BORONG, BERITA FLORES – Bupati Manggarai Timur, Anderas Agas mengatakan tidak ada motif politis terkait pergantian nama dua kecamatan di Manggarai Timur.
Dua nama kecamatan yang bersalin nama itu adalah Poco Ranaka menjadi kecamatan Lamba Leda Selatan dan Poco Ranaka Timur menjadi kecamatan Lamba Leda Timur.
“Tidak ada kepentingan politik. Untuk apa kepentingan politik. Orang selalu berpikir ini ada kepentingan politik, sementara kita hidup ini tidak terlepas dari politik. Masa orang omong politik itu takut” tegas Agas saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (3/9) lalu.
Andreas Agas menjelaskan alasan pergantian nama dua kecamatan di Matim tersebut berdasarkan aspirasi masyarakat.
Selain itu juga mempertimbangkan sejarah wilayah Dalu Lamba Leda.
“Alasan pergantian nama dua kecamatan tersebut yang pertama adalah atas aspirasi masyarakat, juga dari segi sejarah. Itu sudah disepakati,” ujarnya.
Baca: Kecamatan Poco Ranaka dan Poco Ranaka Timur Berubah Nama
Agas menambahkan pergantian nama dua Kecamatan tersebut, secara yuridis sangat dimungkinkan dengan merujuk padaPP No. 17 tahun 2018 tentang Kecamatan.
“Pada pasal 9 itu dijelaskan kita boleh mengubah ibu kota kecamatan, nama kecamatan, batas wilayah kecamatan boleh diubah. Yang penting ada persetujuan,” ujarnya.
Saat upacara adat perubahan nama dua kecamatan ini, Andreas juga diangkat menjadi putra sulung kedaluan Lamba Leda.
Ia mengatakan julukan putra sulung itu juga bukan keinginannya.
“Terkait daulat putra sulung, itu pernyataan masyarakat di sana,” tuturnya.
Ia juga mengapresiasi kegiatan musyawara besar (mubes) yang dilakukan di Lamba Leda untuk mengubah nama dua kecamatan tersebut. Ia menambahkan bahwa peristiwa mubes dan dirinya didaulat sebagai keturunan dalu itu sungguh di luar dugaanya.
“Saya terus terang peritiwa kemarin itu di luar skenario saya. Skenario saya adalah setelah disetujui di Pocoranaka, Pocoranaka Timur sudah setuju ya selesai sudah to. Karena yang berubah-kan Poco Ranaka, tetapi kita harus tetap melapor ke induknya yaitu Lamba Leda. Itu saja. Tapi mereka buatnya melalui ritus adat. Itu bagus. Saya senang mereka buat pake ritus adat lagi. Jadi tokoh-tokoh yang lama, dalu-dalu lama itu kita pergi di situ karena mereka yang kasih nama itu Lamba Leda dulu to,” ujarnya.
Penulis: Efren Polce