Oleh: Fransikus Adryanto Pratama
Aku meringkuk di atas dipembaringan
Sedang pikiranku berkelana menerobos lorong waktu tak berujung
Sesekali tersandung degup ketidakpastian akan sebuah penantian cintamu
Sebab, doa yang tersusun rapi dari bibirku tak juga memberi jejak
Aku seperti pengemis harap cinta
Berpetualang kesana kemari memungut sampah bekas egoisme yang melekat tepat pada dadamu
Mungkinkah kita tak pernah usai?
Aku bertanya demikian dalam kepalaku bukan tanpa sebab
Pun aku yang bertanya, aku menjawab
Ya kita tak akan pernah usai
Biarkan cinta ini mengelana tanpa arah di rimba ketidakpastian
Aku pun tahu, itu rimba larangan
Aku berusaha melawan hukum alam
Asalkan seribu tanya dalam khayalku terjawab walau akan melukai hatiku
Kita memang tak akan pernah usai
Sama-sama menahan rasa dalam diam
Tanpa saling jujur kalau kita saling cinta
Penulis merupakan Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta