RUTENG, BERITA FLORES – Seorang ibu korban penembakan misterius di Sondeng, Kelurahan Karot, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai – NTT menangis histeris saat melihat kepala anaknya terkena tembakan orang tak dikenal. Penembakan misterius itu terjadi pada Selasa, 27 Maret 2018 lalu.
Ibu bernama Monika Ngunur itu mengatakan dirinya sangat syok setelah mendengar kabar anakanya terkena tembakan di bagian kepala.
“Saya tidak bisa buat apa-apa pak terhadap musibah yang dialami anak saya. Inilah keadaan saya. Rumah saya kondisinya seperti ini,” katanya kepada Beritaflores.com di kediamannya di Karot, Ruteng Selasa, 3 April 2018.
Monika menjelaskan bahwa anaknya Fredinandus Taruk merupakan sosok pekerja keras. Fredi sapaan akrabnya kata dia merupakan anak yang baik dan sopan.
Baca Juga : Polisi Dalami Kasus Penembakan Warga di Karot, Ruteng
Menurut penuturan janda 3 anak itu, Fredi selama ini tidak memiliki persoalan terhadap sesama warga di lingkungannya. Bahkan kata dia, Fredi merupakan seorang anak yang suka bergaul dengan siapa saja.
“Saya tidak tahu lagi, saya harus berbuat apa. Karena saya tidak mengetahui apa yang harus dilakukan sekarang,” kata Moni.
Ia mengaku sangat terpukul setelah anaknya diketahui menjadi korban penembakan. Fredi tutur dia merupakan pemuda pekerja keras. Di mana pasca kepergian ayahnya ia menjadi tulang punggung keluarga.
Baca Juga : Keluarga Korban Penembakan di Ruteng Kesal dengan Pernyataan Kapolres Manggarai
Putra kelahiran Karot, 4 Desember 1992 itu dikenal sebagai anak yang rajin, humoris juga pekerja keras. Sejak ayahnya meninggal tahun 2002 silam, Fredi menggantikan sang ayah menjadi tulang punggung untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Pribadi yang sopan dan humoris membuatnya disenangi banyak orang. Hal tersebut dibuktikan banyak teman, keluarga serta orang dekat korban yang datang membesuk di RSUD dr. Ben Mboi Ruteng.
Fredi alias Tuju adalah anak kedua dari 3 bersudara dari pasangan Alm. Paulus Jemena dan Monika Ngunur.
Fredi dan kedua saudaranya tinggal bersama ibunya di sebuah rumah yang sederhana dengan ukuran sangat kecil. Fredi ditingggal sang ayah saat berusia 8 tahun.
Berbagai macam profesi yang dilakoni Fredi untuk menafkai keluarga mereka. Mulai dari petani, hingga berprofesi sebagai buruh bangunan.
Lebih lanjut Moni berharap kepada semua pihak agar bisa menolong anaknya keluar dari situasi sulit itu. Sebab putranya itu masih terbaring lemah di RSUD dokter Ben Mboi Ruteng. Karena hingga saat ini sebuah proyektil peluru masih bersarang di kepalanya.
“Saya sering pusing karena kepikiran pak,” keluhnya menambahkan.
Pihak keluarga kata Moni mengharpakan itikat baik dari pelaku penembakan untuk mengaku dan mendatangi kediaman mereka. Pihaknya memastikan bahwa keluarganya menerima kenyataan dan tidak akan balas dendam apalagi melakukan perbuatan melawan hukum.
Terpisah, Yos Syukur, kerabat korban mengingatkan keenem saksi mata pada saat kejadian untuk memberikan keterangan yang jujur di hadapan penegak hukum.
Sebab kata dia, dengan memberikan keterangan yang jujur kepada pihak Kepolisian, maka identitas pelaku bisa segera diungkap oleh pihak Kepolisian di Polres Manggarai.
“Kami berharap itikat baik dari pelaku untuk segera mengakui perbuatannya. Untuk sama-sama membantu proses penyembuhan korban,” kata Yos kerabat korban. (NAL/FDS/BEF).