RUTENG, BERITA FLORES- Dalam rangka merayakan hari disabilitas internasional tahun 2023, Yayasan Plan International Indonesia menggandeng Konsorsium Disabilitas Kabupaten Manggarai untuk menggelar aksi tanam pohon di sekitar lokasi sumber mata air.
Hadir dalam aksi tanam pohon tersebut perwakilan pihak kepolisian, TNI, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Manggarai, Camat Langke Rembong, Lurah Bangka Leda, para tokoh masyarakat, Ibu Bayangkari, PKK kabupaten, dan PKK kecamatan.
Aksi tanam pohon itu bertempat di mata air Wae Reget, Kelurahan Bangka Leda, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT, pada Sabtu (9/12/2023).
Dalam kegiatan itu sebanyak 74 anakan pohon yang terdiri dari pohon Jambu Air, pohon Manggis, dan pohon Kelengkeng ditanam di sekitar lokasi mata air Wae Reget.
Field Supervisor Yayasan Plan Indonesia, Yohanes Emanuel Lele mengatakan bahwa aksi tanam pohon itu merupakan lanjutan dari rangkaian kegiatan hari disabilitas internasional yang sebelumnya dilakukan dalam bentuk acara talkshow radio.
“Nah hari ini adalah lanjutannya untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan SDGs point ke-6, yakni air bersih dan sanitasi layak. Kemudian point ke-13, yakni terkait perubahan iklim,” ujar Yohanes.
Menurut Yohanes, aksi tanam pohon yang dilakukan oleh Konsorsium Disabilitas Kabupaten Manggarai sekaligus mengajak semua orang untuk ikut ambil bagian dalam menghadapi perubahan iklim.
Upaya beradaptasi maupun mitigasi terhadap perubahan iklim, kata dia, dapat dilakukan dengan cara melindungi sumber mata air lewat aksi penanaman pohon di sekitar lokasi mata air.
Terkait aksi tanam pohon yang dilakukan oleh Konsorsium Disabilitas Kabupaten Manggarai, Yohanes pun menjelaskan bahwa salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan adalah bicara tentang bagaimana pembangunan yang berkeadilan.
“Konteks keadilan ini berarti semua orang harus terakomodir. Artinya Plan Indonesia merasa perlu untuk melibatkan teman-teman yang selama ini memang masih dalam kategori marginal atau terpinggirkan,” ungkap Yohanes.
Dampak dari isu-isu tentang perubahan iklim, sambung dia, paling besar dirasakan oleh kelompok disabilitas.
Sebab itu kelompok disabilitas mesti dilibatkan dalam upaya-upaya menghadapi dan mengantisipasi realitas perubahan iklim yang terjadi.
“Dengan keterbatasannya, teman-teman disabilitas sudah mulai berpikir untuk menjaga sumber daya air supaya lebih berkelanjutan. Harapannya warga yang non disabilitas lebih tergiat untuk menjaga lingkungan,” imbuh Yohanes.
Dari momen aksi tanam pohon itu, ia pun berharap pemerintah ke depannya dapat melibatkan para disabilitas dalam setiap proses pembangunan.
Kelompok disabilitas, kata dia, bukan hanya objek yang menikmati pembangunan tetapi harus menjadi subjek pelaku dari sebuah pembangunan.
“Sehingga pembangunan yang berkeadilan, pembangunan yang inklusi dan berkelanjutan benar-benar terwujud,” tutup Yohanes.
Penulis: Heri Mandela