LABUAN BAJO, BERITA FLORES – Masyarakat Peduli Transportasi Wisata (Militan) Labuan Bajo menolak kehadiran layanan transportasi online (Grab atau sejenis) di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Ketua asosiasi angkutan wisata darat (Awstar) Jhon Dacosta mengatakan Labuan Bajo bukanlah sebagai kota industri melainkan kota pariwisata. Oleh karena itu, sebagai kota pariwisata tentunya kota pariwisata harus fun dan enjoy.
Kenapa kita menolak grab, kita mau sebagai masyarakat lokal ikut mengambil bagian dalam kemajuan dan perkembangan Destinasi Pariwisata Super Prioritas ini.
“Labuan Bajo bukanlah sebagai kota yang seharusnya menjadi pusat industri melainkan kota pariwisata. Tentu dengan kemajuan dan perkembangan kota pariwisata seharusnya masyarakat lokal diberi ruang untuk sama-sama memajukan kota pariwisata ini” tandas Jhon saat gelar jumpa pers bersama awak media di Hotel Exotic, Senin (8/4/2024).
Jhon menambahkan bagi kami masyarakat peduli transportasi wisata, kehadiran transportasi online ini bisa mempengaruhi stabilitas transportasi dan iklim usaha yang kami jalankan di Labuan Bajo serta dengan pertimbangan lain bisa juga mempengaruhi tingkat kemacetan.
“Tentu kami masyarakat peduli transportasi wisata menolak kehadiran transportasi online di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat. Kehadiran transportasi online ini akan mempengaruhi stabilitas transportasi dan iklim usaha yang kami jalankan di Labuan Bajo” ungkapny.
Lebih jauh Jhon mengungkapkan bahwa yang kami inginkan saat ini adalah layanan transportasi umum harus dibenahi oleh pemerintah dan itu menjadi solusi yang utama.
“Saat ini yang kami inginkan adalah pemerintah daerah harus membenahi layanan transportasi umum dan itu menjadi solusi yang utama” Tutupnya.
Adapun pernyataan sikap dari masyarakat peduli transportasi wisata dengan pertimbangan-pertimbangan yang menjadi dasar penolakan kehadiran transportasi online di Labuan Bajo adalah sebagai berikut:
1. Labuan Bajo merupakan destinasi pariwisata utama di Indonesia, yang terkenal akan keindahan alamnya yang mempesona. Karenanya, Labuan Bajo bukanlah kota yang seharusnya menjadi pusat industri transportasi, melainkan lebih layak dijaga sebagai kota wisata yang nyaman dan
terjaga keasriannya.
2. Dalam konteks transportasi, digitalisasi harus mengarah pada pengembangan sistem transportasi yang lebih baik dan berkelanjutan. Ini mencakup pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan operasional transportasi, menyediakan layanan yang lebih terjangkau dan mudah diakses, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal. Namun, perlu dicatat bahwa transportasi berbasis online seperti Grab bukanlah satu-satunya solusi transportasi digital yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Labuan Bajo.
3. Keberadaan layanan transportasi online Grab dalam jangka panjang diperkirakan akan memicu kemacetan yang signifikan dan lonjakan jumlah kendaraan bermotor. Hal ini akan berpotensi merusak keadaan lalu lintas yang sudah teratur dan mengganggu kenyamanan wisatawan maupun masyarakat lokal.
4. Lonjakan jumlah kendaraan bermotor yang akan ditimbulkan oleh layanan transportasi online Grab dapat meningkatkan polusi udara di Labuan Bajo. Dampak buruk dari polusi udara ini akan berpotensi merusak ekosistem dan kesehatan masyarakat setempat.
5. Adanya peningkatan aktivitas kendaraan bermotor juga dapat berkontribusi terhadap peningkatan tingkat kriminalitas di Labuan Bajo. Lonjakan jumlah kendaraan membuka peluang bagi kegiatan kriminal seperti pencurian, perampokan, dan tindak kejahatan lainnya.
6. Dalam situasi kemacetan, tingkat stres yang dialami oleh penduduk dan pengunjung Labuan Bajo akan meningkat. Hal ini akan mengurangi kualitas pengalaman wisata dan menciptakan dampak negatif terhadap kesejahteraan psikologis masyarakat.
7. Infrastruktur transportasi di Labuan Bajo masih belum memadai untuk menangani lonjakan jumlah kendaraan bermotor. Kondisi jalan yang sempit dan minimnya fasilitas parkir akan semakin diperparah dengan kehadiran layanan transportasi online Grab dan sejenisnya.
Dengan demikian, digitalisasi transportasi di Labuan Bajo harus bertujuan untuk memberikan solusi yang holistik dan sesuai dengan kebutuhan lokal, sambil memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Hal ini membutuhkan kerjasama antara pemerintah daerah, pelaku industri, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai tujuan bersama yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua pihak.**Peter**