Kupang, Berita Flores – Marianus Sae mengukir sejumlah prestasi dalam membangun daerah yang ia pimpin. Bupati Ngada dua periode itu mengantarkan Kabupaten Ngada, Flores-NTT keluar dari status sebagai daerah tertinggal dan terisolir. Sebab di tahun 2010 saat pertama kali menjabat sebagai bupati, Ngada berada dalam kondisi sangat teringgal dan terisolir.
Saat itu, Ngada berada di urutan ke-19 dari 21 kabupaten/kota menurut data pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kini, Ngada berada di urutan ketiga di bawah Kota Kupang dinilai dari IPM.
Hasilnya, pada 29 September 2014, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini menetapkan Ngada sebagai daerah yang telah keluar dari status daerah tertinggal.
Bupati Ngada, Marianus Sae adalah salah satu kepala daerah yang menolak terselenggaranya tdf (tour de flores) sebagai event tahunan balap sepeda itu. Alasan Marianus Sae tolak TdF adalah karena persoalan aksesbilitas.
Promosi pariwisata harus sejalan dengan perbaikan infrastruktur yang memadahi. Faktanya, akses menuju lokasi pariwisata yang notabene jalan provinsi masih memprihatinkan. Ibaratnya, pariwisata di NTT bak gadis cantik, tapi kurang mandi. menurut Marianus.
Selain itu kata Marianus, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten mesti diprioritaskan untuk membangun infrastruktur jalan. Bukan untuk kegiatan Tdf. Ia menilai alokasi anggaran untuk Tdf adalah pemborosan dan tidak berdampak pada perekonomian masyarakat kecil.
Kesuksesan membangun Ngada, kata Marianus, tidak lepas dari kebijakannya untuk melakukan efisiensi dalam penggunaan anggaran. Saat pertama kali menjabat sebagai Bupati Ngada, Marianus Sae langsung minta dokumen terkait penggunaan anggaran.
Dari dokumen yang ada, terlihat ada sekitar Rp 96 miliar yang dipakai untuk operasional kantor, Rp 66 miliar untuk perjalanan dinas, Rp 37 miliar untuk operasional mobil dinas.
Untuk operasional kantor Marianus Sae turunkan menjadi Rp 34 miliar. Anggaran perjalanan dinas dan operasional mobil dinas dipangkas. Anggaran yang dipangkas itu diplot untuk pendidikan, infrastruktur, kesehatan dan lainnya.
Bahkan Marianus Sae sejak awal dilantik menjadi bupati Ngada, berani secara konsisten mengeluarkan kebijakan yang tak biasa yakni, menertibkan kendaraan dinas milik pemda Ngada.
Kendaraan dinas hanya dipakai untuk urusan pemerintah (dinas) yang dimulai pukul 07.00 Wita hingga pukul 15.00 Wita. Sedangkan untuk urusan pribadi tidak diizinkan menggunakan kendaraan dinas. Hal itu bertujuan dalam rangka penghematan anggaran untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM) selama beroperasi.
Tak sampai disitu, berkat Marianus Sae Pemkab Ngada juga tengah menyekolahkan 48 anak dari semua kalangan untuk menjadi dokter. Juga menyekolahkan anak-anak Ngada ke jenjang S2. Dengan tujuan untuk membangun pendidikan dan kesehatan, harus disiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya dulu.
Kinerja Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngada dalam pengelolaan keuangan daerah juga terbaik selama tiga tahun berturut-turut, yakni pada Tahun Anggaran 2012, 2013 dan 2014. Penilaian selama tiga tahun ini diberikan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Republik Indonesia dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Prestasi itu pun langsung direspon oleh Kementerian Keuangan (Menkeu) RI dengan memberikan hadiah insentif sebesar Rp 34 Miliar kepada Kabupaten Ngada yang kemudian dimanfaatkan oleh Marianus untuk kepentingan rakyat.
Lagi-lagi Presiden Joko Widodo menghilangkan Kabupaten Ngada dari daftar kabupaten yang masih berstatus daerah tertinggal melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 131 tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019.
Menurut Perpres itu, ada 18 kabupaten di Provinsi NTT yang masih berstatus sebagai daerah tertinggal, yakni:
Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Lembata, Ende, Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Rote Ndao, Nagekeo, Sabu Raijua, Malaka.
Selama lima tahun memimpin Ngada telah memekarkan 53 desa. Itu artinya ada 53 paket ADD dan DD baru yang masuk ke Ngada. Selain mendapat paket ADD dan DD, wilayah pelayanan di desa menjadi lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Dengan demikian, pendekatan pelayanan dapat terwujud.
Marianus merupakan sosok pemimpin yang sederhana, jujur, disiplin, santun dan tegas dalam mengambil setiap keputusan. (Nal/Beritaflores).
Catatan : Tulisan ini diolah dari berbagai sumber.