RUTENG, BERITA FLORES–Kondisi kesehatan Arnoldus Bantur, Warga asal Orong, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat sudah berangsur baik usai ditangani pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Ben Mboi Ruteng sejak Selasa, 4 Juni 2019.
Direktur RSUD dr. Ben Mboi Ruteng, dr. Elisabeth Elfrida Adur mengatakan, pihaknya telah menangani pasien gigitan ular bernama Arnoldus Bantur secara maksimal.
“Kondisi kesehatan pasien sudah berangsur baik. Trombosit (zat pembeku darah) sudah mulai meningkat,” ujarnya kepada awak media di ruang kerjanya Kamis, 6 Juni 2019.
Elisabeth mengaku, awalnya kondisi kesehatan pasien itu sempat memburuk saat hari pertama ditangani pihak RSUD dr. Ben Mboi Ruteng pada Selasa, 4 Juni 2019. Namun, kata dia, kondisi kesehatan korban kembali membaik usai disuntik obat Anti Bisa Ular (ABU).
Awalnya, pihak Puskesmas Orong ingin merujuk ke RSUD Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat. Namun pasien sendiri memilih agar dirujuk ke RSUD dr. Ben Mboi Ruteng.
“Sebenarnya dirujuk ke RSUD Labuan Bajo tetapi pasien tidak mau. Dia minta datang di sini. Karena keluarganya banyak di sini. Dia bawa obat ABU (Anti Bisa Ular) sebanyak tiga vial. Satu dia pakai dari sana, satu di UGD, sedangkan satu vial pakai saat di ruangan,”
“Kondisi saat ia datang pertama kurang bagus menurut saya, karena saya lihat hasil-hasilnya. Karena gigitan ular biasanya itu dia akan menyebabkan trombosit (zat pembeku darah) bisa menurun drastis,” jelas dr. Elisabeth.
Alumni Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Hasanudin (Unhas) Makassar itu menerangkan bahwa, umumnya, jumlah trombosit normal dalam darah adalah sekitar 150.000 hingga 400.000 trombosit per mikroliter (mcL). Akan tetapi, rentang jumlah trombosit normal pada setiap orang bisa berbeda. Seseorang dikatakan memiliki jumlah trombosit yang tidak normal jika kadar trombosit mereka berada di luar rentang nilai tersebut secara signifikan.
“Kalau trombosit normal biasanya 150 ribu sampai angka 400 ribu. Sedangkan trombosit pasien (Arnoldus Bantur) sangat rendah bahkan hanya sisa 10 ribu. Itu menurut dokter sangat berbahaya. Sebab, tiga hari ia tidak mendatangi Puskesmas terdekat untuk mengobati gigitan ular berbisa itu,” terang dia.
Baca Juga: Pemkab Manggarai Mesti Benahi Layanan Kesehatan
Ia pun mengaku, usai dilakukan transfusi darah kepada Arnoldus, trombositnya kemudian naik menjadi 13 ribu. Pada saat dokter spesialisasi bisa ular melakukan suntikan obat ABU naik lagi hingga 26 ribu. Kondisi terakhir pada Rabu kemarin mengalami perubahan positif karena trombosit pasien sudah mencapai angka 103 ribu.
“Pasien sudah bisa jalan-jalan. Tadi pagi jalan keliling halaman dengan Kadis Kesehatan Manggarai, dokter Yulianus Weng. Kami juga telah mengingatkan pasien agar banyak istirahat agar trombosit bisa kembali normal,” pintanya.
Dokter Elisabeth juga menjelaskan cara penanganan gigitan ular berbisa. Ia menerangkan, pemberian satu vial obat ABU dapat disuntik setiap 12 jam sekali. Akan tetapi bergantung pada keadaan trombosit pasien bisa ular.
“Jadi dia (dokter spesialisnya) menjelaskan bahwa pemberian obatnya per 12 jam dan melihat kondisi trombosit pasien,” tukas dia.
Persoalan lain, kata dia, bahwa Arnoldus Bantur tidak memiliki fasilitas kesehatan gratis seperti BPJS Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari pemerintah. Bahkan, keluarga pasien telah mengeluhkan tingginya biaya pengobatan di RSUD Dokter Ben Mboi Ruteng.
