RUTENG, BERITA FLORES – Yayasan Plan International Indonesia atau Plan Indonesia mengintegrasikan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan program Manajemen Kesehatan Menstruasi (MKM) di 12 sekolah di Kabupaten Manggarai, NTT sehingga dapat mewujudkan sekolah yang sehat.
Plan Indonesia juga mendorong sekolah-sekolah di Kabupaten Manggarai agar mengaplikasikan STBM demi perubahan perilaku hidup bersih dan sehat mulai dari tingkat sekolah. Mengintegrasikan STBM dengan program MKM akan memastikan tercapainya akses terhadap sanitasi dan kebersihan untuk semua, dengan memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan perempuan dan anak perempuan.
Untuk itu, Plan Indonesia menggelar Workshop bertajuk “Hasil Kunjungan Sistem Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) Sekolah SD dan SMP Kabupaten Manggarai Kerja sama Pemda Kabupaten Manggarai Plan Indonesia“.
Kegiatan ini diselenggarakan di Aula Dinas PPO Kabupaten Manggarai, Selasa (15/11) dimulai pukul 09.10 WITA dan dibuka secara resmi oleh Kepala Bapelitbangda Kabupaten Manggarai, Hilarius Jonta.
Plan Indonesia menghadirkan peserta dari 12 sekolah mulai dari tingkat SD dan SMP dan dua orang narasumber. Satu sekolah menghadirkan seorang guru perempuan dan seorang guru laki laki serta satu orang siswa utusan dari setiap sekolah. Tim PKK Kabupaten Manggarai juga turut dihadirkan.
Dalam pemaparan materi yang disampaikan atas keberhasilan intervensi Plan Indonesia dengan sekolah Kepala Sekolah Sekolah Dasar Katolik (SDI) Wae Peca Ting, Veronika Prisca Aprieri Kepe mengatakan, banyak sekali praktik yang baik setelah ada intervensi Plan Indonesi.
“Banyak praktik yang kami buat setelah Plan Indonesia bersama kami seperti, kami merenovasi toilet, menyediakan tempat sampah yang terpisah untuk sampah organik dan non organik,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya bekerjasama dengan orang tua dalam pengolahan kantin sehat, mereplikasi anak perempuan dengan menyediakan perlengkapan menstruasi, menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung cuci tangan pakai sabun, serta menyiapkan daerah resapan air limbah khususnya limbah air cuci tangan.
Ia menambahkan, pihaknya juga memberi tanggung jawab kepada guru UKS dalam mengatur jadwal kegiatan, membuat taman literasi bagi siswa dengan memanfaatkan lingkungan sekolah. “Yah tentunya banyak sekali perubahan di sekolah kami, di antaranya peer educator mempunyai tanggung jawab membagikan informasi yang telah mereka peroleh, membuat target pencapaian bulanan dengan kegiatan yang melibatkan siswa, membangun komunikasi dengan orang tua, untuk semua jenis kebijakan yang kami buat,” pungkas dia.
Menurut Kepsek Veronika, penerapan kegiatan lainnya melalui beberapa strategi yang digunakan yakni, memisahkan antara toilet putra dan putri, dan diberi penamaan di depan masing-masing toilet di sekolah mereka.
“Penugasan piket harian bagi anak-anak kelas 5 dan 6 untuk membersihkan WC dan memperhatikan air di setiap WC, guru piket berkewajiban bersama murid memperhatikan kebersihan WC, dan masih banyak lainnya yang sudah kami jalankan selama ini,” tukasnya.
Meski demikian, ia mengucapkan terima kasih kepada Plan Indonesia yang telah hadir dan memilih sekolah SDK Wae Peca Ting menjadi pilot project. “Pada intinya kami dari SDK Wae Peca Ting mengucapkan terima kasih banyak kepada Plan Indonesia yang telah memberikan semuanya kepada kami, semoga bermanfaat dan tetap diterapkan dengan baik,” tutupnya.
Sementara itu, narasumber lainnya dalam kegiatan itu, Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Ruteng Cancar, Albertus Jehaut mengatakan, sekian banyak materi dan praktik yang diterapkan selama Plan Indonesia ada bersamanya. Ia mengaku, dari 5 Pilar STBM, kini telah diterapkan semua di lingkungan sekolah SMPN 1 Cancar.
Kepsek Albertus menjelaskan, pengelolaan limbah rumah tangga yang aman yakni, limbah cair yang berasal dari rumah perlu dikelola agar tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah. Selain itu, limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah.
“Beberapa limbah masih dapat dimanfaatkan seperti limbah air kelapa untuk pembuatan nata de coco, kemudian limbah tahu untuk pembuatan nata de soya, dan limbah tahu dan tempe untuk pakan ternak,” papar dia.
Tidak hanya itu, juga ad 6 titik tempat mencuci tangan, taman ke ruangan inklusi dan masih banyak lainnya. “Tujuannya adalah terlindunginya masyarakat dari penyakit dan atau gangguan kesehatan terhadap bahan-bahan pencemar pada limbah yang tidak dikelola dengan benar,” ujarnya.
Dari pantauan wartawan, di akhir kegiatan para peserta diminta membuat kuis tentang materi yang telah dibahas dalam kegiatan tersebut. Hal itu bertujuan untuk menguji pemahaman setiap peserta. Beberapa peserta yang berhasil membuat dan menjawab kuis diberikan hadiah berupa makanan ringan.
Untuk diketahui, Plan International telah bekerja di Indonesia sejak 1969 dan resmi menjadi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada 2017. Plan Indonesia bekerja untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan.
Bersama kelompok dan jejaring kaum muda, bekerja untuk memastikan partisipasi kaum muda yang bermakna dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan. Juga memobilisasi sumber daya dengan mitra, seperti sektor swasta, lembaga donor, yayasan filantropi, dan donatur individu, untuk memberi dampak lebih luas bagi anak-anak Indonesia.
Plan Indonesia mengimplementasikan aktivitasnya melalui empat program, yaitu Perlindungan dan Tumbuh Kembang Anak, Kesehatan Seksual dan Reproduksi Remaja, Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan Kaum Muda, serta Ketangguhan dan Kemanusiaan. (RED).