RUTENG, BERITA FLORES – Yayasan Plan International Indonesia (YPII) atau Plan Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Manggarai, Flores-NTT berhasil mendorong kelompok disabilitas tuna daksa untuk membangun aksesibilitas jamban yang baik.
Tuna daksa adalah kondisi orang yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna atau kerap disebut sebagai disabilitas fisik.
Field Officer Yayasan Plan International Indonesia, Yohanes Emanuel Lele mengatakan, saat ini sebanyak tiga rumah milik kelompok disabilitas di Desa Ling, Kecamatan Satar Mese Utara, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah dikunjungi Plan Indonesia bersama Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL).
“Kunjungan tersebut bertujuan untuk memastikan akses jamban yang baik bagi kaum disabilitas. Kami melakukan monitoring untuk memastikan aksesibilitas jamban yang baik bagi kaum disabilitas,” ujarnya kepada wartawan di Ruteng Selasa, 8 Juni 2021.
Yohan mengungkapkan, awalnya kelompok disabilitas di desa itu menggunakan WC atau jamban di tempat yang curam. Bahkan jaraknya sekitar 50 meter dari rumah mereka. Namun setelah kunjungan Pokja AMPL bersama Plan Indonesia ke rumah kelompok disabilitas pada Nevomber 2020 lalu, akhirnya mereka membangun jamban permanen dengan mengeluarkan biaya sendiri.
“Setelah kunjungan kami, kelompok disabilitas kemudian membangun jamban permanen jenis leher angsa. Bahkan mereka mengeluarkan biaya sendiri sebesar Rp5 juta,” pungkas Yohan.
Karena itu, Pemerintah Kecamatan Satar Mese Utara bersepakat dengan Pemerintah Desa Ling untuk memberikan stimulan yakni memberikan bantuan rumah layak huni pada tahun 2021 ini.
“Pemerintah Desa dan Kecamatan lalu mengapresiasi dengan memberikan stimulan bantuan rumah layak huni untuk kelompok disabilitas tersebut,” pungkas dia.
Yohan menjelaskan, sejumlah petugas terdiri dari Tim STBM Kecamatan, Kepala Puskesmas Langke Majok, Bhabinkamtibmas, Babinsa, sanitarian, petugas PKH, pendamping desa, bidan, PKK Kecamatan, Petugas YPII, Provincial Coordinator (PC) YPII dan Field Officer (FO) YPII melakukan monitoring ke rumah milik panyandang disabilitas.
“Untuk memastikan apakah penyandang disabilitas mudah mengakses jamban atau tidak,” terang dia.
Menurut Yohan, saat kegiatan monitoring di Desa Ling, ada sebanyak tiga rumah milik penyandang disabilitas dikunjungi petugas. Kabar positif yang terjadi adalah ada satu unit rumah penyandang disabilitas yang memiliki alat bantu (pegangan) menuju jamban.
“Dari tiga rumah milik panyandang disabilitas tuna daksa, dua di antaranya yang belum memiliki pegangan/alat bantu menuju jamban, sudah menjadi komitmen bersama untuk membantu penyediaan alat bantu sederhana oleh pihak tim STBM Desa,” pungkas Yohan. (R11/RED).