RUTENG, BERITA FLORES – Pengerjaan proyek rehabilitasi drainase di pinggir jalan Trans Flores-dalam Kota Ruteng, jalan Ahmad Yani, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diduga mangkrak karena dibiarkan tanpa dilanjutkan kembali.
Berdasarkan pantauan Beritaflores.com pada Selasa, 15 Desember 2020, tampak pengerjaan drainase tersebut saat ini mangkrak sekitar panjang ratusan meter dari depan Kantin Solidaritas menuju Lampu Merah. Tampak tembok penahan tanah di depan Aula Efata Ruteng sebagiannya telah jebol akibat kikisan air yang tergenang di drainase yang memilki kedalaman sekitar 2 meter.
Wily Hasiman, Kepala UPTD Puskesmas Kota Ruteng yang gedungnya di dekat drainase tersebut mengatakan, sebagai pengguna gedung, pihaknya melihat pembangunan drainase itu sampai sekarang belum dilanjutkan meski sudah dilakukan penggalian lubang drainase.
Ia mengaku sangat terganggu karena biasanya badan jalan tersebut digunakan untuk area parkir.
“Karena kami tidak ada lokasi parkiran yang memadai, jadi saya sebagai pemilik rumah sementara di situ tentu sangat terganggu,” ungkapnya kepada Matanews.net melalui sambungan telepon, Senin, 14 Desember 2020.
Wiliy menuturkan, hingga kini dirinya belum mengetahui kontraktor pelaksana proyek ini. Meskipun pihaknya sudah berupaya sebelumnya untuk mencari tahu keberadaan proyek ini sampai di mana.
“Karena dalam pemahaman saya ini mau habis tahun anggaran, entah itu proyek dari daerah ataukah dari pusat,” pungkas dia.
Ia juga berniat untuk bertemu dengan pihak kontraktor pelaksana, namun ia tidak tahu tentang keberadaan alamat kantor perusahaan tersebut. Sampai saat ini belum juga berhasil.
“Intinya saya sangat perihatin saja kalau memang mereka tidak lanjutkan untuk pengerjaan itu,” beber dia.
Sementara salah satu pejalan kaki, Febhy Irene saat bertemu di lokasi mengatakan, sebagai pejalan kaki, dirinya merasa terganggu dengan adanya pengerjaan drainase yang tidak diselesaikan sampai tuntas. Menurut dia, hal itu sangat berpotensi terjadinya kecelakaan.
“Tentu jauh lebih besar dari pada sebelumnya ketika masih ada trotoar,” terang Febhy.
Bahkan kata Febhy, halte bus di depan St. Aloysius pun tak bisa berfungsi karena proyek mangkrak tersebut. Pejalan kaki, kata dia, jadi kehilangan tempatnya, secara khusus untuk beberapa meter yang tersisa di depan jalur utama. Apalagi jalur itu merupakan jalur utama Trans Flores, di mana jumlah kendaraan yang lalu lalang jauh lebih banyak.
“Sejujurnya meresahkan juga, penyelesaian yang ditunggu tak kunjung datang. Saya jadi kasihan sama pejalan kaki, terutama kebanyakan anak sekolah. Perjalanan jadi tak nyaman. Apalagi kondisi saat ini yg sedang hujan. Harapannya ya, segera dibereskanlah. Biar kembali normal,” tutupnya. (TIM).