RUTENG, BERITA FLORES – Yos Syukur keluarga Fredinus Taruk, korban penembakan orang tak di kenal di Karot Selasa lalu, kesal dengan pernyataan Kapolres Manggarai yang dimuat di sebuah media online lokal.
“Kami mengapresiasi kejujuran terkait pernyataan Kapolres Manggarai yang di muat di media Floresa.co, yang mengakui ada anggotanya di TKP pada saat peristiwa penembakan saudara kami Ferdinandus Taruk,” ujar Yos Syukur keluarga korban kepada awak media Jumat, 30 Maret 2018.
Insiden penembakan itu terjadi di sondeng, Kelurahan Karot, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, NTT Selasa 27 Maret 2018 sekitar pkl. 00.24 waktu setempat.
Baca Juga : ย Polisi Dalami Kasus Penembakan Warga di Karot, Ruteng
Menurut Yos, pernyataan Kapolres Manggarai, AKBP Cliffry Steiny Lapian yang menyebut berdasarkan aturan Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) aparat tidak memegang senjata tidaklah benar.
“Senjata apa yang dimaksud? Apakah senjata laras panjang atau pendek?,” tanya dia.
Baca Juga : PMKRI Ruteng Desak Polres Manggarai Ungkap Pelaku Penembak Warga di Karot
Ia juga mempertanyakan, apakah mungkin Aparat Kepolisian itu tidak membawa senjata saat melaksanakan giat Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat).
“Menjaga Kamtibmas tentu ada alat pendukung antara lain senjata,” ucapnya.
Jika pihak aparat yang ada di TKP mengklaim tidak bersenjata. Maka sebut Yos, ada pihak ketiga atau penembak misterius yang sengaja menciptakan teror di Kelurahan Karot, Kota Ruteng.
Wartawan Florespost.co itu menambahkan keberadaan Aparat di TKP semestinya menjaga Kamtibmas di kelurahan Karot, bukan malah menciptakan persoalan hukum.
“Menjaga Kamtibmas malah berhadapan dengan situasi seperti ini. Apalagi Aparat yang ada di TKP pada saat kejadian adalah bukan petugas Bhabinkamtibmas Kelurahan Karot,” tegasnya.
Ia juga mempertanyakan petugas setempat. “Kemana bhabinkamtibmas Kelurahan Karot dan satu anggota Polres pada saat kejadian? Apa tindakan Aparat yang ada dilokasi pada saat kejadian?
Apakah Aparat yang ada di TKP tidak mengetahui sumber suara tembakan? Mengapa Aparat Kepolisian ikut berlari bersama saksi ketika korban terkena tembakan?,”
“Kepanikan Aparat Kepolisian dan saksi menguatkan dugaan bahwa saudara kami ditembak dari jarak dekat. Dan mereka mengetahui siapa pelakunya,” kata Yos menduga.
Yos pun tidak yakin dengan pernyataan Kapolres Lapian yang menyebut bahwa tembakan berasal dari jarak jauh. Tentu pernyataan itu berdasarkan pengakuan saksi dan hasil olah TKP.
“Tetapi kalau melihat hasil rongent peluru yang ada di kepala korban. Kami masyarakat biasa hanya menduga kalau penembakan saudara kami ini dari jarak dekat,” tukas dia lagi.
Masih menurut Yos, berdasarkan informasi yang dihimpun oleh keluarga korban bahwa eliminasi anjing ini dilakukan dengan senapan angin di atas standar. Juga menggunakan peredam.
“Maka ketika menggunakan peredam tembak dari jarak dekatpun, maka suara tembakan terasa seperti dari jarak jauh,” ungkapnya.
Meski begitu tutur Yos, pihaknya tidak bermaksud berspekulasi apalagi menuduh pihak lain.
“Kami serahkan semuanya kepada Polres Manggarai. Kami mengapresiasi tahapan yang sudah dilewati oleh Polres Manggarai dalam mengusut kasus ini,” urainya.
Pihaknya selaku keluarga dekat korban mendesak agar Polres Manggarai secepatnya menangkap pelaku penambakan tersebut.
“Kami prihatin dan mengutuk keras tindakan brutal pelaku,” (NAL/FDS/BEF).