Borong, Beritaflores – Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, berkunjung ke Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Sabtu 1 Februari 2025.
Selain mengukuti prosesi groundbreaking atau peletakan batu pertama atas pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) tipe C yang dibangun di Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur, kehadiran Budi juga dalam rangka untuk memastikan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di wilayah itu.
“Kehadiran Bapak Menteri di Borong merupakan peristiwa luar biasa, perwujudan harapan kami untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah ini,” kata Penjabat sementara Bupati Manggarai Timur, Boni Sasudungan, saat menyampaikan sambutan dihadapan Menteri Budi.
Harapan yang dimaksud Boni adalah terkait perhatian serius dari pemerintah pusat dalam mendukung pengembangan rumah sakit yang telah di bangun itu, terutama dalam hal penambahan tenaga medis seperti dokter spesialis, dokter umum, dan tenaga kesehatan lainnya.
Termasuk peningkatan sarana dan prasarana agar layanan kesehatan di RSUD tersebut semakin optimal.
“Kami berharap pembangunan ini tidak hanya berhenti di fisik semata, tetapi juga diikuti dengan peningkatan sumber daya manusia kesehatan yang memadai,” ujar Boni.
Karenanya, tutur Boni, dengan pembangunan rumah sakit yang lebih modern dan fasilitas yang lebih lengkap, pihaknya berharap dapat berdampak langsung pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
Merespon hal itu, Menteri Budi mendorong pemda Manggarai Timur agar memanfaatkan program beasiswa pendidikan spesialis kedokteran bagi putra-putri daerah Manggarai Timur.
“Ada lebih dari seribu kuota beasiswa yang disiapkan untuk kuliah dokter spesialis, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” katanya.
Karenanya, Budi menekankan agar Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur harus dapat memanfaatkan kesempatan tersebut dengan melibatkan putra-putri lokal dalam program pendidikan kedokteran.
Ini dimaksudkan, terang Budi, agar
setelah lulus, para beasiswa ini diharapkan dapat kembali untuk mengabdi di daerah asalnya.
“Kalau bisa melibatkan putra daerah, karena jika kita mengirimkan dokter dari luar daerah, mereka cenderung akan kembali ke tempat asalnya setelah selesai tugas di sini,” ujarnya. (**)
Penulis: Andy Paju