RUTENG, BERITA FLORES – Tahun 2022 memunculkan banyak fenomena alam. Bahkan beberapa tahun belakangan ini terjadi perubahan iklim global. Di mana pola hujan cenderung berubah-ubah dan tak dapat diprediksi, sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi bencana seperti banjir di suatu tempat namun kekeringan di tempat lainnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Yayasan Plan International Indonesia atau Plan Indonesia menggelar kegiatan STBM bertajuk “Uji Coba Modul Climate Chance Resilience for Inclusive Wash (CCRIW) atau Ketahanan Perubahan Iklim untuk Sarana Sanitasi yang Inklusif”. Kegiatan ini digelar di Aula Kantor Desa Cekaluju pada Senin 12 Desember 2022.
Kegiatan ini terlaksana berkat kerja sama antara Plan Indonesia dengan Pemerintah Desa Cekaluju, Kecamatan Satar Mese Barat. Penyelenggara menghadirkan peserta sebanyak 50 orang terdiri dari, staf Plan Indonesia, Kepala Puskesmas serta Sanitarian Dintor, Perangkat Desa Cekaluju, BPD Desa Cekaluju. Selain itu, penyelenggara juga menghadirkan sejumlah masyarakat desa setempat yang terdiri dari kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, perwakilan penyandang disabilitas, serta kelompok muda baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Cekaluju, Maksimus Ambu mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Plan International Indonesia karena telah mempercayakan Desa Cekaluju menjadi tempat kegiatan tersebut. Menurut Kades Maksimus, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat bukan lagi barang baru bagi masyarakat desa setempat.
Ia menjelaskan, fakta tersebut terbukti setelah Desa Cekaluju mendeklarasikan Pilar 1 STBM yakni, (Stop Buang air Besar Sembarangan) dan Pilar 2 (Cuci Tangan Pakai Sabun). Hal itu kata dia, menandakan bahwa masyarakat setempat sudah menerapkan pola perilaku STBM dalam kehidupan mereka sehari hari. “Untuk STBM yang berkaitan dengan perubahan iklim merupakan hal yang baru bagi kami dan kami merasa penting untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan ini,” ujarnya pada kesempatan itu.
Tampil sebagai Fasilitator Utama dari Plan Indonesia, Opi Palaipeni dan Andreas Wotan. Opi mengatakan, kegiatan ini bertujuan melakukan uji coba Modul STBM berketahanan iklim dengan beberapa kegiatan berupa pemetaan STBM yang berketahanan iklim, penelusuran dan penilaian aksesibilitas sarana sanitasi umum, fokus grup diskusi terkait mimpi masa depan kondisi sanitasi dan air bersih yang diinginkan masyarakat.
Menurut Opi, para kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, ibu hamil dan lansia akan sangat berdampak dalam mengakses sarana sanitasi jika terjadi perubahan iklim. Misalnya pada saat hujan berkepanjangan, menyulitkan ibu hamil atau penyandang disabilitas dalam mengakses jamban jika jamban-nya terletak di luar rumah dengan jarak yang cukup jauh.
“Sehingga dalam merancang jamban di tingkat rumah tangga ataupun sarana sanitasi umum wajib memperhatikan tingkat kenyamanan serta keamanan para penggunanya dan mempertimbangkan aspek aspek terkait perubahan iklim semisal daerah rawan longsor, rawan banjir, daerah aliran sungai, abrasi dan sebagainya,” jelas Opi.
Sementara itu, Provincial Coordinator Project Water for Woman Yayasan Plan International Indonesia, Juliani F. Talan mengatakan, untuk dua tahun waktu tambahan kerja sama bersama Pemda Manggarai, Plan Indonesia akan bergerak pada isu STBM perubahan iklim sehingga diperlukan adanya pedoman atau modul.
“Review modul ini hanya dilakukan pada 2 desa yang ada di 2 provinsi yaitu Desa Cekaluju dan yang satunya desa di Sumbawa. Ini menjadi kebanggan untuk kita, karena setelah modul ini rampung, Desa Cekaluju akan tertera di dalam modul ini dan akan digunakan oleh teman teman YPII se-Indonesia dan mitra Universitas Teknologi Australia di Sidney,” pungkas dia.
Pada kesempatan itu, Juliani mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Desa Cekaluju yang sudah menerima dan setia mengikuti kegiatan ini sampai selesai. “Terima kasih juga atas masukan dan komitmen masyarakat desa untuk melakukan aksi menanam pohon di sumber mata air, serta merawat kebersihan jaringan air,” ucap dia.
Ia menambahkan, komitmen ini dilakukan untuk menggapai mimpi masa depan yaitu untuk anak-anak cucu atau generasi selanjutnya agar tidak mewarisi kondisi kekeringan. “Kami juga mengajak kaum muda desa untuk tetap semangat dalam membangun desa kita,” kata Juliani. (RED).