RUTENG, BERITA FLORES – Gabriel Ngapun, warga Kelurahan Karot, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Flores-Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sosok yang keras bahkan menantang petugas.
Gabriel menantang petugas baik dari pemerintah Kabupaten Manggarai maupun Plan Indonesia saat kegiatan monitoring bertajuk “Gerakan Bersama Tuntaskan Stop Buang Air Besar Sembarangan Tahun 2020” di Kelurahan Karot, Ruteng pada Senin, 26 Oktober 2020 lalu.
Saat itu, kegiatan tersebut melibatkan Yayasan Plan International Indonesia (YPII) atau Plan Indonesia, Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL), Sanitarian Puskesmas Kota, Lurah Karot, dan sejumlah stakeholder lainnya.
Meski sebelumnya Gabriel Ngapun hendak menantang petugas dan enggan membangun jamban dengan alasan lahan sempit. Bahkan saat itu, ia beralasan dirinya tidak akan membangun jamban karena limbah rumah potong hewan (RPH) Karot juga turut mencemari lingkungan mereka.
“Saya minta petugas untuk membereskan saluran RPH Karot terlebih dahulu baru suruh warga bangun jamban. Karena sama saja, kami bangun jamban tetapi kotoran dari RPH cemari lingkungan kami,” ujarnya kala itu.
Namun, kini Gabriel telah berubah. Ia bersama rekannya telah membangun sebuah septic tank sebagai lubang jamban demi menjaga kebersihan lingkungan. Kini, dirinya tak lagi membuang kotoran di kali Wae Ces karena alasan kebersihan lingkungan.
“Sebenarnya program pemerintah dan Plan Indonesia sangat baik. Itu semua untuk kebaikan masyarakat Kelurahan Karot,” ujarnya kepada wartawan di kediamannya pada Selasa, 8 Juni 2021.
Gabriel mengakui bahwa, dirinya sangat malu karena selalu didatangi petugas baik dari Plan Indonesia maupun dari Pemerintah Daerah Manggarai. “Sebenarnya kami sangat malu karena petugas selalu datang ke rumah untuk meminta kami membuat WC,” aku Gabriel.
Menurut Gabriel, saat ini, meskipun RPH telah memanfaatkan septic tank lama milik mereka, namun kotoran hewan masih merembes sedikit ke lahan milik warga.
Field Officer Yayasan Plan International Indonesia, Andreas Wotan mengatakan, sebelumnya sebagian warga Kelurahan Karot tidak membuat WC, karena mereka melihat Rumah Potong Hewan (RPH) Karot tidak memiliki septic tank.
“Saat itu, kotoran hewan dari RPH Karot pun mengalir ke kali Wae Ces melewati pemukiman warga setempat. Akibatnya, lingkungan rumah mereka ikut tercemar,” ujarnya kepada wartawan Rabu, 9 Juni 2021.
Namun, kata dia, saat ini RPH telah memanfaatkan kembali septic tank yang lama meski belum secara maksimal.
Andi menambahkan, pihaknya tak patah semangat untuk selalu berupaya mengubah perilaku sebagan warga Kelurahan Karot yang masih BABS. “Karena sering diberi edukasi kepada warga, maka sekarang mereka berubah,” kata Andi. (RED).