RUTENG, BERITA FLORES — Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, Flores – NTT merupakan salah satu dari empat kota dengan nilai paling rendah pada program penilaian Adipura periode 2017 – 2018.
Seperti dilansir Antaranews.com Senin, 14 Januari 2019, kota Ruteng, Waikabubak di Sumba Barat, Waisai di Raja Ampat, Buol di Sulawesi Tengah dan Bajawa di Kabupaten Ngada masuk dalam daftar kota kecil terkotor.
Penilaian tersebut dirilis Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia (RI).
Merespon hasil tersebut, Bupati Manggarai, Deno Kamelus mengatakan, bahwa pengumuman penilaian Adipura oleh KLHK ini merupakan cambuk agar semua elemen di daerah ini membangun komitmen bersama dalam mewujudkan dan meningkatkan kebersihan kota.
“Itu jadi semacam cambuk bagi kita semua yang menghuni kota Ruteng ini,” ujarnya melalui siaran pers, Rabu petang, 16 Januari 2019.
Hasil tersebut, kata dia, dilandasi oleh beberapa kriteria penilaian; mulai dari pembuangan sampah terbuka, partisipasi publik dalam pengelolaan sampah yang rendah, strategi pengelolaan sampah, sampai pada komitmen dan kebijakan anggaran.
“Hasilnya memang begitu. Yang perlu dipikirkan adalah langkah kita ke depan,” lanjut Deno.
Dia berjanji, tahun 2019 ini, langkah strategis terkait kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah bakal ditingkatkan demi mendapatkan prestasi terbaik dalam menjaga kebersihan kota.
“Tahun ini kita alokasikan anggaran sekitar 450 sampai 500 juta pada setiap Kelurahan, dan salah satu prioritas pemanfaatannya adalah penataan lingkungan dalam mewujudkan kota yang bersih,” urai dia.
Menurut Deno, intervensi pemerintah kelurahan akan dilakukan melalui pengadaan tempat sampah umum, pengadaan kendaraan roda tiga untuk pengangkutan sampah ke transfer depo, hingga pada sosialisasi terkait pengelolaan sampah rumah tangga.
Sementara itu, secara umum untuk Kabupaten Manggarai, beberapa hal yang akan dilakukan adalah pembenahan fasilitas pendukung, penataan kembali tempat-tempat penampungan sampah, perbaikan dan pengadaan truk-truk sampah.
“Selama ini memang terdapat beberapa kendala, termasuk tiga dari empat truk sampah yang kita miliki itu rusak. Tahun ini saya minta kepada instansi teknis (Dinas Lingkungan Hidup) untuk segera perbaiki yang rusak dan mengadakan dua atau tiga truk pengangkut sampah baru,” terang dia.
Selain itu, kata dia, penataan transfer depo dan tempat penampungan sementara akan menjadi prioritas pemerintah.
“Saya juga sudah minta Pol-PP untuk melakukan pengawasan pada beberapa titik yang selama ini dipakai sebagai tempat pembuangan sampah padahal tempat itu sudah ditutup. Misalnya yang di kilometer lima menuju Watu Alo. Itu bukan TPA. Sudah ditutup,” paparnya.
Diharapkan Partisipasi Masyarakat
Pengumuman Adipura dari KLHK juga merilis daftar nama-nama kota terkotor termasuk Ruteng di dalamnya menuai polemik. Di media sosial, banyak warganet yang berharap agar segera dilakukan pembenahan. Selain menyorot langkah dan kebijakan pemerintah, kampanye aksi bersih-bersih sampah juga mulai digalakkan.
Warga di Kelurahan Lawir, Kecamatan Langke Rembong misalnya, sejak bulan Agustus 2018 silam, telah menyediakan tong-tong sampah di beberapa titik dengan jarak 10 sampai 20 meter. Selain itu, berbagai komunitas orang muda di kota Ruteng juga melakukan kegiatan bersama ‘bersih-bersih kota’. Beberapa titik yang selama ini menjadi tempat kegiatan mereka adalah Mbaru Wunut, Patung Hati Kudus Yesus (kompleks Toko Tarzan), dan di lingkungan masing -masing.
Lebih lanjut dikatakan, bahwa aksi partisipatif tersebut merupakan hal baik dan diharapkan terus ditingkatkan.
“Seluruh warga kota seharusnya terlibat dan berpartisipasi untuk mewujudkan Ruteng ini sebagai Kota Molas. Mulai dari menyiapkan tempat sampah di rumah, belajar tentang pengelolaan sampah rumah tangga, sampai pada mendiskusikan langkah-langkah strategis agar bisa menghasilkan kebijakan yang mampu menangani soal (sampah) dengan baik,” tuturnya.
Menurut Ketua DPD PAN Manggarai ini, “Kota Molas” adalah arah kebijakan dan kondisi ideal yang diharapkan.
“Kerja-kerja kita (di bidang lingkungan hidup dan penataan kota) ini menuju ke sana. Ruteng sebagai Kota Molas itu,” papar dia.
Bupati Deno pun berterima kasih dan turut memberikan apresiasi pada kelompok masyarakat juga komunitas yang terlibat dalam mewujudkan kota Ruteng menjadi kota bersih.
“Ini tanggung jawab kita semua. Hasil (penilaian Adipura) kemarin itu adalah cambuk bagi kita semua,” tutup dia. (NAL/FDS/BEF).