordinator IWP Ica Marta Muslin menyampaikan ucapan terima kasih kepada perusahan air Le Mineral pada geraka ekonomi sirkular pulau komodo.
“Mewakili IWP dan masyarakat Pulau Komodo, saya mengucapkan terima kasih atas dukungan Le Minerale pada Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo. Kami optimis dapat melindungi aset pariwisata kami sekaligus mendapatkan tambahan finansial dari pengelolaan sampah.” ujar Marta.
Efren Polce