Meskipun telah berupaya menghubungi Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat untuk mendapatkan fasilitas kesehatan gratis dari kuota daerah, namun pihaknya mengaku, masih mengalami kesulitan komunikasi karena ASN (Aparatur Sipil Negara) masih menjalani cuti Idul Fitri 2019.
“Padahal profesi pasien adalah seorang petani. Harapannya pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dapat membantu biaya pengobatan. Untuk bisa meringankan beban biaya pasien gigitan ular berbisa itu,”
Baca Juga: Ini Tanggapan Kadis Kesehatan Manggarai Terkait Kelangkaan Obat ABU
Terkait Keterbatasan Obat ABU
Ia mengatakan, pihaknya sudah mengambil langkah kongkrit untuk mengatasi keterbatasan obat Anti Bisa Ular (ABU) di RSUD Dokter Ben Mboi Ruteng.
“Solusinya kemarin kami sudah pinjam obat ABU di Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 5 vial meskipun kami berupaya meminjam sebanyak 10 vial. Karena pemerintah Manggarai Barat masih memiliki stok obat ABU,” papar dia.
“Sebelumnya kan saya pinjam 4 vial dan sudah terpakai semua karena ada pasien lain. Saya pinjam lagi 10 vial dan dikasih hanya 5 vial, kemarin sudah datang. Sudah disuntik ke pasiennya,” terang dia.
Menurut dia, pihak RSUD dr. Ben Mboi Ruteng melakukan pengadaan obat secara prioritas berdasarkan kebutuhan terbanyak. Pengadaan obat, jelas dia, berdasarkan 10 penyakit rentan.
Kebijakan tersebut diambil berdasarkan penyakit yang sering dialami oleh masyarakat Kabupaten Manggarai. Hal tersebut bertujuan untuk memenuhi efektivitas dalam rangka ketersediaan obat berdasarkan kebutuhan dari pasien.
“Pengadaan berdasarkan 10 penyakit terbanyak. Makanya kita utamakan obat untuk penyakit terbanyak itu. Tidak termasuk obat ABU,” papar dia.
Ia mengaku, pihaknya sudah melakukan pemesanan obat ABU melalui e-katalog pada tanggal 13 April 2019 lalu. Namun, obat yang telah dipesan tersebut tak kunjung datang.
“Pemesanan obat itu melalui e-katalog dan obat ABU ini kita sudah pesan. Di Provinsi NTT cuma satu produsennya. Distributornya adalah Kimia Farma,”
Terpisah, Arnoldus Bantur, korban gigitan ular berbisa, mengisahkan bahwa, ia digigit ular berbisa saat berada di kebun miliknya pada Sabtu, 1 Juni 2019 lalu.
Arnoldus mengaku, awalnya ia beristirahat di kampung halamannya selama tiga hari setelah digigit ular berbisa. Bahkan dirinya tak berniat untuk mendatangi Puskesmas terdekat karena merasa gigitan ular tersebut tidak berbahaya.
Namun, saat kondisi kesehatannya menurun ia bersama keluarga pun bergegas mendatangi Puskesmas Orong, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat untuk mengobati gigitan ular berbisa tersebut.
“Saya istirahat di rumah setelah digigit ular, setelah itu saya datang ke Puskesmas Orong,” ucap dia kepada awak media di RSUD dr Ben Mboi Ruteng Kamis, 6 Juni 2019.
Arnoldus mengaku, ia digigit ular berbisa sebanyak tiga kali di kaki kirinya. Sebab, dirinya menginjak ular itu tanpa sengaja.
“Saat saya injak itu ular, saya konsentrasi potong kayu. Ular kemudian gigit kaki saya tiga kali. Setelah itu ular itu lari ke sungai, tidak sempat saya kasih mati,” kisah Arnoldus saat kejadian.
Kini, Arnoldus mengakui bahwa, kondisi kesehatannya sudah membaik. Ia pun sudah bisa berdiri juga dapat berjalan secara normal. Bahkan, ia memperagakan kepada awak media saat digigit ular berbisa di kebun miliknya itu. (TIM/BEF).