RUTENG, BERITA FLORES- Yayasan Plan International Indonesia atau Plan Indonesia menggandeng pemerintah daerah dalam melakukan studi analisa Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (PSDAT) di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kegiatan studi analisa itu bertajuk “Riset Aksi Manajemen Sumber Daya Air Terpadu (PSDAT) Studi Analisa Kabupaten Manggarai” yang berlangsung di Aula Springhill Hotel & Resto Ruteng, Manggarai, NTT, pada Jumat (14/4).
Climate Change Specialist Yayasan Plan International Indonesia, Arly Getha Purba, mengatakan, ketersediaan air bersih menjadi salah satu faktor pendukung pelaksanaan STBM-GESI yang berketahanan iklim.
Selain itu, lanjut dia, air menjadi kebutuhan dasar banyak orang sehingga dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya air perlu dilakukan secara terpadu dengan melibatkan stakeholder terkait.
“Pengelolaan sumber daya air terpadu (PSDAT) menjadi penting dalam menjamin keteresediaan sumber daya air,” ujar Getha.
Ia berharap, kegiatan studi analisa PSDAT itu dapat memberikan gambaran kepada semua stakeholder terkait tentang kondisi sumber daya air di Kabupaten Manggarai.
Sehingga dampaknya, ungkap Getha, stakeholder terkait dapat menyusun rencana aksi di lembaga mereka masing-masing dan menyepakati suatu aksi bersama dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan di Kabupaten Manggarai.
Getha pun membeberkan tujuan dari kegiatan studi analisa itu antara lain, pertama, memetakan analisa situasi PSDAT di Kabupaten Manggarai. Kedua, menyampaikan hasil studi analisa situasi PSDAT.
Ketiga, membangun pemahaman konsep yang sama terkait pengelolaan sumber daya air terpadu yang berkelanjutan di Kabupaten Manggarai maupun di tingkat Propinsi NTT.
Keempat, meningkatkan kesadaran masyarakat akan perubahan iklim, dampak perubahan iklim bagi isu sanitasi dan bagaimana beradaptasi terkait perubahan iklim dalam isu WASH (air, sanitasi, dan kebersihan).
Kelima, membentuk forum Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (PSDAT) yang memahami pentingnya GESI dalam kerangka Integrated Water Management (IVVM) dan melakukan pemicuan IVVM di tingkat Masyrakat.
“Harapannya kegiatan ini menghasilkan dokumen analisa situasi PSDAT di Kabupaten Manggarai dan terbentuknya forum PSDAT yang memiliki visi-misi dan draft kepengurusan”, pungkasnya.
Kepala Dinas Bapelitbangda Kabupaten Manggarai, Hilarius Jonta, menuturkan bahwa kegiatan studi analisa yang digagas Plan Indonesia merupakan tindak lanjut dari program STBM-GESI sejak tahun 2018 hingga tahun 2022.
Saat ini, kata dia, Plan Indonesia mendapat tambahan waktu 2 tahun dari 4 tahun sebelumnya, sehingga menjadi 6 tahun dengan tema yang baru yaitu STBM-GESI berketahanan iklim. Melalui program STBM-GESI berketahanan iklim, kata dia, air minum bersih menjadi salah satu isu yang disorot khusus.
“Air minum bersih itu tidak mengalir begitu saja, tetapi berasal dari sumber-sumber mata air yang terkontrol,” imbuhnya.
Oleh karena itu, ungkapnya, Plan Indonesia bersama seluruh stakeholder terkait melakukan studi analisa pengelolaan sumber daya air terpadu (PSDAT).
Ia berharap, dengan keterlibatan seluruh stakeholder maka ke depannya pembangunan sumber-sumber air minum di Kabupaten Manggarai tidak mengalami masalah.
“Jadi kali ini pola-pola yang dimainkan oleh Plan Indonesia bisa direplikasi oleh Pemerintah dalam pembangunan air minum,” tutupnya.
Sementara Ludji Mikael Riwu Kaho, selaku pemateri dalam kegiatan itu menjelaskan
langkah-langkah dalam mengelola sumber daya air. Pertama, konservasi sumber daya air. Menurutnya di manapun lokasi air itu, harus dipertahankan jumlahnya supaya cukup antar ruang dan antar waktu. Baik selatan maupun utara dan jangan hanya ada di musim hujan lalu musim kemarau tidak ada air.
“Caranya, lakukan rehabilitasi hutan, aferestasi, reforestasi, mencegah pencemaran air, mencegah pencemaran sungai. Itu kan metode-metodenya,” ujar dia.
Kedua, pendayagunaan. Sederhananya, air yang ada tidak boleh boros pemakaiannya. Jadi dengan air yang sedikit mesti bisa melakukan produksi yang lebih banyak. Caranya adalah mengatur irigasi saluran, gunakan air sesuai kebutuhan, dan seterusnya.
Ketiga, pengendalian daya rusak air. Air itu punya potensi merusak ketika dalam jumlah yang banyak. Sehingga menyebabkan banjir, kemudian berpotensi terjadi bencana. Dan dalam jumlah yang sedikit pula, air juga dapat mengkreasikan kekeringan, dan kekeringan mengkreasikan kelaparan.
Keempat, jelas dia, perencanaan yang baik. Organisasikan dengan baik, laksanakan sesuai perencanaan, lalu monev (monitoring dan evaluasi). Itu yang disebut tata kelola air yang baik dan benar.
“Supaya orang bisa mengerjakan dengan baik beberapa langkah itu, maka harus berbagi ilmu, berbagi informasi, dan berbagi data,” tandas Dosen Prodi Kehutanan di Kampus Undana Kupang itu.
Penulis: Heri Mandela