BORONG, BERITA FLORES–Pemerintah Desa Haju Wangi, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Flores-Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membuka akses jalan raya menuju Danau Tiwu Cewe sebagai destinasi wisata andalan di desa itu.
“Tahun 2019 ini kami membuka jalan raya ke tempat wisata Tiwu Cewe,” ujar Kepala Desa Haju Wangi, Abraham Sapa kepada Beritaflores.com Kamis, 10 Juli 2019.
Ia mengatakan, Desa Haju Wangi memiliki potensi pada sektor pariwisata. Di mana, salah satu destinasi wisata dimiliki desa mereka adalah Danau Tiwu Cewe. Destinasi itu, bisa dikembangkan menjadi tempat pariwisata pilihan di Kabupaten Manggarai Timur, Flores.
“Melihat peluang tempat wisata di Desa Haju Wangi, maka tahun 2019 ini ada pembangunan jalan raya ke Tiwu Cewe sepanjang 500 meter dengan pagu anggaran senilai Rp.251.505.300,” jelas dia.
Abraham menjelaskan bahwa, Danau Tiwu Cewe merupakan mata air berbentuk seperti sebuah danau berukuran sedang. Mata air itu pun muncul bak air yang sedang mendidih. Danau Tiwu Cewe tampak bersih dari kotoran dedaunan pohon yang jatuh. Di sekitar Tiwu Cewe terdapat batu cadas. Air bersumber dari Tiwu Cewe bermuara ke sungai Wae Loe.
Nama destinasi itu berasal dari dua suku kata bahasa Manggarai yakni Tiwu dan Cewe. Tiwu artinya kolam renang atau danau sedangkan Cewe merupakan sejenis kuali tempat untuk menggoreng jagung orangtua zaman dahulu. Sehingga dengan demikian, karena danau itu berbentuk seperti kuali maka diberi nama ‘Tiwu Cewe’ (kolam berbentuk seperti kuali).
Di sekitar destinasi wisata itu terdapat sebuah kampung Bawe tempat pemukiman warga. Jarak dari kampung Bawe tak jauh menuju Tiwu Cewe.
Danau ini memiliki keunikan tersendiri. Lokasi itu sangat alami: aman, sejuk, rindang, indah (Asri). Juga terdapat batu cadas tepat pada bagian hulu danau. Di lokasi itu juga suasananya sangat tenang. Air yang bersumber dari Tiwu Cewe dimanfaatkan untuk pengairan persawahan warga setempat.
Menurut kisah warga setempat, Tiwu Cewe telah memakan korban jiwa seorang wisatawan asal Jerman. Pater Ender nama wisatawan itu. Kala itu, ia menyelam di mata air Danau Tiwu Cewe ingin mengetahui kedalaman danau itu. Masih menurut cerita warga, saat Pater Ender menyelam, ia melihat emas bentuknya seperti cerek (tempat mengisi air minum). Secara berulang ia mencoba memegang benda ajaib itu, namun cerek emas terus menjauh dari jangkauan Pater Ender.
Meski berkali-kali ia berupaya menyelam untuk mendapatkannya namun saat dirinya mengambil benda itu malah semakin menjauh bahkan cerek emas itu tenggelam ke dasar danau. Benda itu pun tidak bisa ia dapatkan. Ia kemudian memutuskan untuk berhenti mengejar benda gaib itu.
Tak lama berselang, nasib naas menimpa Pater Ender kala itu. Ia meninggal dunia usai pulang menyelam di danau Tiwu Cewe. Itulah sekilas cerita tentang Tiwu Cewe.

Prioritas Bangun Jalan Baru
Selain membuka akses menuju Danau Tiwu Cewe, pemerintah desa Haju Wangi juga memprioritaskan pembukaan jalan baru pada tahun 2017 lalu dengan volume 600 meter arah Bawe-Nanga Rema dengan menelan biaya sebesar Rp.555.210.000.
Sejumlah program tersebut, jelas Abraham, berdasarkan kesepakatan bersama warga Desa Haju Wangi melalui musyawarah pembangunan desa (Musrenbangdes) dan musyawarah pembangunan tingkat dusun (Musrenbangdus).
“Alasan yang mendasar dari keputusan bersama itu untuk kemudahan pemindahan pemukiman rumah warga dan penataan posisi rumah penduduk. Juga pembangunan jalan menuju tempat wisata Tiwu Cewe karena keberadaannya tepat di wilayah Desa Haju Wangi,” tutur dia.
Kades dua periode itu menjelaskan bahwa, pembangunan infrastruktur desa begitu penting. Apabila akses antardesa sudah beres maka penataan pemukiman warga juga semakin mudah dilakukan.
“Pembukaan jalan lintas desa tahun 2017 juga sepanjang 1.500 meter menghubungkan kampung Bawe menuju Golo Weong dengan total anggaran sebesar Rp.330.480.000. Semoga desa tetangga bisa menjemput program lintas desa yang saya sudah rintis,” pungkas dia.
Ia juga menerangkan, semua program merupakan kebutuhan urgen warga Desa Haju Wangi sehingga pembangunan diprioritaskan.
“Tahun 2018 kami memprioritaskan program air minum bersih dengan penyertaan modal ke Pansimas senilai Rp.35.000.000 untuk penambahan pembelian pipa,” ucap dia.
Kades Abraham mengaku, desa mereka mengalami krisis air minum bersih. Oleh karena itu, pemerintah deda memprioritaskan proyek air minum bersih. Krisis air minum di Desa Haju Wangi, kata dia, disebabkan oleh kondisi topografi.
“Masyarakat Desa Haju Wangi selalu mengalami kesulitan mendapatkan air minum bersih. Karena kondisi seperti ini, warga pun tidak memiliki solusi alternatif dan terpaksa menimbah air kali Wae Togong baik untuk minum, mandi maupun untuk mencuci,” terang dia lagi.
Untuk mengatasi masalah air minum, pihaknya bertekad agar mendapatkan air minum bersih dengan system sumur bor tepatnya di RT 008 RW 009 Nanga Rema, Dusun Watu Ncarum dengan menelan biaya Rp,150.000.000.
Ia pun mengaku, kini, warga Desa Haju Wangi sudah bisa menikmati air minum bersih dengan program sumur bor yang ia gagas tersebut. Pihaknya berharap kepada pemerintah Kabupaten Manggarai Timur untuk memberikan bantuan lain kepada desa mereka tentunya bersumber dari dana pemerintah daerah selain dana desa (DD).
“Semoga bantuan lain dari pemerintah untuk pembangunan di Desa Haju Wangi ini akan selalu ada di luar Dana Desa yang bisa membantu pembangunan desa kami untuk menjadi desa yang lebih maju dan mandiri.
Penulis: Ronald Habe