BORONG, BERITA FLORES– Nasib naas dialami Sovia Onas (58), warga Kampung Watu Lambur, Desa Bea Ngencung, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sejak ditinggal sang suami yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja pada 2013 silam, Sovia Onas, kini hidup menjanda, ditemani putra kedua, Siprianus Baru (30), dan putra bungsunya, Yuvensius Lagut (18).
“Suami saya meninggal, jatuh dari pohon pada saat mencari madu di hutan. Saat itu, nyawanya tidak terselamatkan,” tutur Sovia, kepada wartawan, Senin, 12 April 2021.
Sovia Onas, memiliki empat orang anak. Putra sulungnya telah lama merantau ke Kalimantan, namun sampai saat ini hilang kabar. Tak hanya hidup menjada dengan kondisi serba terbatas, sejak empat bulan lalu, Sovia Onas kini divonis mengidap kanker mulut.
“Saya mengalami sakit kanker mulut ini semenjak empat bulan lalu. Awalnya sakit dan semakin hari semakin bertumbuh besar, kanker yang terletak di bagian bibir atas saya ini,” tutur Sovia, penuh kesedihan.
Butuh Uluran Tangan
Mirisnya lagi, di tengah hidup yang terasa begitu berat itu, Sovia Onas, mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari siapapun apalagi dari pemerintah setempat. Ia berharap, ada uluran tangan yang membantu meringankan bebannya, terutama dari pemerintah desa maupun pemerintah daerah.
Sementara itu, Siprianus Baru (30), putra kedua Sovia, mengaku pasrah dengan sakit yang dialami ibunya. “Jangankan untuk mengobati ibu di rumah sakit, untuk membeli makan pun kami sulit. Saya juga sakit batuk berdarah setelah kerja keras. Hal itu terjadi semenjak saya pulang merantau dari Kalimantan,” tutur Sipri.
Ia mengaku, keluarganya sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah, untuk membantu membiayai pengobatan sang ibunda di fasilitas kesehatan. Yuvensius Lagut (18), putra bungsu Sovia, menambahkan, dirinya merasa sangat sedih ketika ibunya jatuh sakit. Dengan berlinang air mata, ia berharap, mereka dapat segera mendapat bantuan untuk pengobatan kanker mulut yang diderita sang ibu.
Demi membantu meringankan beban ibunya, Yuvensius, berhasil melanjutkan pendidikannya, hingga kini duduk di bangku Kelas 1 Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Borong. Ia mengaku, biaya sekolah Ia hasilkan sendiri dari upah bekerja sebagai buruh tani sepulang sekolah.
“Hasil dari bekerja di orang, saya biayai sekolah dan beli beras untuk kehidupan sehari-hari. Saya juga dapat potongan uang sekolah, karena saya anak yatim. Kami membayar SPP sebesar Rp1.100.000,00/tahun. Saya mendapat pemotongan yaitu Rp300.000,00, sehingga saya hanya membayar sebesar Rp900.000,00/tahun,” tukas Yuvens.
Ia berharap, keluarganya segera mendapat perhatian dari pemerintah, untuk meringankan beban keluarga, terutama pemenuhan pengobatan bagi, Sovia Onas, sang ibu yang tengah mengidap penyakit kanker mulut.
“Kami sangat berharap ada bantuan dari siapapun, terutama dari Pemerintah, untuk membantu Ibu saya berobat. Saya sangat sedih melihat penderitaan Ibu semakin bertambah semenjak mengidap kanker ini. Saya ingin Ibu saya cepat sembuh,” tukasnya sambil menangis. (R11/TIM).